UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Saatnya Tafakur dan Tadabur



Suatu hari teman-teman kantor membicarakan tentang kolam renang yang terlalu banyak mengandung kaporit sehingga membuat mata terasa pedas. Kaporit berfungsi untuk menjernihkan dan membunuh bakteri di kolam renang. Namun, ketika kaporit tercampur urin dan keringat para perenang, ia akan menghasilkan senyawa yang bisa membuat iritasi pada mata.

Salah seorang terman mengatakan bahwa ia punya kacamata renang agar matanya tidak terkena kaporit. Sudah lama ia membeli kacamata renang. Sayangnya kacamata renang tersebut tidak pernah ia pakai sebab setiap kali pergi ke kolam renang, kacamata renangnya selalu ketinggalan di rumah. Kami pun mentertawakannya. Rugi dua kali, sudah bayar kacamata berenang, tetapi matanya masih tetap pedas terkena kaporit.

Kacamata renang adalah alat bantu untuk mempermudah manusia. Tertinggalnya alat bantu seperti kacamata renang adalah hal yang menjengkelkan. Namun, membawa alat bantu tetapi tidak digunakan adalah kebodohan. Apalagi alat bantu tersebut sebenarnya selalu ia bawa ke mana-mana. Memangnya ada orang seperti itu? Ada, bahkan peristiwa paling tragis dalam kehidupan manusia adalah ketika ia tidak menggunakan alat bantu berupa pendengaran dan akalnya untuk beriman kepada Tuhan. Al-Quran menceritakan kisah mereka:
Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?" Mereka menjawab: "Benar ada", sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: "Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar". Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala." (QS. Al-Mulk ayat 8-10)
Ayat di atas membahas pendengaran tetapi tidak menyebutkan penglihatan. Menurut ulama, kata pendengaran dipakai karena hal-hal yang ghaib seperti surga, neraka, malaikat, arsy, dan benda-benda ghaib lainnya tidak dapat dilihat oleh mata saat ini. Namun keberadaannya dapat diketahui dari cerita-cerita yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul. Manusia mengetahui adanya hal-hal ghaib tersebut dari pendengarannya, bukan dari penglihatannya.

Hal-hal yang ghaib memang tidak bisa dilihat. Tetapi seandainya seseorang mau menggunakan akalnya, ia akan tahu bahwa yang tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Seperti ruh yang ditiupkan ke dalam jasad manusia. Ruh tidak terlihat, tetapi semua orang sepakat bahwa ruh itu ada. Orang yang tidak beriman kepada Tuhan sekalipun meyakini bahwa ada ruh yang membedakan orang hidup dan orang mati.

Okelah orang-orang yang tidak beriman mengatakan bahwa mereka sulit mempercayai cerita-cerita tentang keberadaan surga dan neraka karena tidak bisa dilihat. Namun, bukankah di dunia ini juga banyak hal-hal yang bisa dilihat mata yang seharusnya menjadi pemikirannya? Bukankah keajaiban alam semesta ini bisa membuat mereka meyakini adanya Tuhan seandainya mereka mau menggunakan sedikit saja akalnya untuk berpikir.

Seandainya ada mesin buatan manusia yang bisa merubah rumput dalam beberapa jam menjadi susu segar tentu manusia akan terheran-heran. Seandainya ada mesin yang bisa merubah rumput menjadi daging yang gurih manusia akan takjub. Seandainya ada mesin yang bisa merubah rumput menjadi kulit yang kuat untuk dijadikan tas, jaket atau dompet tentu manusia akan gempar. Namun, kenapa ada sapi yang bisa merubah rumput menjadi susu, daging, dan kulit, manusia biasa-biasa saja?

Lebih hebatnya lagi mesin berupa sapi ini bisa menghasilkan mesin-mesin baru dengan menggunakan rumput-rumput yang mereka makan. Dalam waktu beberapa bulan rumput-rumput tersebut diolah menjadi sapi-sapi yang baru. Adakah mesin buatan manusia yang bisa menghasilkan mesin yang baru tanpa campur tangan manusia seperti sapi yang bisa berkembang biak sendiri?

Bahan dasar rumput yang dimakan sapi bisa dirubah menjadi susu yang murni tanpa tercampur darah atau kotoran. Perintah untuk mentadaburi susu yang murni juga telah disebutkan di dalam Al-Quran. Allah SWT berfirman:
Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya. (QS. An-Nahl ayat 66)
Allah SWT memberikan karunia kepada manusia dan jin alat bantu berupa hati, mata, dan telinga agar mereka mencapai derajat yang lebih tinggi dari malaikat. Namun, banyak manusia dan jin yang tidak mempergunakannya sehingga derajat mereka jatuh menjadi lebih rendah daripada binatang ternak. Allah SWT berfirman:
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’raf ayat 179)
Bukankah orang yang tidak beriman sebenarnya selama ini juga menggunakan mata dan telinga? Benar, tetapi mereka tidak mau memikirkannya lebih lanjut sehingga gagal meraih keimanan. Mereka tidak mempergunakan alat bantu berupa perasaan yang timbul di dalam hatinya serta pikiran yang muncul di dalam akalnya.

Orang-orang yang selalu menggunakan alat bantunya dengan baik akan lebih mudah bertambah keimanannya. Ini disebabkan mereka membaca alam semesta dari sudut pandang Tuhan yang menciptakannya. Allah SWT berfirman:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. (QS. Al-Alaq ayat 1)
Saat memandang sebuah obyek, bentuk dari obyek tersebut akan berbeda tergantung posisi seseorang yang melihatnya. Tergantung arah sudut dari orang yang melihatnya. Sudut pandang yang berbeda menghasilkan tampilan yang tidak akan sama.

Ada perumpamaan yang menggambarkan perbedaan sudut pandang meskipun mereka melihat obyek yang sama. Diceritakan ada seorang perenang, pelukis, dan pebisnis berjalan ke tengah hutan. Di tengah hutan mereka menemukan danau yang indah. Melihat danau tersebut, perenang berpikir untuk berenang. Sang pelukis tidak ingin berenang, namun ia ingin mengabadikannya menjadi lukisan. Berbeda dengan pebisnis. Di dalam otak pebisnis langsung muncul rencana untuk menjadikannya tempat wisata. Ia akan membuat jalan dan tempat-tempat peristirahatan untuk disewakan.

Mereka bertiga mengucapkan rencana yang mereka ambil. Tetapi perenang tidak tertarik untuk menjadikannya bisnis atau melukisnya. Begitu juga pebisnis dan pelukis tidak tertarik untuk berenang di dalam danau. Pilihan yang berbeda karena sudut pandang yang tidak sama. Pebisnis akan selalu mengaitkan apa yang dilihat dengan menghasilkan uang sedangkan pelukis akan mengaitkan apa yang dilihat dengan lukisan.

Secara garis besar manusia terbagi menjadi dua kelompok. Mereka yang percaya terhadap Tuhan, dan mereka yang tidak beriman dengan adanya Tuhan. Mereka yang beriman dengan Tuhan akan memandang segala sesuatu dari sisi keimanannya. Karena ia yakin Tuhan itu ada, maka ia akan melihat dari sudut pandang yang dikehendaki oleh Tuhan. Mereka yang tidak beriman kepada Tuhan tentu tidak akan mengaitkan apa yang mereka lihat dengan Tuhan.

Manusia yang tidak menggunakan alat-alat yang ia miliki untuk beriman kepada Allah SWT akan sangat menyesal saat berada di akhirat. Lebih menyesal lagi adalah mereka yang sudah diberitahu adanya alat bantu yang bisa digunakan, tetapi masih juga tidak mau menggunakannya. Mau diingatkan pakai apa lagi?

Wallahu a'lam bishshowab

1 komentar

  1. Barakallahu fikk Ustadz Jazakallah Khoir ahsanul jazza

    BalasHapus
Translate