UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Mau Hidup Nyaman, Tapi Tidak Mau Melakukan




Kasus pertama. Mana yang lebih nyaman, apakah dikelilingi orang yang baik atau dikelilingi orang yang jahat? Tentu jawabannya lebih nyaman dikelilingi orang-orang baik.

Mana yang lebih nyaman, apakah dikelilingi orang yang menyayangi kita atau dikelilingi orang yang membenci kita? Tentu jawabannya lebih nyaman dikelilingi orang-orang yang menyayangi kita.

Bagaimana caranya agar bisa berada di lingkungan orang-orang yang baik dan menyayangi kita? Pindah? Tentu tidak semudah itu pindah-pindah. Rumah, pekerjaan, tempat anak sekolah menjadi pertimbangan. Lagi pula, tempat yang baru belum tentu lebih baik. Jadi bagaimana dong?

Mudah. Rasakan saja bahwa orang-orang di sekitar kita adalah orang-orang yang baik dan mencintai kita. Memakai asumsi bahwa mereka adalah orang-orang yang baik. Ketika asumsi tersebut telah digunakan, akan muncul perasaan berada di tengah-tengah orang yang baik. Suasana berubah menjadi nyaman. Timbul rasa sayang kepada orang-orang di sekitar.

Getaran sayang tersebut secara perlahan-lahan akan beresonansi kepada orang-orang di sekitar. Getaran sayang yang muncul di hati akan memberikan efek mudah tersenyum dan mudah membantu orang di sekitar. Senyuman dan bantuan yang diberikan, secara perlahan akan membuat orang di sekitar benar-benar menjadi orang yang baik dan menyayangi.

Metode berasumsi bahwa orang-orang di sekitar adalah orang yang baik sudah lama diajarkan di dalam Islam. Islam menganjurkan untuk berbaik sangka (husnudzhon). Islam melarang untuk berburuk sangka (su'udzhon). Islam juga melarang untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Allah SWT berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. (QS. Al Hujurat ayat 12)
Kasus kedua. Mana yang lebih nyaman apakah menjadi orang yang kaya dan berkecukupan atau orang miskin yang kekurangan? Tentu jawabannya lebih nyaman menjadi orang yang berkecukupan. Lalu bagaimana caranya, merampok, korupsi? Ada cara yang lebih mudah. Lihatlah orang-orang yang lebih fakir dan miskin. Tiba-tiba terasa bahwa sebenarnya hidup yang dijalani nyaman dan berkecukupan. Tiba-tiba merasa kaya.

Masalahnya banyak orang yang lebih suka melihat orang yang lebih kaya. Lebih suka membuka akun medsos orang-orang kaya dan membandingkan dengan dirinya sendiri. Setelah melihat kenikmatan yang dirasakan orang-orang yang lebih kaya, "Cling, jadi gembel". Hidup langsung terasa susah. Merasa menjadi orang miskin.

Metode untuk mencukupkan diri dengan apa yang ada sudah lama diajarkan di dalam Islam. Islam menganjurkan untuk bersyukur. Islam melarang untuk kufur nikmat. Abu Dzar meriwayatkan sabda Nabi Muhammad SAW. Berikut kutipan perkataan beliau:
Kekasihku yakni Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah tujuh perkara padaku, (di antaranya): (1) Beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkanku agar melihat orang yang berada di bawahku (dalam masalah harta dan dunia), juga supaya aku tidak memperhatikan orang yang berada di atasku. … (HR. Ahmad)
Kasus ketiga. Mana yang lebih nyaman apakah ibadah yang khusyuk dan penuh kemesraan atau ibadah yang terasa berat dan melelahkan? Tentu jawabannya lebih nyaman adalah ibadah yang khusyuk dan merasakan kemesraan dengan Allah SWT. Lalu bagaimana caranya? Sebagaimana kasus pertama dan kedua, Islam juga telah memberikan solusinya. Nabi sudah ajarkan resepnya. Beliau bersabda:
Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan engkau melihat-Nya, maka bila engkau tak melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu. (HR Muslim)
Melatih merasa dikelilingi orang baik dan melatih merasa kaya mungkin lebih mudah. Melatih merasakan kehadiran Allah SWT tentu lebih sulit. Allah tidak bisa dilihat dan tidak boleh dibayang-bayangkan. Butuh pelajaran-pelajaran khusus yang dibimbing trainer yang berpengalaman. Salah satu mata pelajaran yang harus diambil adalah belajar dzikir dengan metode-metode yang diajarkan Nabi.

Kasus pertama, kedua, dan ketiga sama-sama membutuhkan pelatihan perasaan. Kasus pertama melatih merasakan bahwa orang di sekitar adalah orang baik. Kasus kedua melatih merasakan bahwa diri kaya. Kasus ketiga melatih merasakan bahwa Allah SWT ada dan Maha Melihat.

Melatih perasaan sama pentingnya dengan melatih ucapan dan perbuatan. Saat seseorang belajar sholat, tentu seseorang akan mendatangi ustadz untuk melatih bacaan dan gerakan sholat. Namun ia juga harus mendatangi mursyid untuk melatih perasaannya agar bisa khusyuk dalam sholat.

Ustadz akan mengajari cara sholat yang sah dan sesuai dengan syariat. Mursyid tarekat akan melatihnya agar sholatnya menjadi lebih bernilai dan diterima oleh Allah SWT. Syariat dan tarekat artinya dalam bahasa Indonesia adalah "jalan". Yang satu jalan lahir, yang satunya lagi jalan bathin.

Ilmu melatih perasaan sebenarnya sangat penting di dalam Islam. Namun, banyak orang yang hanya fokus dengan ilmu-ilmu syariat yang hanya mengajarkan ucapan dan gerakan saja. Padahal kenikmatan hidup dan ibadah sebagian besar terletak di dalam ilmu yang melatih perasaan.

Secara syariat diajarkan untuk berbuat dan berprilaku baik. Namun kesopan dan santunan akan lebih sempurna jika disertai dengan perasaan yang penuh cinta dan belas kasih sayang. Memberi dengan keterpaksaan akan menimbulkan siksaan. Memberi dengan perasaan cinta akan menimbulkan kenikmatan.

Islam sebenarnya memberikan semua solusi masalah hidup. Hidup akan terasa lebih nyaman dengan menerapkan ajaran Islam. Sayangnya pelajaran terhadap Islam tidak sempurna dikuasai. Ada bagian-bagian yang terlewatkan untuk dipelajari. Islam bukan hanya syariat. Ada tarekat, hakikat, dan ma'rifat.

Jadi bagaimana? Masih tidak mau melatih perasaan? Cling, jadi gembel.

Wallahu a'lam bishshowab
Lebih lamaTerbaru

Posting Komentar

Translate