UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Langkah Strategis

   

Negara Bangladesh pada tahun 1974 mengalami bencana kelaparan yang dahsyat. Peristiwa yang memicu adalah banjir besar yang membuat hancurnya perekonomian saat itu. Kemiskinan yang akut membuat masyarakat Bangladesh sulit untuk bangkit kembali. Kondisi tersebut membuat Muhammad Yunus termotivasi untuk mengentaskan kemiskinan. Ia berkata, “Apa hebatnya teori ekonomi yang saya ajarkan itu manakala ada orang-orang yang sekarat di trotoar di seberang tempat saya mengajar sedang bergelut dengan rasa sakit yang mencekik?”

Muhammad Yunus mengerahkan mahasiswanya untuk melakukan penelitian terhadap masyarakat untuk mengetahui hal-hal yang membuat mereka miskin dan tidak mampu berkembang. Ternyata banyak yang sulit untuk keluar dari kemiskinan karena terjerat para tengkulak yang menghisap keuntungan mereka. Mereka harus membayar bunga utang yang tinggi kepada tengkulak karena tidak mampu mendapatkan pinjaman dari bank. Mendapatkan pinjaman memerlukan jaminan dan syarat-syarat yang tidak mampu mereka penuhi.

Pada tahun 1976 Muhammad Yunus memulai proyek dengan memberikan pinjaman tanpa jaminan kepada beberapa orang miskin untuk berusaha. Meskipun miskin, ternyata tingkat pengembalian utangnya sangat lancar. Muhammad Yunus dengan menggunakan penelitiannya berhasil memetakan kelompok masyarakat yang memiliki tanggung jawab yang tinggi untuk mengembalikan utang.

Sedikit demi sedikit mereka yang selama ini tidak mampu bangkit dari kemiskinan akhir berhasil menjadi pengusaha yang mandiri. Mereka yang selama ini tidak mendapatkan pinjaman dari bank karena dianggap tidak layak, terbantu atas usaha Muhammad Yunus. Muhammad Yunus bahkan meminjam uang dari bank agar memiliki dana untuk dipinjamkan kepada orang-orang miskin. Pada tahun 1983 ia mendirikan Bank Grammen untuk dapat memperbesar program yang ia jalankan.

Muhammad Yunus mendapatkan penghargaan hadiah Nobel pada tahun 2006 karena programnya yang telah mengentaskan jutaan orang di Bangladesh dari kemiskinan. Ia mempelopori kredit dalam skala kecil kepada orang-orang miskin yang kemudian ditiru banyak lembaga di negara-negara lain. Langkah yang diambil oleh Muhammad Yunus adalah langkah yang strategis.

Salah satu filosofi yang berhubungan dengan pemberantasan kemiskinan adalah "Jangan beri ikan, tetapi berilah kail." Seandainya prinsip ini dijalankan oleh seluruh masyarakat, seharusnya tidak akan lagi ditemui orang-orang yang menengadahkan tangan, meminta-minta. Mereka yang telah memiliki "kail" dapat mencari "ikan" sendiri sehingga tidak perlu lagi diberi ikan. Namun, prakteknya tidak semudah yang dibayangkan.

Tidak semua yang memiliki "kail" mau mencari ikan. Tidak semua orang cukup sabar menunggu ikan memakan umpan kail. Mereka tidak mau menggunakan kail tersebut dan memilih terus terus meminta-minta. Tidak semua orang mau diminta bekerja keras jika belum yakin akan mendapat hasil yang jelas. Sudah berjam-jam memancing, ternyata tidak ada hasilnya. Terhadap mereka yang ”manja” ini kail saja tidak cukup. Mereka perlu diberikan jala agar lebih mudah dan lebih banyak dalam mendapatkan ikan.

Pentingnya memberikan bantuan berupa barang produktif yang memberikan hasil yang lebih jelas telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda:
Dari Abu Muhammad Abdullah bin `Amr bin `Ash ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: "Ada empat puluh perbuatan di mana yang paling utama adalah mendermakan seekor kambing untuk diperah susunya. Siapa saja yang mengerjakan salah satu di antara empat puluh itu dengan hanya mengharapkan pahala dan melaksanakan apa yang pernah dijanjikannya niscaya Allah akan memasukkan surga lantaran amalnya itu". (HR Bukhari)
Dari hadits di atas, kalimat ”diperah susunya”, tersirat kambing yang diberikan adalah kambing betina yang memiliki potensi berkembang biak dan bisa menghasilkan susu untuk dapat dinikmati dengan segera. Dengan memiliki kambing yang dapat diperah susunya, si miskin dapat terjaga kesehatannya karena susu memiliki kandungan gizi yang sempurna. Kenikmatan berupa susu yang langsung dapat dinikmati ini tentu akan memotivasinya untuk mau memelihara kambing. Ia juga dapat keluar dari kemiskinan karena kambing yang ia miliki dapat berkembang biak.

Anjuran yang sangat cerdas yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW ini seperti memberikan jala yang lebih mudah untuk menangkap ikan daripada kail. Beliau menggunakan kalimat “Yang paling utama” untuk memotivasi sahabat memberikan barang dengan spesifikasi yang jelas berupa kambing yang bisa diperah susunya. Jika dalam bentuk uang, belum tentu penerimanya akan membeli kambing. Jika dalam bentuk anak kambing, belum tentu penerimanya akan sabar menunggu kambingnya besar dan menghasilkan susu. Jika diberikan kambing jantan, maka ia tidak bisa memberikan kenikmatan “segera” berupa susu yang bisa diperah setiap hari.

Hadits di atas secara jelas memang menyebutkan “kambing untuk diperah susunya”, namun tentu saja juga harus memperhatikan situasi dan kondisi saat itu. Sebagaimana metode istinbath hukum yang mempertimbangkan maksud hadits dan realitas, bisa jadi ada barang produktif yang lebih tepat daripada kambing betina untuk saat ini. Tergantung keahlian masyarakat, kondisi alam yang ada, dan faktor-faktor lainnya. Nabi Muhammad SAW menyebut “kambing untuk diperah susunya” karena itu adalah barang produktif yang paling tepat pada zaman dan kondisi saat itu,

Apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah langkah yang sangat strategis. Disebut strategis karena langkah ini telah memperhitungkan semua kemungkinan dengan detil untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Langkah yang berdasarkan analisa paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.

Demikian juga yang dilakukan oleh Muhammad Yunus dengan gerakan mikro kreditnya. Sebelum mengambil langkah, ia telah memulainya dengan melakukan penelitian terlebih dahulu bersama para mahasiswanya. Mereka secara ilmiah berusaha menemukan titik masalah utama penyebab seseorang sulit keluar dari kemiskinan dan kunci jawaban untuk menyelesaikannya.

Pepatah Arab mengatakan “Fahmus Sual Nisful Jawab” yang artinya memahami masalah/soal merupakan separuh dari kunci jawaban. Bagaimana seseorang bisa mengerjakan soal dengan baik jika memahami soalnya saja telah gagal. Separuh perjalanan di dalam menjawab pertanyaan adalah adalah memahami maksud pertanyaan. Separuhnya lagi adalah memikirkan jawabannya.

Banyak manusia yang gagal karena ia gagal menemukan kunci permasalahan hidupnya. Jika ia telah mengetahui kunci permasalahan hidupnya dengan tepat, maka ia bisa berkonsentrasi untuk mengurainya. Ia bisa menyelesaikan masalah setelah menemukan akar permasalahan yang menjadi sebab timbulnya masalah-masalah lainnya.

Seperti halnya orang yang gagal menyembuhkan luka karena tidak mengetahui bahwa penyebab lukanya sulit sembuh adalah diabetes yang ia derita. Luka yang biasanya cepat kering, terus berair dan tidak bisa sembuh-sembuh. Jika ia mengetahui akar permasalahan dari lukanya adalah darahnya yang mengandung gula yang tinggi, tentu ia bisa lebih bijak menangani lukanya. Ia akan mengurangi konsumsi gula dan lukanya pun segera sembuh.

Memikirkan langkah strategis mungkin akan menyita waktu. Namun, langkah strategis akan mempercepat untuk mencapai tujuan. Langkah strategis adalah rute terpendek untuk mencapai sukses. Bukankah setiap perjalanan selalu dimulai dengan memilih rute yang terbaik?

Berpikir menyusun strategi sebelum berbuat, seperti seseorang yang mengasah kapaknya sebelum mengayunkannya. Mengasah kapak memang menyita waktu. Namun setelah diasah, kapak yang lebih tajam dapat membelah kayu lebih cepat.

Wallahu a'lam bishshowab

Posting Komentar

Translate