UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Ikuti Cara Jitu Rasulullah SAW

    

Ada anekdot tentang pasien yang menemui psikolog karena tidak bisa tidur di malam hari. Ia berkata, "Saya selalu merasa seakan-akan di bawah ranjang saya ada binatang atau orang yang bersembunyi." Sampai beberapa kali pertemuan, si psikolog tidak berhasil menghilangkan perasaan pasien. Psikolog angkat tangan.

Suatu hari pasien dan psikolog bertemu kembali. Pasien menyatakan bahwa perasaan cemasnya sudah hilang. Psikolog bertanya, "Siapa psikolognya?" Ia kagum dengan orang yang mampu menghilangkan phobia pasiennya. Pasiennya tertawa berkata, "Bukan psikolog, tukang kayu, ia potong kaki-kaki ranjang. Jadi tidak ada ruangan lagi di bawah ranjang saya." Tukang kayu telah menemukan cara jitu menyelesaikan masalah pasien.

Nabi Muhammad SAW banyak memberikan cara-cara jitu untuk mencapai tujuan. Cara-cara yang efektif dan efisien. Metode yang Beliau ajarkan bertahan sepanjang masa. Selama empat belas abad cara yang Beliau lakukan diikuti dan dilestarikan umatnya. Namun, banyak yang tidak menerapkannya dengan konsisten dan sesuai petunjuknya sehingga efeknya tidak efektif. Sahabat Muadz bin Jabal pernah mendapatkan salah satu cara jitu yang diajarkan Rasulullah SAW.
Dari Mu’adz RA, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang tangannya dan beliau berkata, “Wahai Mu’adz, demi Allah, aku mencintaimu.” Lalu beliau berkata, “Aku wasiatkan kepadamu, wahai Mu’adz, janganlah engkau sekali-kali meninggalkan doa ini di akhir setiap shalat, ‘Allahumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan baik kepada-Mu).’” (HR. Abu Daud)
Wasiat tesebut dianggap penting oleh Nabi Muhammad SAW. Untuk menguatkan betapa pentingnya pesan tersebut, Nabi Muhammad SAW sampai menyentuh tangan Muadz dan menambahkan kalimat "Demi Allah, aku mencintaimu". Wasiat yang membuat Muadz bin Jabal akan mampu melaksanakannya dengan konsisten.

Kenapa Beliau menganggap penting pesan tersebut? Ternyata pesan tersebut adalah cara yang sangat jitu untuk mendapatkan ridho dan cinta Allah SWT. Bagi orang beriman hidup di dunia hanyalah tempat untuk berlomba-lomba mendapatkan ridho Allah SWT. Manusia diciptakan untuk mengenal dan beribadah kepada Tuhannya.

Salah satu resep yang disebutkan di dalam wasiat tersebut adalah memohon kepada Allah agar dimudahkan berdzikir. Dzikir adalah sarana yang sangat kuat untuk mendapatkan cinta Allah SWT. Saat seseorang mengingat Allah, maka Allah akan memberi perhatian khusus kepadanya. Semakin sering berdzikir maka semakin sering seseorang terhubung dengan Allah SWT. Allah SWT berfirman:
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS. Al-Baqarah ayat 152)
Berdzikir dengan rutin adalah hal yang sulit. Kesibukan sering membuat lalai. Begitu banyaknya perhiasan dunia yang menipu, sehingga manusia melupakan tujuan utamanya hidup di dunia. Apalagi media sosial saat ini mampu menampilkan seluruh peristiwa di sudut-sudut dunia.

Dunia memang indah, tetapi ia tidak akan dapat menipu orang-orang yang selalu berdzikir. Orang-orang yang berdzikir selalu mengaitkan apa yang mereka lakukan dengan Allah SWT. Bagi orang-orang yang banyak berdzikir, dunia merupakan sarana mendapatkan cinta Allah SWT. Ketika proses mengejar dunia berlawanan dengan arahnya menuju Allah SWT, mereka akan memilih jalan kepada Allah SWT.

Mereka memilih mengorbankan dunia jika menghalangi langkah mereka kepada Allah SWT. Mereka mencari dunia untuk menjadi alat mendapatkan cinta Allah SWT. Seperti seseorang lelaki yang mencari sekuntum bunga untuk mendapatkan cinta wanita. Jika ternyata wanita tersebut tidak menyukai bunga, lelaki tersebut akan membuang bunganya.

Orang-orang yang tidak tertipu dengan dunia ini digambarkan di dalam Al-Quran:
Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (QS. An-Nur ayat 37)
Orang yang banyak berdzikir tidak akan kehilangan dunia. Justru dzikir yang mereka lakukan sembari mencari dunia membuat dunia mendatangi mereka. Keberkahan dari dzikir menjadikan keuntungan yang mereka dapatkan berlipat ganda.

Mungkin ada yang bertanya, “Apa iya bekerja dengan berdzikir dapatnya bisa lebih untung dari mereka yang tidak perduli halal dan haram?” Ia hanya menghitung dan membandingkan jumlah harta. Tetapi sudahkah mereka membandingkan jumlah senyuman dan tawa bahagia. Kekayaan, keberkahan dan kebahagiaan bukan hanya harta. Rasa aman, ketenangan, kecukupan, persahabatan dan perasaan cinta juga merupakan keuntungan yang harus diperhitungkan.

Jika dalam bekerja saja mereka berdzikir, apalagi saat mereka berada di atas sajadah. Dzikir menjadi hal yang rutin serutin mereka bernafas. Mereka juga berdzikir saat bermain dengan anak istri, saat berolah raga, bahkan ketika tubuh mereka sudah lelah dan terbaring di atas tempat tidur.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring.” (QS. Ali Imran ayat 190-191)
Lalu bagaimana caranya berdzikir dalam setiap waktu? Kunci utama untuk bisa berdzikir dengan rutin, sebagaimana hadits di atas adalah meminta pertolongan kepada Allah SWT. Ketika Allah SWT membantu seseorang, maka segala urusan akan dipermudah untuk mencapai tujuan. Seakan-akan dunia mendukungnya.

Membawa alat-alat untuk berdzikir seperti tasbih, Al-Quran, kumpulan ceramah cukup membantu untuk bisa rutin berdzikir. Di saat terlupa dan lalai, alat-alat tersebut bisa membantu mengingatkan untuk berdzikir.

Penulis pernah diajak teman untuk berkunjung ke seorang guru yang sholeh. Ternyata di saat bersamaan juga ada beberapa tamu yang datang. Yang membuat penulis takjub adalah tuan rumah dan para tamunya memegang tasbih.

Sambil mengobrol mereka terus memutar tasbih. Setiap kali jari mereka menarik butir-butir tasbih, di saat yang sama mereka menghentakkan nama Allah ke dalam hati mereka. Sungguh pemandangan yang memberikan nuansa ruhani yang kuat kepada penulis.

Dzikir juga lebih mudah dilakukan secara rutin jika mengambil sanad-sanad dzikir yang tersambung sampai Rasulullah SAW. Sebagaimana tradisi mengambil sanad Al-Quran dan hadits, dzikir juga memiliki jalur sanad.

Nabi Muhammad SAW telah memberikan ijazah khusus dalam masalah Al-Quran kepada beberapa sahabat. Mereka telah diuji kualitasnya dan diperkenankan memberikan sanad ijazah Quran. Selain dianggap memiliki pemahaman yang benar dalam bacaan Al-Quran, mereka diyakini memiliki kemampuan mengajar dengan baik. Beliau bersabda:
Ambillah bacaan al-Quran dari empat orang: Abdullah bin Mas’ud, Salim, Mu’adz bin Jabal, dan Ubay bin Ka’ab. (HR. Bukhari)
Tradisi menjaga sanad Al-Quran membuat seorang penghafal Al-Quran merasa perlu untuk menyetor bacaan Quran kepada orang yang telah mendapat ijazah Al-Quran. Meskipun sudah hafal, saat disetorkan kepada guru yang bersanad, biasanya masih ada bagian-bagian yang harus diperbaiki karena salah dalam menghafal.

Sanad dzikir biasanya berujung kepada sahabat Abu Bakar Ashidiq dan Ali bin Abu Thalib. Mereka berdua telah mendapat ijazah khusus dalam berdzikir. Mereka memiliki kemampuan untuk membimbing orang lain dalam masalah ruhani.

Kitab Al-Quran, kitab hadits, dan kitab dzikir telah dicetak secara masal. Lalu buat apa repot mencari sanad? Secara logika semua bisa dipelajari tanpa harus repot menemui guru yang memiliki ijazah sanad.

Mengambil sanad menimbulkan hubungan guru dan murid. Murid jadi lebih berhati-hati dalam menjaga ilmunya karena menghormati gurunya. Berbeda dengan buku yang tidak menimbulkan hubungan khusus dengan pembacanya. Buku tidak pernah menegur pembacanya jika salah dalam membaca. Bagi seorang murid, teguran dari guru adalah kenangan yang tidak akan terlupa selama hidupnya.

Hubungan guru dan murid juga menimbulkan hubungan cinta. Murid mendapatkan keberkahan dalam ilmu yang ia dapat karena doa gurunya. Apalagi gurunya juga telah mendapatkan keberkahan dari guru-guru sebelumnya yang bersambung ke Nabi Muhammad SAW. Secara tidak langsung mengambil ijazah sanad akan mendapatkan keberkahan dari Nabi Muhammad SAW yang merupakan guru pertama.

Wallahu a’lam bishshowab.

Posting Komentar

Translate