Di dalam konsep pemasaran, perusahaan terkadang mengeluarkan beberapa produk untuk menangkap semua segmentasi pasar. Untuk kelas atas, mereka mengeluarkan produk yang mahal dengan kualitas tinggi. Untuk kelas bawah mereka juga memproduksi barang yang murah yang bisa dijangkau kelas ekonomis.
Pedagang hasil pertanian, peternakan, dan perikanan di pasar pun menyortir barangnya. Yang berukuran besar dipisahkan agar bisa dijual lebih tinggi. Ada jeruk kelas A dan ada jeruk kelas B. Untuk produk seperti ini, jika besar dan kecilnya tidak mempengaruhi rasa, penulis memilih membeli yang kecil. Lebih murah tapi secara kualitas sama saja.
Contohnya telur. Jika harga satu kilogram telur ayam yang kecil adalah Rp.25.000,- dan harga telur ayam yang besar adalah Rp.27.000,-, penulis memilih mengambil telur yang kecil. Toh rasa telurnya sama dan secara volume jumlah yang dinikmati juga sama. Sama-sama satu kilogram.
Berbeda jika barang yang dibeli memiliki kualitas yang berbeda. Misalnya membeli buah mangga yang kecil atau yang besar. Jika harganya tidak terlalu jauh, lebih baik mengambil buah mangga yang besar karena biasanya rasanya lebih manis. Buah mangga yang kecil-kecil biasanya belum begitu matang saat dipetik. Rasanya tidak semanis dan seharum buah yang matang di pohon. Bahkan cenderung masam.
Yang sering membuat beda pendapat antara penulis dengan istri adalah jika barang tersebut sulit dibandingkan secara "apple to apple". Misalnya ada benda yang secara tampilan sama-sama bagus. Namun, yang satu harganya dua kali lipat harga benda yang lain.
Menurut istri lebih baik beli yang mahal karena pasti lebih awet dan tahan lama. Daripada beli yang murah tapi nanti gampang rusak. Menurut penulis, karena harganya dua kali lipat, lebih baik beli yang murah karena dengan jumlah uang yang sama bisa dapat dua buah. Jika rusak pun masih punya cadangannya.
Beda Harga Beda Kualitas
Suatu hari penulis mendapat hadiah barang yang mahal dari sahabat-sahabat penulis. Barang bermerek yang tidak akan masuk dalam daftar belanjaan penulis. Harganya membuat jiwa "penghematan" penulis akan meronta-ronta jika membelinya. Memiliki tujuh anak, penulis harus mengatur keuangan dengan hati-hati.Karena merupakan barang hadiah, tentu saja penulis memakainya. Ternyata barang yang mahal memang sangat nyaman untuk dipakai. Bentuk dan ukurannya sudah dirancang sedemikian rupa sehingga pemanfaatannya menjadi maksimal. Selain dari sisi keawetan dan daya tahan, barang yang berkualitas akan memberikan kemudahan dan kepuasan yang lebih tinggi daripada barang ekonomis.
Menikmati Hidup dengan Memilih yang Terbaik
Salah satu metode agar dapat bersyukur dengan lebih baik adalah memiliki barang-barang yang berkualitas tinggi. Terutama untuk barang-barang yang sering digunakan sehari-hari serta menjadi barang yang berkaitan dengan mata pencaharian. Contohnya adalah seseorang yang bekerja sebagai ojek online. Saat membeli motor, sebaiknya ia memilih motor yang berkualitas tinggi.Meskipun lebih mahal, motor yang berkualitas baik akan memudahkan dalam mengantar penumpang atau barang. Sungguh betapa sumpeknya hidup driver ojek jika motornya sering mogok di jalan. Motor yang merupakan barang paling vital dalam pekerjaannya, justru adalah alat yang paling sering memberikan masalah dalam hidupnya.
Bagi driver ojek, motor yang berkualifikasi tinggi adalah mutlak. Berbeda dengan seorang pelukis. Bagi pelukis yang harus mahal itu adalah kuas dan tinta. Ia tidak perlu membeli motor yang mahal. Ia harus membeli tinta dan kuas yang mahal untuk menghasilkan lukisan yang indah. Ia tahu kuas yang memiliki daya serap yang baik dan menghasilkan sapuan atau goresan yang halus.
Ketika driver ojek bertanya harga kuas milik seorang pelukis ia akan terkejut. "Mahal sekali! Kamu beli kuas semahal itu?" Pelukis akan berkata, "Ah, selera kamu rendah, Ini barang berkualitas tinggi. Kamu belum bisa membedakannya dengan kuas-kuas yang lain.
Giliran pelukis terkejut dengan harga helmnya, driver ojek tertawa. Ia memilih helm yang nyaman di kepala, dengan ventilasi yang membuat sejuk serta kaca dengan fitur anti kabut. Bisa melihat dengan jelas meskipun cuaca tidak bersahabat. Ia lebih tahu dari pelukis tentang helm yang memiliki desain ergonomis yang nyaman namun kokoh.
Hanya yang "Mampu" yang Bisa Memiliki Selera yang Tinggi
Bicara tentang barang yang berkualitas dan selera tinggi, umumnya yang lebih tahu adalah orang-orang kaya. Dengan uang yang mereka miliki, mereka bisa membeli barang-barang yang mahal dan mengetahui perbedaan kualitasnya. Selera terhadap barang menjadi tinggi karena sudah mengetahui rasanya.Orang-orang yang tidak memiliki dana yang banyak, mereka tidak pernah mencicipi barang-barang yang mahal dan berkualitas. Akibatnya mereka tidak mengetahui perbedaan rasanya.
Penulis selalu membeli kelas ekonomi setiap membeli tiket pesawat. Entah kenapa, suatu ketika pihak maskapai menukar tiket penulis dengan kelas bisnis tanpa menambah harga. Ternyata memang beda rasanya.
Di kelas bisnis, kursinya lebih luas dan lega. Pramugari dengan ramah menawarkan menu makanan yang ada. Penumpang juga tidak perlu mengantri untuk masuk ke pesawat. "Di sampingku wajahnya mirip artis semua." Kata penulis kepada istri sambil tertawa. Pantas saja orang kaya rela membayar lebih mahal untuk duduk di kelas bisnis.
Level Selera Tinggi di Kalangan Manusia
Guru Bakhiet di dalam salah satu ceramahnya menyebutkan orang-orang yang berselera rendah dan berselera tinggi. Orang yang paling rendah seleranya adalah orang-orang yang menginginkan dunia. Mereka tidak menginginkan akhirat karena tidak memahami dengan jelas kenikmatan akhirat. Padahal Allah SWT berfirman:"Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?" (QS Al-An'am ayat 32)Manusia yang memilih akhirat daripada dunia adalah manusia yang berselera tinggi. Mereka tahu barang yang berkualitas baik. Mereka tidak menginginkan barang murahan dan tidak berkualitas seperti dunia.
"Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal." (QS. Al A'la ayat 17)
Manusia-manusia yang paling tinggi seleranya adalah manusia-manusia yang mengejar cinta Allah SWT. Mereka tahu bahwa cinta Allah SWT lebih baik daripada dunia dan akhirat. Merekalah orang-orang yang terhormat dan memiliki kasta tertinggi. Selera mereka berbeda.
Bagaimana dengan Anda? Anda berselera tinggi, atau berselera rendah?
Wallahu a'lam bishshowab
Masya Allah Tabarakallah ustadz
BalasHapusYa Allah kami ingin menjadi orang-orang yang berselera tinggi yang mengejar keinginan ulu hati keatas
Bukan ulu hati ke bawah