UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Doa, Tanda Keimanan

  

Ada anekdot suami istri yang sedang berbuka puasa. Karena waktu berbuka puasa adalah waktu yang mustajab, mereka berdoa. Suami mendoakan temannya agar tercapai keinginannya untuk menikah lagi. Tiba-tiba istrinya teringat hadits tentang keutamaan mendoakan orang lain. Ia kemudian memukul suaminya.

Suami berkata, " Lho kok marah? Aku khan mendoakan temanku. Bukan buat aku?" Istri berkata, "Aku tahu haditsnya. Malaikat akan mendoakan kamu 'Dan untukmu juga' khan." Istrinya menuduh suaminya mau menikah lagi.

Sikap Orang Beriman Terhadap Doa

Orang yang beriman percaya dengan kekuatan doa. Ada pemilik lahan di sekitar rumah penulis yang jengkel dengan banyaknya orang yang membuang sampah di lahannya. Akhirnya ia memasang spanduk yang bertuliskan doa yang mendoakan agar orang yang membuang sampah di lahan tersebut cepat mati.

Setelah ia memasang spanduk, tidak ada lagi yang membuang sampah di sana. Entah apakah mereka baru tahu bahwa tidak boleh bung sampah di situ atau mereka takut dengan doanya.

Berdoa adalah tanda keimanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesehatan mental sangat dipengaruhi oleh keimanan. Semakin kuat iman seseorang, akan semakin tinggi daya tahannya menghadapi stress. Orang yang meyakini adanya Tuhan memiliki harapan yang lebih kuat.

Doa adalah Ibadah

Pada dasarnya ibadah adalah rentetan dari doa-doa. Beribadah hakikatnya sedang memohon sesuatu kepada Tuhannya. Ketika seseorang melaksanakan sholat, ia sedang memohon ridho Allah SWT dan berdoa agar mendapatkan kebaikan.

Lafadz-lafadz dzikir yang berisi pujian yang diucapkan oleh lisan, pada saat yang bersamaan selalu disertai dengan doa yang dipanjatkan di dalam hati. Inilah yang disebut dengan kehadiran hati dalam ibadah. Hatinya meyakini bahwa Allah SWT sedang melihat dan mendengarkan ucapannya. Dengan dzikir ia meminta kepada Tuhannya.

Ketika seseorang mengucapkan alhamdulillah, lisannya memuji dan mensyukuri atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Pujian yang diiringi dengan doa harapan agar Allah SWT menambah dan menyempurnakan nikmat yang diberikan.

Ketika seseorang mengucapkan Allahu Akbar, lisannya membesarkan Allah SWT. Sembari hati berdoa agar Allah SWT menjadi yang terbesar di dalam hatinya. Urusan dunia terasa kecil. Tidak ada lagi yang lebih besar melebihi Allah SWT di dalam hatinya.

Begitu juga saat seseorang menyeru asma-asma Allah SWT. Seruan yang diiringi doa dan harapan kepada Allah SWT. Misalnya saat menyebut "Yaa Rahman, Yaa Rahiim" (wahai yang Maha Pengasih, wahai yang Maha Penyayang). Menyebut asma Allah SWT untuk mendapatkan kasih sayang Allah SWT. Hatinya juga berdoa agar Allah SWT memberikan hidayah agar bisa memiliki sifat pengasih dan penyayang. Dzikir dengan menyeru asma-asma Allah SWT akan memberikan efek yang kuat kepada hati.

Nabi Muhammad SAW bersabda:
Doa itu merupakan inti dari ibadah (HR. At-Tirmidzi)
Hadits di atas menunjukkan bahwa doa yang merupakan proses komunikasi antara hamba dengan Allah SWT adalah inti sari dari ibadah. Ibadah yang sempurna adalah ibadah yang menyertakan kehadiran hati yang berkomunikasi dengan Allah SWT.

Ibadah-ibadah yang tidak disertai kehadiran hati adalah ibadah-ibadah yang kosong. Perkataan yang diucapkan tanpa kesadaran hati seperti igauan yang tidak dihiraukan. Ibadah yang tidak disertai hati memang tetap memberikan pahala. Namun, karena hatinya tidak sedang mengingat Allah SWT, pahalanya tidak sebesar pahala ibadah yang merasakan kehadiran Allah SWT. Inilah konsep ihsan.

Lisan yang menyebut nama Allah SWT tetapi pikiran dan hatinya kosong dari berdzikir kepada Allah SWT akan dikalahkan pahalanya dengan lisan yang tidak bergerak tetapi hatinya berdzikir mengingat Allah SWT. Nabi Muhammad SAW bersabda:

Tidakkah aku akan memberitahumu tentang tindakan terbaikmu, yang paling murni di hadapan Tuhanmu, yang menaikkan peringkatmu ke posisi tertinggi, yang lebih baik bagimu daripada menghabiskan emas dan perak, lebih baik daripada bertemu musuhmu sehingga kau menyerang di leher mereka dan mereka menyerang Anda? Mereka menjawab, 'Ya', lalu Nabi bersabda, Itu adalah mengingat Allah. (HR At-Tirmidzi)

Hal yang Berkaitan dengan Doa

Seorang ustadz di dalam ceramahnya mengatakan ada tiga hal yang bisa dilakukan terkait dengan doa. Yang pertama adalah memperbanyak doa. Doa akan menjadi sarana untuk mengingat serta membangun hubungan dengan Allah SWT.

Doa dapat dilakukan kapan saja. Idealnya memang dalam berdoa lebih baik dalam keadaan bersuci, menghadap kiblat, di waktu/tempat mustajab, dan terpenuhinya adab-adab lainnya. Namun, jika kondisi ideal tidak didapatkan, sangat sayang sekali kalau kemudian tidak memperbanyak doa.

Seperti halnya ikhtiar yang dilakukan berkali-kali, doa juga bisa dilakukan berkali-kali sampai terwujud yang dicita-citakan. Nabi Muhammad SAW bersabda:

Doa seorang hamba akan senantiasa dikabulkan, selama dia berdo’a bukan untuk keburukan atau memutus tali silaturahim dan selama dia tidak tergesa-gesa dalam berdoa. Kemudian seseorang bertanya, ‘Ya Rasulallah, apa yang dimaksud tergesa-gesa dalam berdoa?’. Kemudian Rasulullah menjawab, yaitu seseorang yang berkata, ‘Sungguh aku telah berdoa dan berdo’a, namun tak juga aku melihat doaku dikabulkan’, lalu dia merasa jenuh dan meninggalkan doa tersebut. (HR Muslim)

Yang kedua adalah memperbanyak meminta doa. Bisa jadi doa yang selama ini diucapkan justru terkabul melalui lisan orang lain. Kelembutan hati seseorang bisa jadi tidak sama dengan penampilan fisiknya. Ada orang yang terlihat kaku dalam berbicara dan bergaul, tetapi ternyata ia memiliki hati yang lembut yang menyebabkan doa-doanya mustajab. Ada orang yang ramah dan sopan dalam berbicara, tetapi ternyata memiliki hati yang keras.

Keramahannya disebabkan karena adat dan kebiasaanya saja.Begitu juga dengan makanan yang dimakan. Sulit untuk mengetahui siapa saja yang selalu menjaga makanannya dari barang haram sehingga mustajab doanya.

Meminta doa dari banyak orang akan memperbesar kemungkinan terkabulnya doa. Sebagaimana lailatul qodar yang waktunya dirahasiakan, satu-satunya cara efektif untuk mendapatkan lailatul qodar adalah dengan memperbanyak ibadah.

Kelembutan hati sulit untuk ditebak. Namun, kondisi-kondisi yang membuat doa menjadi mustajab dapat dilihat. Oleh karena itu musafir, orang sakit, orang berpuasa, orang yang sedang menuju tanah suci, sangat baik untuk dimintai doanya. Mereka memiliki kesempatan yang lebih besar untuk dikabulkan doanya.

Yang ketiga adalah memperbanyak mendoakan orang lain. Mendoakan orang lain merupakan hal yang mulia. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama. (HR. Muslim)
Mendoakan orang lain tidak hanya terbatas kepada orang-orang yang dikenal saja. Saat bertemu dengan seseorang yang tidak dikenal, kemudian orang tersebut memberikan kebaikan, maka balasan yang baik adalah mendoakannya.

Allah SWT mengabadikan orang-orang yang mendoakan saudara seiman dalam firmanNya:

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang (QS. Al-Hasyr ayat 10)

Wallahu a'lam bishshowab

Lebih lamaTerbaru

Posting Komentar

Translate