"Halo, di mana rumahnya?" pengantar surat menelpon. "Masuk ke jalan Danau Aji, nanti setelah ketemu bengkel belok kiri. Kemudian kalau ketemu rumah makan padang, di seberangnya ada jalan Embalut. Masuk jalan Embalut, di sana ada beberapa gang kecil. Sekitar sembilan ratus meter ada gang yang di tikungannya ada pohon rambutan, masuk gang. Rumahnya warna hijau. Ada beberapa rumah warna hijau, rumah saya hijaunya paling muda."
Ribetnya mencari lokasi seperti ilustrasi di atas sekarang tidak perlu lagi. Dengan adanya Google Maps, cukup minta titik lokasi, lalu ikuti tempatnya di peta. Tanpa Aplikasi peta, mungkin jarang ada orang yang mau bekerja sebagai ojek online. Stress mencari alamat.
Jika ojek online membutuhkan aplikasi peta untuk menunjukan jalan, maka sesungguhnya manusia pun membutuhkan aplikasi petunjuk untuk menjalani kehidupan ini. Banyak manusia yang tersesat karena tidak mau mengikuti aplikasi petunjuk. Parahnya lagi ada yang tidak mengetahui bahwa kehidupan adalah sebuah perjalanan menuju Allah SWT. Jangankan melihat aplikasi, menuju kemana saja tidak tahu. Bagaimana mau sampai kepada tujuan.
Hidup Membutuhkan Peta
Di dalam sholat, saat membaca Al Fatihah, ada kalimat "Tunjukilah kami jalan yang lurus." Kalimat ini adalah kalimat yang penting sehingga minimal tujuh belas kali harus diucapkan dalam sehari. Ini adalah proses melihat aplikasi untuk menuju Allah SWT. Namun sayang sekali banyak yang melaksanakan sholat, mengucapkan kalimat, "Ihdinash shirotol mustaqim", tanpa disertai keinginan mendapat petunjuk di dalam hatinya.
Setelah Allah SWT menciptakan manusia, Allah SWT yang memiliki nama Al Hadi (Maha Pemberi Petunjuk) juga memberikan petunjuk kepada manusia untuk mengarungi kehidupan ini. Di dalam Al Quran disebutkan:
dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwa (Al-Qur'an) itu benar dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan hati mereka tunduk kepadanya. Dan sungguh, Allah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (QS. Al Hajj ayat 54)
Saat Nabi Yusuf digoda oleh Zulaikha, sebagai seorang lelaki yang normal, Nabi Yusuf juga memiliki syahwat atas Zulaikha. Apalagi Zulaikha adalah wanita yang cantik dan seksi. Namun demikian Allah SWT memberikan petunjuk hidayah sehingga Nabi Yusuf mampu menahan syahwatnya. Di dalam Al Quran diceritakan:
Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih. (QS. Yusuf ayat 24)
Di dalam kitab tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa petunjuk Allah SWT kepada Nabi Yusuf saat digoda Zulaikha adalah munculnya bayangan ayahnya, Nabi Yaqub. Setelah terbayang wajah ayahnya menggigit jarinya (kecewa), Nabi Yusuf kehilangan nafsunya kepada Zulaikha dan berlari keluar.
Tanpa Petunjuk Allah Manusia Pasti Tersesat
Hidayah atau petunjuk dari Allah SWT adalah sesuatu yang berharga dan tidak ternilai harganya. Namun demikian hidayah tersebut tidak dapat diwariskan atau diberikan kepada orang yang disayangi. Semua harus berusaha menggapai hidayah tersebut secara mandiri. Bahkan Nabi Muhammad SAW tidak bisa mengajak Abu Thalib, pamannya yang sangat besar jasanya. Pamannya wafat dalam keadaan mengikuti tradisi nenek moyang yang menyembah berhala. Padahal Abu Thalib telah berjuang untuk melindungi Nabi Muhammad SAW.
Atas kesedihan Nabi Muhammad SAW, Allah SWT menurunkan ayat untuk menjelaskan kenapa pamannya tidak berhak mendapatkan hidayah:
Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al Qashash ayat 56)
Nabi Nuh AS juga tidak berhasil mengajak anaknya untuk beriman kepada Allah SWT. Anak Nabi Nuh AS menolak naik ke dalam kapal dan tenggelam bersama orang-orang yang ingkar. Kesedihan Nabi Nuh diceritakan di dalam Al Quran.
Di dalam surah At Tahrim diceritakan ironisnya kehidupan seseorang yang tidak mendapatkan hidayah Allah SWT. Walaupun mereka adalah istri para Nabi. Sebaliknya ada yang berhasil mendapatkan hidayah Allah SWT walaupun istri seseorang yang sangat memusuhi Allah SWT.
Istri Nabi Nuh dan Istri Nabi Luth mendapatkan adzab karena mengingkari Allah SWT. Sedangkan Asiyah yang merupakan istri dari Firaun, musuh Nabi Musa, justru berhasil mendapatkan hidayah.
Petunjuk adalah Hal yang Dikenang di Surga
Begitu berharganya hidayah, sehingga penghuni surga di dalam Al Quran menyebut-nyebut nikmat hidayah ini:
Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka, mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran". Dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan". (QS. Al A’raf ayat 43)
Begitu berharganya hidayah, ketika seseorang telah mendapatkannya, maka dia tidak akan melepaskannya. Meskipun nyawa menjadi taruhannya. Ketika Raja Firaun telah mengetahui bahwa Asiyah menjadi pengikut Nabi Musa, maka Firaun menyiksa Asiyah. Asiyah memilih bertahan dan menggenggam hidayah yang sudah ia dapatkan. Asiyah memilih mati di tangan Firaun daripada melepaskan hidayah.
Hidayah mahal tetapi tidak semua merasa tertarik untuk menggapainya. Banyak buku-buku agama. Banyak majelis ta’lim. Banyak video ceramah agama. Namun sedikit yang tertarik. Lebih menghabiskan waktu dengan hal-hal lain.
Di dalam Al Quran Allah SWT berfirman:
Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al Ankabut ayat 69)
Ayat tersebut menyebutkan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk mendapatkan hidayah. Mereka terus-menerus mencari kebenaran dengan membuka mata dan telinganya.
Salman Al Farisi adalah contoh orang yang berjuang mengejar hidayah. Salman adalah putra bangsawan kerajaan Peria. Ia merasa aneh dengan prilaku bangsanya yang menyembah api. Melalui perjuangan yang luar biasa, bahkan ditangkap dan menjadi budak, akhirnya Salman Al Farisi berhasil menemui kebenaran.
Ayat enam puluh sembilan dari surah Al Ankabut di atas ditutup dengan kalimat bahwa Allah SWT menyertai orang-orang yang berbuat baik. Ini menunjukkan bahwa hidayah juga bisa didapatkan dengan melakukan perbuatan baik. Perjalanan menggapai hidayah akan lebih mudah dengan sering berbuat kebaikan.
Beberapa amal dikatakan para ulama adalah amal-amal yang sangat kuat untuk menggapai hidayah. Di antaranya adalah bersedekah, sholat di masjid, berdzikir, dan membaca Al-Quran. Semakin sering seseorang melakukannya maka semakin dekat ia kepada hidayah. Jadi masih mau repot cari-cari, atau lihat aplikasi?
Wallahu a’lam bisshowab.



Posting Komentar