Suatu hari ada seseorang yang bertanya di pengajian. Ia merasa bahwa dirinya sangat disayangi oleh Allah SWT. Ia khawatir jika itu adalah perasaan yang salah dan merupakan ke-geer-an yang berlebihan. Jangan-jangan rasa percaya diri sangat disayang Allah SWT ini menimbulkan efek yang tidak baik.
Pertanyaan tersebut menggelitik penulis. Pertanyaan tersebut menjadi menarik buat penulis bukan karena materi pertanyaannya. Tapi karena penulis mengetahui latar belakang kehidupan orang yang bertanya.
Orang yang bertanya kebetulan aktif di yayasan yang juga merupakan tempat penulis beraktifitas. Ada hal-hal yang penulis ketahui terkait dengan orang yang bertanya. Setahu penulis, kehidupannya cukup berat dan banyak ujian.
Ia sering diganggu jin yang membuatnya kesurupan. Penulis pernah melihatnya saat kesurupan dan ditangani beberapa orang yang merukyahnya. Gangguan jin yang membuatnya merasa malu.
Selain ujian dalam bentuk gangguan jin, suaminya meninggal dunia. Ia harus menghidupi anak-anaknya yang masih kecil secara mandiri. Dengan gajinya yang kecil di yayasan yang bergerak di bidang sosial, tentu ia berjuang keras untuk mengelola kebutuhannya.
Hidup kesepian setelah ditinggal suami, serta beratnya kehidupan mengurus anak-anak tentu menimbulkan pertanyaan bagi penulis. Dari sisi kehidupan mana ia merasa sangat disayang Tuhan? Dari sudut  mana ia merasa hidupnya penuh berkah?
Kenikmatan dan Ujian adalah Karunia Tuhan
Orang yang merasa disayang Tuhan tentu adalah orang yang percaya bahwa skenario yang Allah SWT kepada dirinya adalah skenario yang terbaik. Ia meyakini bahwa hal-hal yang ia alami berupa nikmat atau ujian adalah karunia dari Tuhan.
Manusia membutuhkan kenikmatan agar bisa bersyukur kepada Tuhan. Manusia juga membutuhkan ujian agar bisa mendapatkan pahala kesabaran dan penghapus dosa.  Ujian akan membuat manusia menyebut nama Tuhan untuk mendapat pertolongan. Ujian akan membuat manusia menyadari adanya kenikmatan yang selama ini tidak disadari.
Manusia yang merasa disayang Tuhan meyakini bahwa kenikmatan dan ujian adalah hal yang dibutuhkan dan bukti kasih sayang Tuhan. Seperti pasien yang percaya dengan dokter yang merawatnya.  Ia meyakini tindakan medis yang dilakukan dokter untuk kebaikannya meskipun terkadang tidak menyenangkan.
Terkadang pasien harus disuntik. Terkadang harus meminum obat. Terkadang harus dioperasi. Namun itu semua tidak membuat pasien marah kepada dokter karena yakin dokter sedang berusaha membantunya.
Kenikmatan dan Ujian Memiliki Dosis yang Tepat
Demi kebaikan pasien, sebelum menulis resep, biasanya dokter atau perawatnya akan bertanya lebih dahulu usia, berat badan, dan kondisi pasien seperti hamil atau alergi. Ini untuk menentukan dosis obat yang akan diberikan. Dokter akan memberikan obat sesuai dengan yang dibutuhkan pasien.
Obat yang diberikan terlalu banyak akan menjadi toksik (racun) yang membahayakan bahkan membunuh pasien. Jika obat yang diberikan terlalu sedikit, penyakit tidak akan sembuh bahkan membuat bakteri penyakit menjadi kebal. Itu sebabnya dokter tidak boleh memberi obat dengan dosis yang terlalu banyak atau terlalu sedikit. Harus pas dengan yang dibutuhkan.
Ada cerita tentang pasien yang menjalani operasi. Karena dosis obat bius yang diberikan kurang, pasien terbangun. Namun, ia tidak bisa berteriak memberitahu dokter karena masih ada pengaruh bius. Ia merasakan sakit yang luar biasa saat pisau bedah mengiris-iris bagian tubuhnya.
Dosis bius yang kurang menjadi berbahaya karena pasien bisa tersadar dan membuat kekacauan saat operasi. Sebaliknya bius yang terlalu banyak juga membahayakan pasien. Pasien bisa mengalami parestesia, kejang, penurunan kesadaran, aritmia, hipotensi, dan jantung berhenti berdetak.
Perumpamaan ukuran dosis obat yang harus sesuai kebutuhan menjadi jawaban kenapa ujian dan kenikmatan setiap orang berbeda-beda. Ujian dan kenikmatan yang diterima diberikan sesuai dengan kemampuan setiap orang.
Manusia memang membutuhkan hal-hal yang menyakitkan salah satunya untuk menghapus dosanya. Rasa sakit akan menjadi kafarat dosa. Namun, Allah SWT memberikan rasa sakit sesuai dosisnya sebagaimana ayat berikut:
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya... (QS. Al Baqarah ayat 286)
Begitu juga dengan kenikmatan berupa harta dunia dan sejenisnya. Harta yang terlalu berlebihan melebihi dosis bisa membuat seseorang mengalami kehancuran. Bisa jadi ia akan sibuk dengan dunia dan lupa untuk beribadah. Bisa jadi dengan banyaknya harta ia tergoda berbuat maksiat.
Orang yang tidak bersyukur atas harta yang diberikan Allah SWT berarti tidak meyakini bahwa Allah SWT telah memberikan harta sesuai dengan dosis kemampuannya dalam menghadapi ujian harta. Seharusnya ia bersyukur dan meyakini bahwa jumlah harta yang ia miliki saat ini adalah yang terbaik buat dirinya. Kelak, saat kebutuhannya meningkat Allah SWT tentu akan memberikan harta yang lebih banyak lagi.
Dosis Pasti Ditambah Jika Diperlukan
Seperti uang jajan anak sekolah. Saat masih SD tentu orang tuanya memberikan uang jajan sesuai kebutuhan anak SD. Membawa uang yang banyak dan berlebihan tentu tidak bermanfaat bahkan menimbulkan bahaya bagi anak SD. Ketika anak memasuki jenjang mahasiswa, tentu orang tuanya memberikan tambahan uang.
Manusia bisa menerima takaran dosis obat yang diberikan oleh dokter. Sungguh aneh jika manusia tidak bisa menerima takaran kehidupan yang diberikan Tuhan. Sungguh ajaib ketika manusia tidak mau bersyukur kepada Tuhan. Padahal Tuhan Maha Penyayang dan Maha Mengetahui.
Ada cerita tentang seseorang yang curhat kepada temannya. Padahal yang curhat memiliki kenikmatan yang lebih banyak dari pada yang dicurhati. Bayangkan, seorang wanita mengeluh tentang suami kepada janda yang tidak memiliki suami. Itu seperti seseorang yang mengeluh AC mobilnya kurang dingin kepada seseorang yang tidak punya mobil dan harus berpanas-panas berjalan kaki.
Ia mengeluh kepada seseorang padahal dosis kenikmatannya lebih tinggi. Ia menginginkan kenikmatan yang lebih tinggi dan tidak bersyukur dengan yang sudah didapatkan. Sepertinya ia harus belajar lagi tentang konsep bahaya over dosis. Sepertinya ia merasa tidak disayang Tuhan.
Wallahu a'lam bishshowab



Posting Komentar