UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Kekuatan yang Harus Dimiliki



Saat anak-anak masih kecil, mereka mengidolakan Power Rangers. Super hero khayalan yang sering mereka tonton di televisi. Masing-masing memiliki idola yang berbeda. Ada yang memilih power ranger biru, ada yang memilih power ranger merah. Mereka memilih hero yang menurut mereka paling kuat.

Menjadi kuat adalah perintah dalam agama. Nabi Muhammad SAW bersabda tentang orang-orang kuat. Orang yang kuat memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan cinta Allah SWT. Beliau bersabda:
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan "seandainya" dapat membuka pintu setan. (HR. Muslim)
Maksud "kuat" pada hadits di atas tentu bukan dari fisik saja. Kekuatan dapat dilihat dari berbagai sisi seperti aqidah, pemikiran, kekayaan, ibadah, dan lain-lain. Orang yang kuat akan memiliki kemampuan untuk menolong orang yang lemah. Secara logika, orang yang kuat lebih banyak manfaatnya daripada orang yang lemah. Sedangkan orang lemah cenderung akan menjadi beban yang akan menyusahkan orang lain. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia (HR. Ath-Thabrani)
Jika ada bencana kelaparan, hampir bisa dipastikan orang-orang yang lemah secara ekonomi tidak akan bisa mengambil peran. Bagaimana mau membantu orang lain sedangkan mereka sendiri juga sudah tidak memiliki apa-apa lagi untuk dimakan. Hanya orang-orang yang kuat secara ekonomi yang bisa membantu mereka yang tertimpa bencana kelaparan.

Saat ada permasalahan yang rumit di masyarakat, orang-orang yang kuat pemikirannya biasanya akan memberikan sumbangannya berupa ide jalan keluar dari permasalahan. Orang-orang yang lemah akal pikirannya, hanya mampu berdiam diri. Ada pepatah Arab, "Faqidusy syai'i laa yu'tihi". Mereka yang tidak memiliki apa-apa, tidak akan tidak bisa memberikan apa-apa.

Pentingnya keturunan yang kuat juga ditegaskan di dalam Al-Quran. Allah SWT berfirman:
Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadapnya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar. (QS. An-Nisa ayat 9)
Dari bermacam dimensi kekuatan, ada salah satu kekuatan yang harus dimiliki oleh manusia yang akan menentukan kehidupannya. Kekuatan apa itu? Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada penjelasan tentang manusia yang dibuat oleh Imam Ghozali. Di dalam kitabnya, kimia kebahagiaan, Imam Ghozali menjelaskan pentingnya manusia mengenal dirinya. Sebelum mengenal yang lain, manusia harus mengenali dirinya terlebih dahulu.

Beberapa pertanyaan harus dijawab oleh manusia untuk mengenal dirinya. Imam Ghozali berkata, “Sesungguhnya pengetahuan yang benar tentang diri meliputi beberapa hal berikut: Siapa aku dan dari mana aku datang? Ke mana aku akan pergi, apa tujuan kedatangan dan persinggahanku di dunia ini, dan di manakah kebahagiaan sejati dapat ditemukan?”

Terkait dengan pertanyaan “siapa aku?”, salah satu penjelasan Imam Ghozali menerangkan bahwa di dalam diri manusia ada tiga sifat yang bersemayam yaitu sifat hewan, sifat setan, dan sifat malaikat. Sifat hewan membuat manusia menyukai makan, minum, kebutuhan seksual dan naluri-naluri yang ada pada hewan. Sifat setan akan menggiring manusia untuk melakukan penipuan, adu domba, berdusta, dan kejahatan-kejahatan lainnya. Sifat malaikat akan membuat manusia menyukai beribadah kepada Allah SWT dan melakukan kebaikan-kebaikan.

Sifat-sifat yang bersemayam di dalam diri manusia membuat manusia ada yang baik seperti malaikat, ada yang jahat layaknya setan. Ada juga yang terombang ambing oleh nafsunya seperti binatang. Bahkan ada yang disebut Al-Quran lebih sesat daripada binatang ternak.

Jika manusia berhasil mengenali dirinya, ia akan mengetahui mana sifat yang esensi dan mana yang aksidensi. Sifat esensi adalah sifat yang menjadi ciri khas tertinggi. Contohnya handphone. Ia memiliki sifat dapat menangkap sinyal sehingga bisa digunakan untuk berkomunikasi, tetapi juga memiliki sifat sebagai benda padat sehingga bisa digunakan untuk mengganjal pintu.

Handphone juga memiliki sifat-sifat aksidensi lain sehingga bisa digunakan untuk berbagai macam tujuan. Ia bisa digunakan untuk menaikkan gengsi, bisa digadaikan untuk mendapat uang pinjaman, bahkan saat ada anjing mengejar, handphone bisa dilemparkan sebagai alat bela diri. Jika ditanya manakah yang merupakan fungsi utama diciptakannya handphone, pasti semua akan mengatakan untuk berkomunikasi. Itulah esensi dari handphone. Apa esensi dari lembaran-lembaran uang seratus ribu? Untuk alat pembayaran atau buat kipas-kipas seperti yang banyak dilihat di media sosial?

Jika tubuh manusia diumpamakan seperti kerajaan, Imam Ghozali memperumpamakan hati atau ruh sebagai raja dan akal sebagai penasihat/perdana menterinya. Anggota tubuh dapat diumpamakan rakyat yang melakukan perintah raja.

Ketika raja ingin melakukan sesuatu, ia akan berkonsultasi dengan penasehatnya. Keputusan tetap di tangan raja, tetapi masukan dari penasehat bisa membatalkan keinginan raja. Inilah yang terjadi ketika hati memiliki keinginan. Sebagai raja, hati akan berkonsultasi dengan akalnya sebelum memerintahkan anggota tubuh untuk melaksanakannya.

Contohnya adalah jika hati seseorang ingin mencuri, maka akal pikirannya akan memberikan berbagai pertimbangan. Bagaimana jika pencurian tersebut diketahui oleh masyarakat? Bukankah mencuri akan dibalas di akhirat? Bukankah pencurian akan membuat sedih pemilik barang yang dicuri? Hasil masukan dari akal bisa membuat hati membatalkan keinginannya untuk mencuri sebagaimana penasehat raja bisa membuat raja merubah keputusannya.

Masalahnya adalah jika penasehat raja tidak memiliki ilmu pengetahuan yang cukup. Ia tidak akan bisa membimbing raja mengambil keputusan terbaik. Saat raja cenderung kepada hal yang buruk, penasehatnya tidak bisa memberikan argumen-argumen yang kuat yang membuat raja tetap mengambil keputusan yang salah. Akibatnya banyak orang yang sudah tahu korupsi salah tapi tetap korupsi. Sudah tahu bermabuk-mabukan itu haram, tetapi tetap mabuk. Ia tahu bahwa judi itu haram tetapi ilmunya tidak cukup mengetahui bahaya-bahaya dari perjudian.

Raja yang beruntung memiliki penasehat yang baik, lama-lama akan menjadi raja yang baik. Nasehat-nasehat baik akan merubah pola berpikir raja. Itulah sebabnya, penasehat raja haruslah orang yang memiliki ilmu yang luas dan akal yang cerdas agar bisa mempengaruhi raja.

Dalam kasus manusia, agar hati sebagai memiliki kecenderungan akan kebaikan, maka akal sebagai penasehat harus memiliki ilmu yang luas. Akal yang kuat akan membimbing manusia hidup seperti malaikat. Akal yang kuat bisa membentengi hati dari nafsu binatang dan kejahatan setan. Akal yang kuat akan menggiring manusia menjadi esensinya yaitu sebagai hamba Allah SWT.

Para filsuf mengatakan bahwa semakin bertambah ilmu seseorang, akan semakin cenderung ia kepada kebaikan. Membekali anak-anak dengan ilmu yang cukup, selain membuat akalnya kuat, secara tidak langsung juga akan membuat hatinya bersih.

Akal yang kuat akan mengantar seseorang menjadi manusia yang kuat. Sesungguhnya yang membuat seseorang mampu melangkah menuju masjid, bukanlah karena memiliki tubuh yang kuat, tetapi hati yang tunduk kepada Allah SWT atas bimbingan akal yang kuat.

*Wallahu a'lam bishshowab*

1 komentar

  1. Barakallahu fikk Ustadz sangat memberi inspirasi Jazakumullah Khoiron katsiro

    BalasHapus
Translate