Ada warung makan yang sudah beroperasi selama dua puluh lima tahun di Tangerang. Warung tersebut akhirnya tutup gara-gara seseorang food vlogger mereview kebersihan warung. Di antaranya dengan mengatakan bahwa lokasi warung dekat dengan kali atau parit yang kotor. Ia mengatakan bahwa ada aroma yang tidak nyaman tercium.
Padahal selama puluhan tahun, tidak ada yang mencium atau menyadari aroma yang dikatakannya. Para konsumennya selama puluhan tahun juga tidak terdengar mengalami masalah kesehatan dari makanan yang dijual warung. Akibat review yang diberikan warung kehilangan pelanggan dan akhirnya tutup.
Review yang dilakukan membuat orang-orang fokus dengan parit yang kotor sehingga tidak memiliki selera pergi ke warung tersebut. Usaha yang dibangun dan dirintis selama dua puluh lima tahun hancur karena komentar singkat vlogger. Padahal pemilik warung tersebut memperkerjakan banyak janda yang memiliki anak-anak yatim.
Vlogger tersebut mungkin tidak menyadari efek ucapannya terhadap usaha orang lain. Yang penting beritanya viral dan rating chanel dia tinggi. Ia bisa mendapat banyak penghasilan dari iklan.
Mungkin ia tidak mengira bahwa efek yang ia lakukan telah membuat orang lain kehilangan pekerjaan. Hikmah yang harus diambil dari kisah tersebut adalah perlunya kehati-hatian di dunia media sosial yang tidak terbatas.
Hikmah lainnya dari kisah di atas adalah dalam masalah makanan, kebersihan adalah syarat utama datangnya para pelanggan. Senikmat apapun makanan, jika pelanggan memiliki asumsi mengandung kotoran, mereka akan pergi meninggalkannya.
Pepatah mengatakan "Nila setitik, rusak susu sebelanga". Meskipun susunya sebanyak satu panci, jika kemasukan satu butir kotoran cecak, tidak ada orang yang mau minum. Lezat dan gurihnya susu menjadi tidak berarti. Semua akan fokus ke kotoran cecak yang hanya satu titik dibandingkan susu yang satu panci.
Kebersihan adalah Kunci Datangnya Kebaikan-Kebaikan
Jika dalam masalah makanan kebersihan adalah hal yang sangat penting, begitu juga dengan masalah hati. Kotoran di dalam makanan akan membuat para pelanggan pergi. Kotoran di dalam hati akan membuat perginya kebaikan-kebaikan yang seharusnya berada di dalam hati. Ulama mengatakan bahwa hati yang bersih akan mengundang taufik ke dalam hati manusia. Hati yang kotor akan menghalangi datangnya taufik dan petunjuk dari Allah SWT.
Manusia akan lebih mudah beramal jika mendapat taufik dari Allah SWT. Betapa banyak orang yang mengetahui kebenaran namun tidak sanggup melaksanakannya. Manusia sangat membutuhkan taufik dari Allah SWT untuk mampu beramal kebaikan. Apa jadinya jika hati tidak mendapatkan taufik? Sebagaimana warung yang akhirnya tutup karena tidak mendapat pelanggan, hati yang tidak mendapatkan taufik tinggal menunggu kehancurannya.
Perbuatan dosa adalah sampah yang mengotori hati. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam. Seandainya dia meninggalkan dosa itu, beristighfar dan bertaubat, niscaya noda itu akan dihapus. Tapi jika dia kembali berbuat dosa, niscaya noda-noda itu akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya. Itulah penutup yang difirmankan Allah, “Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka lakukan itu telah menutup hati mereka” (QS. Al-Muthaffifin ayat 14).” (HR. Tirmidzi)
Hukuman yang akan dialami oleh pendosa selain ancaman siksaan balasan adalah hukuman berupa kerasnya hati. Dosa-dosa akan membuat pelakunya menyukai hal-hal yang buruk dan membenci hal-hal yang baik. Perbuatan jahat yang seharusnya menggelisahkan justru terasa nyaman. Seperti lalat yang lebih nyaman berada di bangkai dan kotoran daripada berada di bunga yang harum dan bersih.
Hati yang sehat dan mendapat taufik akan membuat seseorang menikmati sholat, berdzikir, berdiam di masjid, mendengar bacaan Al-Quran. Hati yang sakit justru merasa tersiksa dengan hal-hal yang demikian. Itu sebabnya manusia membutuhkan taufik dari Allah SWT.
Cahaya Taufik akan Terhalang oleh Hitamnya Dosa
Hati yang sakit akan sulit menerima kebenaran. Apalagi hati yang mati karena sudah penuh dengan noda hitam. Contoh hati yang sudah mati adalah hati milik Fir'aun.
Para tukang sihir Fir'aun bertaubat setelah melihat mukjizat Nabi Musa. Mereka menjadi pengikut Nabi Musa dan memilih mati dimutilasi oleh tentara Fir'aun dari pada kembali menjadi pengikut Fir'aun. Hati para penyihir, meskipun mengalami sakit, masih hidup dan bisa kembali sehat.
Di dalam tulisan artikel sebelumnya, dijelaskan efek makanan haram yang menghalangi taufik. Dijelaskan juga beberapa langkah yang harus dilakukan agar taufik bisa masuk ke dalam hati setelah termakan makanan haram. (baca: https://www.lembarnasihat.com/2025/09/mengundang-taufik-allah-swt-bagian-ke-1.html ).
Bagaimana dengan perbuatan dosa? Apa saja langkah-langkah untuk menghilangkan efek perbuatan dosa? Bagaimana cara mendapatkan taufik dari Allah SWT setelah berbuat dosa?
Terapi untuk Kembali Mendapatkan Taufik
Hati yang sakit bisa kembali sehat setelah setelah menjalani proses perawatan, Obat dari hati yang pertama adalah bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang dilakukan. Langkah berikutnya adalah memperbanyak perbuatan baik untuk menebus kesalahan yang sudah dilakukan.
Sebagaimana dokter yang merawat orang sakit. Langkah pertama adalah membuang racun dan membunuh bakteri untuk membersihkan tubuh. Langkah berikutnya adalah memberikan suplemen dan vitamin untuk menguatkan tubuh.
Nabi Muhammad SAW bersabda terkait penanganan terhadap orang yang telah terlanjur berbuat dosa:
Bertakwalah kepada Allah kapanpun dan di manapun engkau berada. Serta iringilah perbuatan buruk dengan kebaikan supaya ia bisa menghapuskannya. (HR. Tirmidzy)
Semakin bersih dari dosa maka semakin mudah seseorang melakukan hal-hal yang baik. Itu sebabnya kebaikan biasanya menjadi satu paket dengan kebaikan yang lain. Orang yang mudah bersyukur biasanya mudah berinfak, mudah menyayangi orang lain, suka menolong, dan tidak suka menyakiti orang lain. Semua berpangkal dari hati yang bersih.
Sebagaimana pentingnya mendeteksi penyakit tubuh, perlu setiap orang mendeteksi penyakit hati. Jika ibadah terasa tidak menyenangkan bahkan terasa malas dilakukan, mungkin hati tidak sedang baik-baik saja. Mungkin kita perlu berusaha untuk mendapatkan taufik yang lebih banyak lagi.
Wallahu a'lam bishshowab
Masya Allah Tabarakallah ustadz
BalasHapus