UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Takut Kena Prank Malaikat?

    

Ada cerita lucu tentang seseorang yang mengirim pesan WA ke temannya. "Eh, mau ke sini nggak? mumpung di rumahku nggak ada orang nih." Temannya menjawab, "Wah, asyik, aku meluncur."

Beberapa saat kemudian temannya mengirim chat, "Kok, saya pencet-pencet bel, kamu nggak keluar? Kayak nggak ada orang aja di rumahmu." Tidak lama kemudian muncul balasan, "Khan sudah kubilang di rumahku nggak ada orang. Salahku di mana? Ha ha ha." Sial, ternyata prank.

Prank adalah jebakan yang digunakan untuk membuat orang tertawa. Lelucon praktikal ini hanyalah gurauan. Tetapi tidak semua orang suka bahkan sangat kesal jika kena prank. Akibatnya orang akan berhati-hati menghadapi hal-hal yang dicurigai adalah jebakan.

Pada suatu hari seorang ulama ditanya bagaimana jika ternyata tidak ada akhirat. Bagaimana kalau cerita kehidupan setelah kematian itu prank semua? Tidak ada surga dan neraka. Bukankah mereka rugi berbuat baik di dunia? Bukankah mereka yang berbuat jahat akan selamat?

Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang terus berulang. Di dalam Al-Quran juga sudah diterangkan tentang mereka yang menganggap alam dunia adalah tempat akhir kehidupan. Allah SWT berfirman:
Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. (QS. Al-Jatsiyah ayat 24)
Ulama yang mendapat pertanyaan tersebut mengatakan bahwa jika ternyata setelah kematian tidak ada apa-apa, maka yang selamat bukan hanya yang jahat, yang baik juga selamat. Namun, jika ternyata hari pembalasan itu ada, yang percaya akan selamat, sedangkan yang jahat akan mendapat kerugian yang sangat besar.

Ini seperti seseorang yang membawa jas hujan di jok motornya saat berpergian. Jika ternyata tidak turun hujan, maka yang membawa jas hujan akan selamat sebagaimana yang tidak membawa jas hujan. Bagaimana kalau ternyata hujan turun dengan sangat lebat? Yang tidak membawa jas hujan akan basah kuyup.

Misteri tentang adakah hari pembalasan adalah misteri yang menjadi perdebatan. Apakah itu hanya jebakan untuk orang-orang agar mau melakukan sesuatu? Seperti jebakan orang yang berkata kepada anak-anak, “Jangan duduk di bantal nanti pantatmu bisul!” Apa hubungannya bantal dengan bisul? Itu adalah prank agar bantal tidak kotor dan cepat kempes karena sering diduduki.

Ada juga prank kepada anak perempuan oleh ibu-ibu zaman dahulu yang berkata, “Kalau kamu nyapunya nggak bersih nanti kamu dapat suami brewokan.” Mungkin jebakan ini tidak laku di Arab yang rata-rata lelakinya memelihara jenggot. Ada meme perempuan yang terpesona dengan ketampanan orang arab yang brewokan berkata,”Duh menyesal aku dulu nyapunya bersih banget. Ternyata orang brewoknya ganteng sekali”

Hujan turun atau tidak, tentu juga merupakan misteri. Yang membawa payung dan yang tidak membawa payung sama-sama tidak bisa memastikan hujan akan turun. Namun, jika tanda-tanda hujan sudah sangat jelas, angin bertiup kencang dan gerimis sudah mulai turun, probabilitas turunnya hujan tentu sangat besar. Jika tanda-tanda hujan sudah sangat jelas, memilih tidak membawa payung dengan alasan “bisa jadi” hujan tidak turun adalah perbuatan nekat. 

Tanda-tanda akhirat sudah sangat jelas. Semua Nabi dan Rasul yang diutus telah menjelaskan adanya hari pembalasan. Para Nabi diutus pada zaman yang berbeda dan tempat yang berjauhan tetapi manuskrip atau peninggalan yang mereka sampaikan memberi pesan yang sama tentang hari pembalasan. Dari ujung belahan dunia di bagian utara, selatan, barat, dan timur, semua orang memiliki cerita yang sama bahwa leluhur mereka telah menceritakan adanya hari pembalasan.

Tidak meyakini adanya hari pembalasan karena tidak berusaha mempelajarinya adalah perbuatan ceroboh. Pesan-pesan tentang hari pembalasan sangat jelas di Al-Quran dan hadits. Al-Quran yang teruji keasliannya karena dijaga oleh jutaan para penghafal Al-Quran tentu dapat dijadikan referensi tentang kebenaran hari pembalasan.

Kemurnian kitab Al-Quran teruji ketika ada orang yang menulis ayat Al-Quran dengan salah di salah satu stasiun televisi. Dalam waktu singkat televisi tersebut mendapat banyak telepon yang memprotes kesalahan tersebut. Jika kitab suci yang terjaga setiap hurufnya tersebut masih juga dianggap prank, lalu mereka mau percaya dengan apa lagi?

Saat ini mendapatkan Al-Quran sangat mudah. Bahkan tidak perlu berjalan ke toko buku, cukup berselancar di internet, akan ditemukan kitab Al-Quran yang diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Jadi alasan tidak mengetahui tentang hari pembalasan karena tidak memiliki kesempatan mempelajarinya adalah suatu kecerobohan yang fatal.

Thufail bin Amr hampir melakukan kecerobohan tersebut. Suatu hari, Thufail bin Amr berkunjung ke kota Mekah. Ia adalah penduduk Thaif yang sangat cerdas. Thufail adalah seorang ahli syair yang disegani oleh bangsa Arab. Orang-orang kafir Quraisy khawatir Thufail bin Amr, yang merupakan pemimpin kaumnya, akan masuk Islam jika mendengar ayat-ayat Al-Quran yang disampaikan Nabi Muhammad SAW.

Mereka berkata kepada Thufail:
“Wahai Thufail, engkau telah tiba di negeri kami dan orang ini (Nabi Muhammad) yang ada di tengah-tengah kita telah membuat kami semua porak-poranda. Ia telah memecah belah persatuan dan kesatuan kita. Ucapannya laksana sihir yang mampu memutuskan hubungan seorang anak dengan ayahnya, saudara dengan saudaranya dan suami dengan istrinya. Kami sangat khawatir jika apa yang telah terjadi pada kami itu lambat laun akan menimpamu dan kaummu. Karena itu, janganlah engkau sedikitpun mengobrol dengannya jangan pula mendengar sesuatu pun darinya!”
Thufail yang mendengar bahwa Nabi Muhammad SAW bisa mempengaruhi seseorang dengan ayat-ayat Al-Quran menjadi khawatir. Ia kemudian menyumbat telinganya agar jangan sampai mendengar ayat-ayat Al-Quran. Ia tidak mau masyarakatnya terbelah sebagaimana penduduk Mekah yang terbelah antara penyembah berhala dan pemeluk agama Islam.

Thufail berjalan-jalan di sekitar Ka’bah dengan sumbat di telinganya. Lama-lama ia berpikir bahwa dirinya seperti orang bodoh. Untuk apa ia memakai sumbat telinga. Bukankah ia adalah orang yang cerdas dan salah satu penyair yang handal. Ia tentu bisa membedakan apakah kalimat yang diucapkan itu benar atau salah. Apa salahnya ia mendengar ayat Al-Quran? Ia pasti tahu jika Al-Quran itu salah dengan kecerdasannya. Ia mengatakan tentang sikap bodohnya:
“Demi Allah, sungguh aku seorang yang cerdas dan penyair yang cerdas memilah antara yang haq dengan yang batil. Lalu apa salahnya kalau aku mendengar apa yang dikatakan lelaki ini. Jika yang dia bawa adalah kebenaran, aku akan menerimanya. Jika yang dibawanya adalah kebatilan, aku akan meninggalkannya.”
Thufail pun bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Setelah mendengarkan ayat-ayat Al Quran ia tahu bahwa ia telah terkena prank dari orang-orang kafir Quraisy tentang Muhammad SAW. Ia pun memeluk agama Islam.

Para Nabi dan Rasul mengalami berbagai siksaan dalam menyampaikan berita tentang hari pembalasan. Mereka dihina, diboikot, bahkan dibunuh dalam menjalankan tugas. Jika berita tentang alam akhirat hanyalah lelucon, buat apa mereka harus mengorbankan segala yang mereka miliki? Untuk apa Nabi Muhammad SAW menolak harta, tahta, dan wanita yang ditawarkan orang-orang kafir Quraisy asalkan ia berhenti menyampaikan ajarannya? Untuk apa ia mempertahankan cerita tentang hari pembalasan yang justru membuat dirinya diusir dari Mekah.

Manusia adalah makhluk yang cerdas. Ketika mereka meneliti sesuatu hal dengan teliti secara bersama-sama, mereka pasti akan bisa menemukan kesalahannya. Sedahsyat apapun tipuan, lama-lama akan terbongkar juga. Bagaimana mungkin Al-Quran bisa menipu lebih dari dua milyar manusia selama seribu lima ratus tahun? Apalagi banyak manusia yang telah menghafal seluruh kalimat di dalamnya.

Manusia bisa tertipu jika mereka tidak mempunyai cara untuk meneliti atau mengkonfirmasi kebenarannya. Tidak boleh membaca dan mendengarnya.  Atau memiliki kesempatan membaca tetapi tidak bisa memahami bahasanya. Namun, Al-Quran adalah kitab yang ditulis dengan bahasa Arab yang masih dipakai sampai dengan saat ini.

Beberapa puluh negara menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi. Ada juga negara-negara yang tidak menjadikannya sebagai bahasa resmi namun banyak penduduknya mampu berbahasa Arab dengan baik seperti Indonesia. Konon bahasa Arab adalah bahasa ke-5 terbanyak penggunanya di dunia.

Orang-orang yang mengatakan bahwa hari pembalasan tidak ada tentu bukan tipe orang yang suka membaca kitab suci. Bagi mereka kitab suci adalah prank dari malaikat. Mereka adalah sasaran empuk untuk mendapat prank dari iblis.

Wallahu a’lam bishshowab.

1 komentar

  1. Masya Allah semoga orang-orang tidak kena prank nikmat dunia yang melalaikan

    BalasHapus
Translate