UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Bekerja dengan Serius


Teman penulis bercerita bahwa ia pernah bekerja membersihkan tanki-tanki minyak yang berukuran besar seperti gedung bertingkat. Jika membersihkan bagian luar tanki tentu itu adalah pekerjaan biasa. Namun, ia bertugas membersihkan tanki-tanki tersebut dari sisi dalam. Sambil tertawa dia menceritakan betapa menderitanya ia saat menjalani pekerjaan tersebut. Pekerjan yang berat tetapi gajinya kecil.

Suhu di dalam tanki cukup panas. Apalagi ditambah suara bising akibat dentang pukulan palu berpadu dengan suara berisik amplas yang menggosok dinding-dinding tanki. Udara yang pengap dan terbatas di dalam tanki membuat dada terasa sesak. Udara yang bercampur dengan aroma uap sisa minyak dan debu-debu karat yang bertebaran.

Penulis jadi teringat dengan obrolan adik penulis tentang profesi dilihat dari level kesusahan dibandingkan dengan penghasilan yang diterima. Ada profesi yang pekerjaanya serius tetapi gajinya main-main. Ada juga profesi yang pekerjaanya seperti bermain-main tetapi gajinya serius. Idealnya semakin serius pekerjaannya, semakin serius pula gajinya.

Semakin sulit, berat, dan berisiko pekerjaan seharusnya semakin besar pula penghasilannya. Ini seirama dengan konsep investasi yaitu High Risk, High Return. Pada kenyataannya, ada pekerjaan yang harus dilakukan dengan serius dan melelahkan, namun gajinya seperti main-main. Termasuk membersihkan tanki minyak dari sisi dalam seperti yang diceritakan di atas.

Sebaliknya ada pekerjaan yang sepertinya main-main namun gajinya serius. Pekerjaan yang penuh tawa dan canda, berwisata dari kota ke kota, mencoba makanan yang enak, tetapi gajinya besar. Seperti pemandu program acara di televisi yang menampilkan wisata kuliner. Berjalan-jalan menikmati keindahan kota, sambil mencoba tempat-tempat makan yang direkomendasikan banyak orang. Pekerjaan yang diidam-idamkan mereka yang memiliki selera makan tinggi.

Selain keluhan terhadap gaji, hal lain yang biasa terdengar di kalangan pekerja adalah keluhan tentang atasan. Banyak filem yang mengangkat tema tentang bos yang menjengkelkan. Atasan seperti tidak tahu kondisi yang dialami bawahannya. Entah belum pernah mengalami menjadi bawahan atau mungkin mereka terkena amnesia dengan masa-masa saat menjadi bawahan.

Ada yang sudah bekerja dengan serius, tetapi atasannya menganggap ia tidak bekerja. "Kok belum selesai? Khan mudah saja. Kalian ngapain aja?" Duh betapa tidak fahamnya si "Bos". Meskipun pekerjaan sederhana tetapi secara urutan prioritas, banyak pekerjaan mendesak lainnya yang harus dikerjakan. Nanti kalau pekerjaan yang lebih mendesak ditinggalkan, akan muncul komentar lain, "Khan sudah tahu itu harus diprioritaskan, kok mengerjakan yang lain?" Sudah habis-habisan, tetapi dianggap tidak bekerja ini bikin mabuk kepayang.

Dua kondisi di atas yaitu pekerjaan serius dengan gaji main-main serta atasan yang menjengkelkan mungkin merupakan trending topik pembicaraan para karyawan sepanjang masa. Satu kondisi saja sudah cukup membuat tidak nyaman. Apalagi jika pekerjaan yang digeluti mengandung kombinasi dua kondisi di atas. Lalu bagaimana menyiasatinya?

Ketika ada hal-hal yang tidak dapat dirubah, satu-satunya cara agar hal tersebut dapat terlihat berbeda adalah dengan merubah sudut pandangnya. Bisa dari kanan, kiri, belakang, belakang atau dari ketinggian. Ibarat fotografer profesional, sebelum mengambil mengambil foto, ia akan mencari angle yang terbaik. Setelah arah yang menghasilkan gambar terindah ditemukan, barulah fotografer mengabadikannya. Rumput kering sekalipun, akan menjadi indah di tangan fotografer profesional.

Sudut pandang akan merubah segalanya. Pohon yang berada di sebelah kiri rumah, dalam sekejap akan terlihat berada di sebelah kanan rumah jika dilihat dari arah yang berlawanan. Benda-benda yang berada di belakang rumah yang tidak terlihat, akan tampak jelas jika dipandang dari ketinggian. Semua akan terlihat berbeda tergantung dari arah, jarak, dan ketinggian yang diambil.

Dalam kasus gaji main-main di atas, dari sudut mana memandangnya agar terlihat indah? Rasanya sudah dicoba dari arah atas bawah, depan belakang, kanan kiri, tetap terlihat tidak nyaman. Jika sudah tidak bisa ditemukan dari sudut pandang dunia, tibalah saatnya untuk memandangnya dari sudut pandang akhirat.

Pada dasarnya semua yang terjadi di dunia adalah skenario Allah SWT. Sehingga gaji yang seakan-akan berasal dari atasan, pada hakikatnya, berasal dari Allah SWT. Seseorang yang mampu memandang dari sudut hakikat ini tentu tidak akan berani memandang remeh pemberian Allah SWT. Seseorang yang memandang gaji adalah pemberian Allah SWT akan mengaitkannya dengan ayat Al-Quran:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS. Ibrahim ayat 7)
Sudut pandang lainnya adalah bahwa sebenarnya "upah" dari pekerjaan bukan hanya uang gaji. Ada hal-hal lain yang didapat dari bekerja. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Barangsiapa yang di waktu sore merasa capek karena bekerja dengan kedua tangannya dalam mencari nafkah maka di saat itu diampuni dosa baginya (HR Thabrani)
Ampunan Allah SWT tentu adalah hal yang sangat serius. Ia lebih berharga daripada dunia dan seisinya. Ampunan akan menjadi barang yang sangat berharga di akhirat. Saat pengadilan akhirat memperlihatkan semua kesalahan, saat itulah ampunan menjadi harapan untuk menyelamatkan. Jadi setiap pekerjaan yang melelahkan pada hakikatnya mendapat "gaji" yang serius berupa ampunan Allah SWT.

Para pekerja keras yang membanting tulang dan memeras keringatnya bisa jadi akan memiliki kedudukan yang tinggi di akhirat disebabkan hapusnya dosa-dosa mereka. Keuntungan yang mungkin tidak didapatkan oleh para pemilik profesi yang bekerjanya seperti bermain-main saja.

Hadits yang telah disebutkan di atas menjelaskan bahwa lelah yang didapatkan dari bekerja akan menjadi sarana munculnya ampunan. Lelah karena bekerja akan didapatkan oleh orang-orang yang bekerja dengan serius. Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak serius bekerja tetapi asyik bermain-main dan mengandalkan rekan kerjanya? Faktanya mereka juga akan mengalami kelelahan yang sama. Namun lelah mereka tidak akan bisa disamakan dengan mereka yang lelah serius bekerja. Allah SWT berfirman:
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. At-Taubah 105)
Selain mendapatkan ampunan, mereka yang serius bekerja akan mendapatkan hal-hal lain. Mereka akan mendapatkan persahabatan dan rasa hormat dari rekan-rekan kerjanya. Mereka juga tidak akan merasa khawatir karena sudah menunaikan amanah-amanahnya. Badan mereka lelah, tetapi hati mereka tenang. Mereka tahu bahwa pekerjaan mereka akan mendapatkan imbalan yang serius dari Allah SWT. Jadi, sudah siap bekerja dengan keras? Serius?

Wallahu a'lam bishshowab

1 komentar

  1. Ya Allah hanya kami menyembah dan hanya kami memohon pertolongan. Upah kami dari Mu ya Allah hanya lewat atasan kami, klien kami, pelanggan kami dan orang shaleh yg mendermakan hartanya untuk kami lewat doa kaum dhuafa dan yatim yg mendoakan kami tanpa sepengetahuan kami

    BalasHapus
Translate