UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Mengutamakan Yang Maha Besar



Suatu hari penulis ingin menyuruh salah seorang anak untuk mengerjakan sesuatu tugas. Ketika adiknya mengetahuinya, ia mengatakan kepada penulis bahwa ia saja yang akan memberitahu kakaknya tentang tugas dari penulis.

Ia lalu berlari mendatangi kakaknya di ruang sebelah. Penulis mendengar ia dengan galak menyuruh kakaknya mengerjakan tugas yang akan penulis perintahkan. Ia memerintahkan tanpa menyebutkan bahwa itu adalah perintah dari penulis. Seakan-akan itu adalah perintah dari dirinya pribadi. Tentu saja kakaknya menolak perintah adiknya. Emang Lu siape? Yunior merintah-merintah senior pikir kakaknya. Menyuruhnya pakai muka galak lagi.

Melihat penolakan kakaknya, adiknya kemudian berkata sambil tertawa, "Kamu nggak mau? Kubilangkan Abi ya. Ini Abi yang suruh." Mendengar bahwa tugas tersebut ternyata berasal dari penulis, kakaknya kemudian melaksanakan apa yang disampaikan adiknya. Adiknya kemudian menggoda kakaknya. Jarang-jarang dia punya kesempatan menyuruh kakaknya.

Perintah atau larangan umumnya berasal dari atasan ke bawahan. Seorang kakak masih bisa menolak atau melakukan negoisasi atas permintaan adiknya karena memiliki kedudukan yang relatif sama. Namun, jika yang meminta adalah orang tuanya, ada kewajiban berbakti yang membuatnya harus menurut.

Semakin tinggi yang memberikan perintah, semakin tinggi pula tingkat perhatian yang harus diberikan. Tugas yang berasal dari presiden, akan dianggap lebih penting daripada tugas yang berasal dari kepala desa. Tugas yang diberikan oleh presiden akan dicatat untuk diingat. Tidak ditunda-tunda karena khawatir akan terlupa.

Selain tingkat perhatian, perbedaan kedudukan yang memberikan tugas juga akan memberikan perbedaan tingkat kesungguhan untuk melaksanakannya. Seseorang yang menitip pesan untuk membeli barang kepada temannya, akan direspon oleh temannya sekedarnya. Temannya akan mencari pesanan tersebut di beberapa toko. Jika tidak ditemukan, ia akan mengatakan bahwa barang yang dipesan tidak ada.

Bagaimana jika yang menitip pesan bukan sekedar teman tetapi atasannya? Tidak cukup mendatangi satu atau dua toko, ia akan mencari ke seluruh penjuru pasar untuk menemukan barang yang dimaksud. Kalau perlu pergi pasar yang lain.

Perintah dan larangan oleh pihak yang memiliki kedudukan tinggi harus mendapat prioritas utama. Semakin tinggi kedudukannya, maka semakin besar pula efek yang akan diterima jika melakukan pelanggaran. Contohnya, karyawan yang melakukan kesalahan kepada karyawan lainnya. Risiko yang ia hadapi paling hanya omelan. Namun, jika karyawan melakukan kesalahan kepada presiden direktur perusahaan, ia akan mendapat masalah besar. Ia bisa mendapat hukuman atau pemecatan.

Memiliki konflik dengan seorang preman memang merupakan masalah. Tapi masalahnya tidak sebesar masalah seseorang yang memiliki konflik dengan seorang pimpinan gangster atau mafia. Memiliki konflik dengan seorang prajurit memang merupakan masalah. Tapi masalahnya tidak sebesar masalah seseorang yang memiliki konflik dengan seorang jenderal.

Seorang ustadz pernah mengatakan bahwa tingkat kesalahan itu tidak hanya dilihat dari besar kecilnya kesalahan, tetapi kepada siapa ia bersalah. Saat seseorang berbuat dosa, hal yang harus ia sadari adalah ia telah melanggar perintah Allah SWT. Ia telah melawan perintah Yang Maha Besar.

Allah SWT adalah Dzat yang Maha Tinggi. Tidak ada yang lebih tinggi atau menyaingiNya. Itulah sebabnya setiap perintah dan laranganNya menjadi prioritas utama. Allah SWT bukan hanya sekedar Penguasa. Ia adalah Pemilik alam semesta.

Suatu hari ada seseorang yang menceritakan masalahnya yang ia hadapi kepada penulis. Ia pernah melakukan perbuatan dosa bersama seorang perempuan. Perempuan tersebut kini memintanya bertanggungjawab. Dari cerita yang ia sampaikan, terlihat bahwa ia sangat khawatir dengan kemungkinan pembalasan dari perempuan.

Anehnya ia tidak membicarakan atau mengutarakan kekhawatirannya atas dosa yang telah dilakukannya. Penulis sampai harus mengingatkan bahwa selain memperbaiki hubungannya dengan perempuan dimaksud, yang lebih penting ia harus menyelesaikan masalah yang timbul karena perbuatan dosa yang ia lakukan kepada Allah SWT.

Kenapa ada orang yang berani melanggar larangan Allah SWT dan meremehkan perintahNya? Salah satunya adalah karena kurangnya pemahaman (ma’rifat) kepada Allah SWT. Ia tidak memahami kebesaran Allah SWT. Saat ia mengucapkan takbir “Allahu Akbar”, sesungguhnya kalimat “Allah Maha Besar” tersebut belum ia sadari. Ia tidak menyadari kebesaran kerajaan Allah SWT sehingga tidak mengagungkannya dengan benar.

Untuk melihat kebesaran seorang raja, biasanya bisa dilihat dengan banyaknya jumlah pasukan, luasnya wilayah, besarnya istana, dan kemewahan-kemewahan lain dari aset yang ia miliki. Sebagai gambaran betapa besarnya kerajaan Allah SWT, mari kita lihat besarnya ukuran salah satu malaikat yang diceritakan Nabi Muhammad SAW.
Aku diizinkan untuk menceritakan tentang salah satu malaikat penyangga Arsy. Jarak antara daun telinga dan pundaknya adalah perjalanan tujuh ratus tahun. (HR. Abu Dawud)
Jika jarak dari telinga ke pundaknya malaikat saja membutuhkan waktu tujuh ratus tahun perjalanan untuk menempuhnya, lalu sebesar apa tubuhnya? Itu baru satu malaikat, padahal jumlah malaikat berlipat-lipat kali jumlah manusia yang digabung dengan jin. Itu baru makhluk yang bernama malaikat, lalu seberapa besar Kursi dan Arsy?

Kursi yang diceritakan pada ayat Kursi yang ada di dalam Al-Quran bukanlah bangku atau tempat duduk seperti dalam bahasa Indonesia. Ia adalah salah satu makhluk yang diciptakan yang menjadi tanda kebesaran Allah SWT. Kursi yang sudah sangat besar itupun ternyata sangat kecil dibandingkan Arsy. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya. Tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi itu sangat kecil dibandingkan dengan Kursi Allah, gambarannya seperti cincin yang dilemparkan di padang pasir. Sedangkan, Arsy Allah itu jauh lebih besar dibandingkan Kursi Allah, gambarannya seperti padang pasir dibandingkan cincin tadi. (HR. As-Suyuthi)
Jika langit dan bumi digabungkan dibandingkan dengan Kursi hanya seperti cincin dibandingkan padang pasir, maka seberapa besar Arsy? Padahal Kursi yang sedemikian besar jika dibandingkan dengan Arsy hanya seperti cincin dibandingkan dengan padang pasir.

Akal manusia tidak akan sanggup membayangkan kebesaran makhluk-makhluk yang diciptakan Allah SWT. Membayangkan besarnya surga dan neraka saja sudah tidak sanggup. Belum lagi mahkluk-makhluk lain yang tidak diketahui oleh manusia. Lalu sebesar apa Allah SWT yang jelas lebih besar dari pada semua makhlukNya?

Kalimat takbir yang diucapkan pada dasarnya untuk mengingatkan bahwa Allah Maha Besar dan semuanya selain Allah SWT adalah hal yang kecil dan remeh. Saat seseorang mengucapkan takbiratul ihram di awal sholat, maka saat itu ia harus berusaha melupakan hal-hal dunia yang kecil dan remeh karena ia sedang menghadap Allah SWT yang Maha Besar. Masalah hutang kecil, masalah jodoh kecil, masalah penyakit kecil, masalah hutang yang belum terbayar pun kecil dibandingkan Allah SWT.

Adalah hal yang ironi ketika seseorang di dalam sholatnya mengucapkan “Allah Maha Besar” berkali-kali tetapi di dalam kepalanya masih berkutat masalah-masalah yang sebenarnya kecil. Jika Allah SWT menghendaki menolong hambaNya, maka semua masalah bisa dihilangkan. Tidak ada masalah yang besar bagi Allah SWT.

Seseorang yang beriman dan memahami kebesaran Allah SWT tidak akan berani meremehkan perintah dan larangan Allah SWT. Efek dari ucapan takbir yang ia ucapkan berkal-kali di dalam sholat akan menyadarkannya bahwa Allah SWT Maha Besar dan tidak ada yang yang lebih besar dariNya. Ia akan menganggap semua masalah kecil. Ia baru menganggap masalah besar jika masalah itu berkaitan dengan Allah SWT.

*Wallahu a'lam bishshowab*

1 komentar

Translate