Di dalam short video komedi ada adegan lucu yang membuat penulis tertawa. Tertawa karena di dalam kehidupan sehari-hari memang ada tipe orang-orang naif sebagaimana prilaku di video tersebut. Mr Bean di dunia nyata.
Film pendek tersebut diberi judul pembunuh bayaran magang. Tentang seseorang yang ingin membunuh dengan menggunakan racun. Namun karena masih magang (belum berpengalaman), ia gagal menjalankan aksinya.
Pembunuh tersebut duduk di samping targetnya. Saat targetnya melihat ke arah lain, ia memasukkan racun ke dalam gelas minuman target. Agar lebih cepat larut, ia mengaduk sedikit minuman tersebut dengan jarinya.
Setelah memberi racun, karena terbiasa membersihkan jari dengan menjilatnya, pembunuh menjilat jarinya. Selesai menjilat jarinya, si pembunuh ingat bahwa tangan yang dijilatnya masih mengandung racun yang tadi dipegangnya. Saking paniknya, pembunuh terbatuk-batuk karena berusaha mengeluarkan racun yang terlanjur tertelan.
Orang yang akan dibunuh, melihat seseorang batuk-batuk tanpa berhenti, spontan memberikan minuman untuk meredakan batuknya. Pembunuh secara otomatis menerimanya lalu meminumnya. Meminum minuman yang sudah ia masukkan racun. Senjata makan tuan.
Menyakiti Orang Lain Berarti Menyakiti Diri Sendiri
Tentu banyak yang tertawa melihat filem komedi kenaifan pembunuh bayaran tersebut. Masuk ke dalam perangkap yang ia buat sendiri. Tapi sebenarnya ada yang lebih naif dan lucu dari pada filem komedi tersebut. Mereka adalah orang-orang yang selalu ingin menyakiti dan mendzhalimi orang lain. Orang-orang yang secara sengaja menggali lubang tempat ia kelak dijatuhkan ke dalamnya.
Sifat Allah SWT yang Maha Adil membuat semua kedzhaliman akan kembali kepada para pelakunya. Mereka layak untuk ditertawakan karena kelak akan merasakan sendiri racun yang telah mereka sebarkan.
Pembalasan di akhirat yang adil tergambar di dalam hadits berikut:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Sesungguh, besok pada hari kiamat semua hak akan dikembalikan kepada pemiliknya, sehingga kambing yang tak bertanduk diberi kesempatan untuk membalas kambing yang bertanduk. (HR Muslim)
Meskipun kepada binatang, manusia dilarang berbuat dzhalim. Apalagi kepada sesama manusia. Kepada binatang saja, manusia harus memiliki alasan yang diperbolehkan secara syariat untuk membunuhnya agar tidak dituntut di akhirat. Alasan yang memperbolehkan untuk membunuh binatang di antaranya adalah untuk dikonsumsi, membahayakan manusia, atau menjadi hama. Itupun harus dilakukan dengan “ihsan”. Menajamkan pisau sebagaimana perintah Nabi agar binatangnya tidak tersiksa.
Jika ada binatang yang dibunuh tanpa alasan yang dibenarkan syariat, kelak binatang tersebut akan menuntut di akhirat. Itu sebabnya Nabi Muhammad SAW melarang menjadikan binatang sebagai bahan sasaran. Menjadikan binatang sebagai bahan permainan untuk bersenang-senang seperti yang dilakukan matador kepada banteng. Beliau bersabda:
Tidak halal menjadikan hewan sebagai sasaran memanah. (HR. An-Nasa'i)
Meskipun binatang, tidak boleh didzhalimi atau disakiti. Banyak manusia yang mengadu binatang untuk kesenangan seperti mengadu ayam, jangkrik, atau ikan cupang. Padahal Nabi bersabda:
Dari sahabat Ibnu Abbas, ia berkata, Rasulullah saw melarang mengadu binatang (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Bayangkan binatang yang derajatnya lebih rendah dari manusia saja mendapat kesempatan untuk membalas kedzhaliman manusia. Kelak di pengadilan akhirat, semua yang dianggap lemah memiliki kesempatan tanpa merasa takut untuk mengadukan kedzhaliman.
Semua Perbuatan akan Mendapat Balasan
Saat ini ada orang-orang yang dipandang rendah dan dianggap tidak memiliki kekuatan untuk membalas. Orang-orang kuat dengan seenaknya mendzhalimi dan menyakiti mereka. Orang-orang yang kuat berpikir mumpung memiliki kekuasaan. Mumpung memiliki jabatan. Mumpung memiliki banyak pengikut. Kelak pasti tiba saatnya semua yang lemah akan meminta keadilan.
Kedzhaliman akan mendatangkan tuntutan. Sebaliknya kebaikan akan mendatangkan pembelaan. Semua kebaikan sekecil apapun akan datang kepada pemiliknya dengan balasan yang sempurna.
Gus Baha di dalam salah satu ceramahnya menceritakan kisah yang pernah ia baca tentang beberapa orang yang akan masuk surga. Orang-orang tersebut berdebat siapa yang lebih layak masuk surga lebih dahulu. Mereka merasa memiliki keistimewaan dalam salah satu sisi ibadah. Mereka merasa layak masuk surga lebih dahulu.
Mereka yang berdebat akhirnya sepakat bahwa ulama yang menjadi guru mereka lebih layak masuk surga lebih dahulu. Menurut mereka, mereka bisa masuk surga karena mendapat ilmu agama yang diajarkan sang ulama. Mereka faham tentang ibadah berkat ulama tersebut.
Ternyata sang ulama merasa tidak pantas masuk surga lebih dahulu. Ia mengatakan bahwa orang kaya yang telah memberinya uang sehingga bisa belajar dan menjadi ulama lebih layak masuk surga. Ia merasa berutang budi kepada orang kaya yang sudah membantunya menjadi ulama. Ulama tersebut justru membela orang yang telah berjasa kepada dirinya. Begitulah kebaikan. Siapa yang menabur benih, dia yang akan menuai hasil panennya.
Fenomena bola yang memantul setelah dilemparkan ke dinding juga berlaku untuk keburukan dan kebaikan. Allah SWT berfirman:
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri… (QS. Al-Isra ayat 7)
Mereka yang mengetahui hari pembalasan, tentu memilih untuk menyebarkan kebaikan dan menahan tangannya dari berbuat kedzhaliman. Jika ada orang yang sudah meyakini hari pembalasan tetapi masih suka menyakiti orang lain, katakan kepadanya,”Anda lebih lucu dari pada pembunuh bayaran yang masih magang.”
Wallahu a'lam bishshowab



Posting Komentar