UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Menggembirakan Hati Rasulullah SAW

  

Di dalam sebuah video pendek seseorang berkata bahwa hadiah terbaik bagi orang tua bukanlah uang atau benda. Hadiah terbaik adalah ketika orang tua melihat bahwa anaknya menjadi pemenang. Anak menjadi mandiri dan memperlihatkan bahwa ia mampu menjalani kehidupannya dengan baik.

Anak adalah buah hati orang tua. Mereka mencintai anaknya sehingga hal yang sering membebani pikiran orang tua adalah kebahagiaan dan kemandirian anak. Jika anak menunjukkan karakter pemenang, maka itu sangat mengurangi beban pikiran orang tua. Itu adalah hadiah yang sangat berharga.

Karakter yang Kuat dan Tangguh

Karakter pemenang adalah karakter yang menunjukkan kemampuan anak untuk menjadi orang-orang yang bahagia. Karakter pemenang di antaranya adalah etos kerja yang tinggi, hati yang bersyukur, sabar, dermawan, dan karakter positif lainnya.

Orang tua yang melihat anak-anaknya tangguh akan berbahagia. Kegesitan mereka menyejukkan pandangan mata. Tidak ada yang lebih indah selain melihat mereka yang dicintai memiliki kemampuan yang hebat.

Sedangkan anak-anak yang lemah akan menambah beban pikiran orang tua. Anak-anak yang pemalas, mudah marah, dan gampang patah. Urusan membangunkan tidur di pagi hari saja sudah menyita energi. Belum lagi mencari barangnya yang hilang entah ke mana. Mengatur dirinya saja belum rapi, apalagi mengatur barangnya.

Anak-anak yang lemah terus mengeluh dan mengadu. Jika masih balita tentu wajar saja. Namun, mereka terus melakukannya di usia matang. Mau jadi apa mereka kelak saat orang tua sudah tidak mampu lagi mengawalnya?

Kebahagiaan Orang-Orang Beriman

Orang yang religius sangat mengkhawatirkan ketangguhan spiritual anak-anaknya. Mereka khawatir akidah anak-anaknya lemah sepeninggal dirinya. Contoh yang diberikan di dalam Al-Quran adalah kisah Nabi Ya'qub yang bertanya kepada anak-anaknya menjelang ajalnya. Allah SWT berfirman:
Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS. Al Baqarah ayat 133)
Nabi Ya'qub khawatir anak-anaknya tidak menyembah Allah SWT sepeninggal dirinya. Untuk menenangkan dirinya, ia bertanya untuk mengevaluasi akidah anak-anaknya.

Kebahagiaan Nabi Muhammad SAW

Demikian juga dengan Nabi Muhammad SAW. Beliau sangat mengkhawatirkan agama umatnya. Diceritakan, menjelang wafatnya, Nabi Muhammad SAW menyebut "ummati-ummati". Beliau khawatir dengan kualitas umat.

Hal yang membuat gembira hati Nabi Muhammad SAW adalah saat Beliau melihat umatnya hebat. Ini tergambar dari hadits yang menceritakan saat Nabi Muhammad SAW mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutus Mu'adz ke Yaman, lalu beliau bertanya: "Bagaimana engkau memutuskan hukum?" ia menjawab: Aku memutuskan hukum dari apa yang terdapat di dalam kitabullah. Beliau bertanya lagi: "Jika tidak ada di dalam kitabullah?" ia menjawab: Dengan sunnah Rasulullah SAW. Beliau bertanya: "Jika tidak terdapat di dalam sunnah Rasulullah SAW?" Ia menjawab: Aku akan berijtihad dengan pendapatku. Beliau mengatakan: "Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah SAW." (HR. At-Tirmidzi)

Melihat kemampuan Muadz bin Jabal yang memahami agama dengan baik, Rasulullah SAW mengucapkan Hamdalah. Beliau senang dan bangga terhadap Muadz bin Jabal. Hadiah terbaik yang membuat bahagia Nabi Muhammad SAW adalah melihat umatnya berkualitas dalam agama.

Berusaha Membahagiakan Nabi 

Seorang anak yang ingin membahagiakan orang tuanya tentu akan berusaha melakukan hal yang paling membuat senang orang tuanya. Sebagaimana uraian di atas, anak yang memahami bahwa orang tuanya menginginkan dirinya mandiri tentu akan berusaha menunjukkan kemandiriannya.

Ia akan berusaha bangun shubuh dan mengerjakan ibadah tanpa perlu merepotkan orang tua. Ia akan berusaha belajar tanpa harus menunggu orang tuanya mengejar-ngejar. Ia akan merapikan dirinya sehingga tidak ada kata teguran dari orang tuanya.

Hadiah terbaik yang ia berikan adalah merubah helaan nafas gundah orang tuanya menjadi tatapan mata yang berbinar-binar. Ia membuat orang tuanya selalu memandangnya dengan penuh kekaguman. Membuat orang tuanya tidak puas-puas melihat dirinya. Menjadi penyejuk pandangan sebagaimana doa orang tuanya:
“Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqon ayat 74)
Jika menyenangkan orang tua adalah hal yang wajib, bagaimana dengan Nabi Muhammad SAW yang lebih wajib lagi untuk digembirakan? Bagaimana dengan Beliau yang cintanya kepada umatnya melebihi cinta orang tua kepada anaknya? Tentu semangat untuk membahagiakan Nabi Muhammad SAW harus lebih kuat.

Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Muadz bin Jabal telah membuat bahagia Nabi Muhammad SAW dengan kesholehan dan ketinggian ilmu mereka. Untuk dapat membuat Nabi Muhammad SAW tersenyum bahagia tentu bisa dilakukan dengan cara yang sama.

Menjadi umat yang berkualitas adalah kunci untuk membuat Nabi Muhammad SAW bahagia. Di saat tubuh terasa lelah untuk belajar dan beribadah, dengan mengingat senyum bahagia Nabi Muhammad SAW, semangat akan kembali hadir. Sebagaimana semangat yang membara ketika melihat ayah dan ibu tersenyum bahagia.

Nabi Muhammad SAW sangat ingin umatnya bahagia. Sudah selayaknya umatnya berusaha membahagiakannya. Yaa Allah, ijinkan kami membuat Nabi tersenyum bahagia saat bertemu dengan kami di telaga Kautsar. Aamiin. Allahumma sholli wa salim 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa shohbihi ajma'in.

Wallahu a'lam bishshowab

Lebih lamaTerbaru

2 komentar

Translate