UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Awal dari Beragama adalah Mengenal Tuhan

 

Di TVRI pernah ditayangkan serial dokter wanita yang bertugas di desa. Di salah satu episode, ada yang menurut ayah penulis terlihat lucu. Episode tersebut menceritakan sang dokter mengajak para petani untuk melakukan senam pagi. Mereka melaksanakan senam bersama dengan mengikuti gerakan dokter yang menjadi instruktur senam.

Sambil tertawa ayah penulis mengatakan bahwa para petani sebenarnya tidak memerlukan senam. Pekerjaan mereka yang berat di ladang sudah mencukupi untuk kebutuhan gerak badan setiap harinya.

Menurutnya para petani setiap hari sudah berolahraga dengan mengolah tanah, menanam, merawat, dan memanen hasil pertaniannya. Belum lagi jika hasil panen perlu diolah lebih lanjut. Mengupas, merajang, dan menjemur hasil panen betul-betul memeras keringat.

Ayah penulis semasa kecil tinggal di desa. Beliau hidup bersama para petani. Menurutnya penulis cerita sinetron tersebut salah menganalisa kebutuhan para petani.

Mereka yang membutuhkan olahraga adalah pekerja kantoran yang duduk dari pagi sampai petang. Tidak ada aktivitas yang memompa paru-paru atau memicu jantung dengan kencang. Gerakan yang dilakukan hanyalah menggerakkan jari yang memencet tombol keyboard.

Idealnya setiap orang memiliki kemampuan untuk menganalisa kebutuhannya. Setelah mengetahui kebutuhan dengan benar, baru berusaha memenuhinya.

Mereka yang mengalami sakit, jika tidak punya kemampuan untuk mengobati diri sendiri, harus berusaha menemui dokter untuk menyembuhkannya. Mereka yang merasa tidak memiliki pengetahuan yang cukup, harus menemui guru yang bisa melatih atau mengajarkan ilmu yang dibutuhkannya.

Terkadang manusia tidak mampu melihat titik kebutuhannya. Contohnya dalam masalah kesehatan. Itu sebabnya ada anjuran untuk melakukan pemeriksaan kesehatan (medical chek up) dengan menemui dokter. Terutama untuk mengetahui kesehatan organ-organ bagian dalam tubuh yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata.

Bisa jadi ada orang yang menderita sakit jantung, paru-paru, ginjal, atau organ lainnya namun tidak menyadarinya. Ia merasa baik-baik saja dan tidak merasa ada yang tidak beres dengan dirinya.

Kebutuhan Mendasar Manusia

Hal lain yang sering luput dari pandangan manusia adalah mengevaluasi kebutuhan hubungannya dengan Tuhan. Ada manusia yang tidak menyadari bahwa sebenarnya ia belum mengenal Tuhannya dengan baik.

Manusia diperintahkan untuk beribadah kepadaNya. Untuk dapat beribadah dengan baik, manusia harus berusaha mengenalNya. Semakin manusia mengenal Tuhan, maka ia akan semakin cinta kepada Tuhan. Tingkat cinta akan berbanding lurus dengan tingkat pengetahuannya kepada Tuhan.

Seseorang akan semakin kuat dalam beragama jika ia mengenal Allah SWT. Itu sebabnya Nabi Muhammad SAW selama tiga belas tahun di Mekkah fokus dalam mengenalkan Allah SWT. Pelajaran syariat atau tata cara ibadah baru banyak diberikan setelah mereka hijrah ke kota Madinah.

Ada yang mengatakan bahwa ia telah mencintai Tuhan. Butinya ia taat dalam beribadah. Ia telah menjalankan agama dan itu bukti bahwa ia telah mencintai Tuhan.

Taat tidak sama dengan cinta. Taat bukan bukti dari cinta. Sangat berbeda taat seorang anak kepada ibunya dengan taat seorang prajurit kepada panglimanya. Banyak contoh ketaatan yang bukan didasari oleh cinta.

Di antaranya adalah ketaatan bawahan kepada atasannya. Ada yang taat kepada atasannya, tetapi saat atasannya tidak ada, ia mengumpat-umpat atasannya. Ketaatannya lebih didasari oleh rasa takut atau mengharapkan balasan ketaatan.

Cinta kepada Tuhan akan membuat ibadah bisa tulus dan ikhlas. Cinta membuat ibadah terasa nikmat. Itu sebabnya ulama mengatakan “awwaludin ma’rifatullah (awal dari beragama adalah mengenal Allah)”. Itu sebabnya kualitas ibadah para pecinta Tuhan sangat luar biasa.

Bukannya taat beribadah saja sudah cukup? Khan yang penting bisa masuk surga dan selamat dari neraka? Memang sekedar menjadi orang sholeh dan beriman kepada Allah SWT sudah bisa memasukkan seseorang ke dalam surga. Namun sungguh rugi sekali jika manusia tidak berusaha menaikkan level hubungannya kepada Allah SWT.

Memilih untuk Mencintai

Di dalam drama Korea atau sinetron, banyak yang mengambil tema tentang pekerja yang menjalin hubungan dengan pemilik perusahaan. Biasanya, pekerja tersebut akhirnya menikah dengan pemilik perusahaan. Pekerja tersebut menaikkan level hubungannya. Dari sekedar pekerja, menjadi kekasih dari pemilik perusahaan.

Demikian juga dengan manusia. Ada yang memilih menjadi pekerja dengan beribadah untuk mendapatkan surga dan terhindar dari neraka. Mereka tidak berusaha melatih hati mereka untuk mencintai Allah SWT. Namun ada manusia yang berusaha menaikkan level menjadi kekasih Allah SWT. Mereka mengikuti program-program yang diajarkan para ulama untuk menimbulkan rasa cinta kepada Allah SWT.

Mereka membaca kitab-kitab yang ditulis para sufi. Mereka meniti jalan yang ditempuh oleh Imam Ghozali, Syeikh Abdul Qodir Jailani, Bahaudin Naqsyabandi, Imam Abu Hasan asy-Syadzili, Jalaluddin Rumi, dan para pecinta Tuhan lainnya.

Seseorang berkata kepada penulis, “Jangankan mencintai Allah, masuk surga saja belum tentu.” Seakan-akan mencintai Allah SWT itu adalah hal yang sulit dan mustahil. Lalu bagaimana dengan ayat-ayat yang menceritakan orang-orang yang mencintai Allah? Contohnya adalah ayat berikut:
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya... (QS. Al-Maidah ayat 54)
Sudah selayaknya manusia berusaha mencintai Allah SWT di atas segala-galanya. Mereka yang meletakkan cinta kepada Allah SWT di bawah cinta kepada makhluk mendapat celaan di ayat berikut:
Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". (QS. At-Taubah ayat 24)
Saat sedang sholat, ada orang-orang yang sangat susah untuk mengingat Allah SWT. Pikirannya lari ke mana-mana. Kenapa sulit sekali menghadirkan Allah SWT di dalam hatinya?

Kuncinya adalah rasa cinta. Jika seseorang jatuh cinta, maka orang yang dicintainya akan selalu hadir di dalam hati dan pikirannya. Sulit untuk melupakan kekasihnya.

Seperti kisah Laila Majnun. Qois sangat mencintai Laila sehingga melihat apapun membuatnya teringat Laila. Qois hampir gila karena sangat mencintai Laila. Meskipun ia tersiksa dengan rindu, ia tidak mampu mengusir bayangan Laila. Seperti para sufi yang selalu teringat Allah SWT di mana pun mereka berada.

Belajar untuk Mencintai

Jika hati belum merasakan cinta kepada Allah SWT lalu bagaimana caranya? Sebenarnya penghalang rasa cinta kepada Allah SWT adalah adanya penyakit di dalam hati. Hati yang sehat dan bersih dari penyakit akan lebih mudah mencintai Allah SWT.

Jika seseorang seseorang sakit, ia bisa berusaha menyembuhkan dirinya sendiri. Namun, jika ingin lebih cepat ia akan mendatangi dokter untuk membantunya.

Demikian juga dengan seseorang yang menyadari bahwa hatinya belum mencintai Allah SWT. Ia bisa menjalankan program mandiri untuk menyembuhkannya. Namun, jika ia menginginkan jalan yang lebih cepat, ia harus mencari Mursyid yang terbukti mampu mengantarkan murid-muridnya untuk mencintai Allah SWT.

Wallahu a'lam bishshowab
Lebih lamaTerbaru

1 komentar

  1. Barakallahu fiikum ustadz
    Semoga semakin banyak orang ingin mengenal Allah lebih dekat

    BalasHapus
Translate