UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Kebaikan yang Berbalas Kebaikan


 

Pada suatu hari penulis, menemui seorang yang menjadi tokoh masyarakat di Tenggarong. Ia bercerita tentang ibu pemilik kantin di kampusnya. Ia menceritakan bahwa ibu kantin tersebut sering membantu mahasiswa. "Bu saya lapar, saya cuma ada uang dua ribu rupiah." Kalimat tersebut menjadi kenangan baginya. 

Ibu kantin biasa memberi makan mahasiswa yang kehabisan uang. Bahkan lewat jam empat sore, gorengan yang tersisa di kantin digratiskan. Kebijakan yang mengundang datangnya mahasiswa berdompet tipis tetapi berwajah tebal.

Para lulusan kampus yang saat ini menjadi para tokoh masyarakat banyak yang masih datang ke sana. Mereka rindu dengan nasi pecelnya yang nikmat. Bahkan dua orang yang pernah menjadi rektor di kampus tempat kantin berada konon juga "alumni" dari kantin tersebut.

Kebaikan selalu dibalas dengan kebaikan. Mereka yang dulu pernah ditolong tidak melupakan jasanya. Jika ibu kantin akan mudik ke jawa, banyak “alumni”nya yang menawarkan membeli tiket. Bahkan pernah pembelian tiket menjadi dobel karena tidak berkoordinasi lebih dahulu.

Berdasarkan logika bisnis, apa yang dilakukan ibu kantin akan mengurangi keuntungan yang didapatkan. Namun, logika “berkah” tidak demikian. Kebaikan yang dilakukannya bisa jadi adalah penyebab ramainya pelanggan datang ke sana. 

Kebaikan Selalu Berbau Harum

Kebaikan hati adalah hal yang indah. Segala yang indah selalu mudah menyebar dari mulut ke mulut. Walaupun belum ada media sosial, kebaikan ibu kantin menjadi iklan gratis buat kantin tersebut.

Banyak perusahaan menyediakan dana iklan yang besar. Mereka juga menyediakan dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk membantu masyarakat di sekitar. Namun, karena iklan didasari untuk kepentingan bisnis, dan CSR didasari oleh peraturan pemerintah, efeknya tidak akan bisa mengalahkan kebaikan yang didasari oleh keikhlasan hati.

Manusia tidak akan tersentuh hatinya terhadap “kebaikan” yang memilliki motif lain di baliknya. Memberi kebaikan dengan motif ingin dipilih, ingin dimudahkan urusan atau keinginan-keinginan lain sangat mudah terbaca. 

Kebaikan yang menggetarkan hati adalah kebaikan yang diberikan karena memang ingin berbuat baik tanpa mengharapkan balasan dari penerima kebaikan. Ia melakukannya karena Allah SWT menyuruhnya berbuat baik. Ia tidak peduli penerima kebaikan akan mengingatnya atau tidak. Ia cukup bahagia dengan melihat penerima kebaikan merasa senang.

Memadukan Bisnis dan Kegiatan Sosial

Ada perusahaan yang menjalankan bisnis murni, ada juga lembaga yang menjalankan program kemanusiaan. Namun, memadukan antara program bisnis dengan program kebaikan sebenarnya dapat dilakukan sebagaimana yang dilakukan oleh ibu kantin di atas.

Memang terkadang, lembaga yang bersifat kombinasi ini seperti berwajah dua yang membingungkan masyarakat. Contohnya sekolah yang menggratiskan biaya untuk anak yatim dan dhuafa. 

Bagi murid yang membayar normal, mereka melihatnya sebagai sekolah bisnis. Namun bagi murid yatim dan dhuafa yang bersekolah di sana, mereka melihatnya sebagai sekolah sosial. Di satu sisi murid yang membayar normal kadang merasa kesal karena fasilitas yang tidak sesuai. Di sisi lain murid yang tidak membayar atau memperoleh subsidi melihatnya sebagai sekolah yang hebat bahkan dewa penolong.

Kombinasi bisnis dan sosial ini mengakibatkan ada perusahaan yang berbentuk PT atau CV. yang secara hukum adalah bisnis. Namun, pada dasarnya ia adalah lembaga kemanusiaan karena keuntungannya banyak diberikan untuk menolong orang. Sebaliknya ada juga lembaga yang berbentuk yayasan tetapi hakikatnya adalah  perusahaan bisnis karena mencari keuntungan.

Ada juga lembaga yang murni menjalankan bisnis namun memakai kedok kemanusiaan. Mereka mengeksploitasi kebaikan masyarakat untuk mendapatkan keuntungan bisnis. Mereka mendirikan panti asuhan atau lembaga yang mengurusi kaum dhuafa namun tujuan sebenarnya adalah memperkaya para pengelolanya.

Adanya lembaga bisnis murni yang berkedok kemanusiaan jangan menjadi alasan untuk tidak membantu lembaga-lembaga yang ada. Karena pahala dan balasan kebaikan bagi yang menyumbang tetap didapatkan meskipun ternyata sumbangan tersebut “salah” sasaran. 

Meskipun sangat sulit untuk mengetahui mana lembaga kemanusiaan murni dan mana yang hanya menjadikannya sebagai kedok, baik sangka harus dikedepankan. Menuduh lembaga yang bergerak di bidang sosial sebagai berkedok bisnis bisa berakibat fatal bagi orang-orang dhuafa yang bergantung kepada lembaga tersebut.

Keikhlasan akan Menemukan Jalannya.

Di dalam sebuah riwayat diceritakan tentang seseorang yang bersedekah kepada tiga orang. Ternyata penerima sedekahnya adalah seorang pencuri, seorang pezina, dan seorang yang kaya. 

Masyarakat menganggap sedekah tersebut salah sasaran. Mereka menyayangkan sedekah yang dianggap tidak tepat karena tidak diberikan kepada orang miskin yang memerlukan bantuan.

Ternyata sedekah yang dianggap “salah” telah merubah gaya hidup dari para penerima sedekah. Mereka tersentuh dengan kebaikan pemberi sedekah. Pencuri akhirnya bertaubat. Pezina tidak lagi melakukan zina. Orang kaya menjadi dermawan dan suka bersedekah.

Perbuatan baik terkadang tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga. Bisa jadi berbuat jahat lebih melelahkan daripada berbuat baik. 

Konon tersenyum itu lebih mudah daripada cemberut. Jumlah otot-otot yang digunakan untuk tersenyum lebih sedikit daripada jumlah otot-otot yang digunakan untuk cemberut sehingga sebenarnya cemberut lebih melelahkan daripada tersenyum.

Kebaikan akan Menimbulkan Kebaikan Lainnya.

Perbuatan baik sebagaimana perbuatan jahat sama-sama bisa memiliki efek domino. Kebaikan akan berefek kebaikan, kejahatan juga akan berefek kepada kajahatan. 

Perbuatan jahat bisa merembet dan mengalir jauh ke segala arah. Seorang guru yang marah di kelas akan membuat kesal muridnya. Karena kesal, anak yang dimarahi gurunya tadi membuat ulah di rumah. Melempar sepatu, tas, dan lain-lain tidak pada tempatnya. 

Akibat ulahnya, rumah menjadi berantakan sehingga membuat emosi ibunya. Tanpa sengaja karena emosi, sang ibu marah-marah kepada suaminya yang dianggap tidak mau bantu membereskan rumah.

Suaminya yang jengkel sehabis dimarahi istrinya kemudian pergi ke luar rumah bersama supirnya. Selama perjalanan ia memaki-maki supirnya. 

Kesal sebab dimaki-maki bosnya, sang supir mengklakson dengan keras becak yang berjalan agak ke tengah jalan. Dan tukang becak yang gusar kemudian melototkan matanya sambil mengepalkan tangan. Semuanya marah gara-gara guru yang marah di kelas.

Bagaimana jika guru di atas memuji muridnya? Muridnya kemudian pulang dengan riang bercerita kepada ibunya. Ibunya dengan bahagia bercerita kepada suaminya. Begitu seterusnya sehingga cerita berakhir dengan lambaian tangan tukang becak yang tersenyum kepada supir.

Oleh karena kebaikan dapat merembet dan membesar, maka balasannya pun bisa menjadi besar. Balasan kebaikan tidak terbatas ruang, tempat, dan waktu. Balasan kebaikan dapat memantul kembali meskipun tidak diketahui dari mana, oleh siapa, kapan, dan bagaimana ia datang.

Penulis pernah mendengar dari seorang ustadz yang diberangkatkan haji oleh orang lain. Ia berhaji namun tidak tahu siapa yang telah mendaftarkan dan membayarkan hajinya. Tentu hadiah naik haji tersebut akibat kebaikan yang telah ia lakukan. Meskipun ia tidak tahu kebaikan yang mana dan kepada siapa ia lakukan. Kebaikan sebagaimana sifatnya akan selalu dibalas dengan kebaikan. 

Wallahu a’lam bisshowab

Posting Komentar

Translate