UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Nice Tactic

     

Suatu hari istri penulis mengirim video suasana market day yang diadakan di sekolah si bungsu di grup WA keluarga. Market day adalah kegiatan untuk melatih anak-anak terbiasa berbisnis. Di dalam video terdengar suara seseorang yang membujuk pembeli untuk mengambil barang satu lagi agar tidak perlu uang kembalian.

Mendengar suara tersebut kakak si bungsu berkomentar, “Nice tactic”. Taktik penjualan yang bagus. Daripada pembeli harus menunggu penjual menukar uang kecil untuk kembalian, tentu ia memilih membeli satu lagi. Pilihan ini menguntungkan pihak penjual karena dagangannya laku lebih banyak. Pembeli jadi membeli barang melebihi dari sekedar yang dibutuhkan.

Di dalam bisnis, banyak taktik yang membuat pembeli secara tidak sadar membeli barang melebihi kebutuhannya. Sebelum berbelanja ia hanya menulis daftar belanja yang berisi lima item barang. Namun, keluar dari pasar, jumlah barang yang dibeli bisa menjadi sepuluh item.

Musik yang mengalun indah di mall dan plaza bukanlah tanpa tujuan. Ia diputar untuk membuat pembeli betah berlama-lama di sana. Barang-barang kecil yang menarik di dekat kasir juga bukanlah tanpa kesengajaan. Ia diletakkan dengan maksud tertentu. Sambil menunggu antrian kasir, mata pembeli akan menangkap barang-barang yang sebenarnya bukan kebutuhan primer tetapi menarik untuk dibeli.

Ayah penulis pernah menceritakan warung sate kambing langganannya di Jombang. Beliau mengatakan bahwa warung sate kambing itu sebenarnya menjual minuman, bukan sate kambing. Meskipun gambar yang terpampang di spanduknya adalah sate kambing.

Harga sate kambingnya sangat murah sehingga nyaris tidak ada untungnya. Tentu saja ini menyedot banyak pelanggan untuk mendatangi warungnya. Banyaknya pembeli yang datang, membuatnya bisa menjual minuman dengan sangat banyak. Keuntungannya menjual minuman lebih banyak daripada daripada keuntungan menjual sate kambing.

Dengan strategi mengambil keuntungan yang tipis dari penjualan sate, pemilik warung berhasil mendatangkan banyak pembeli. Dengan caranya yang halus, ia berhasil menjual minuman teh, kopi, dan minuman lainnya yang sebenarnya bisa dibeli di tempat-tempat lain. Keuntungan laba dari menjual minuman bisa mencapai dua sampai tiga ratus persen dari modal. Cukup satu sendok gula pasir dan satu sendok kopi, penjual bisa mendapat keuntungan beberapa ribu rupiah setiap gelasnya.

Strategi menjual yang membuat pembeli memutuskan untuk membeli tanpa merasa dipaksa disebut juga dengan soft selling. Pembeli tanpa sadar melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dalam daftar rencana yang harus ia lakukan.

Jika dalam menjual barang saja membutuhkan strategi, tentu mengajak orang untuk berbuat kebaikan juga membutuhkan strategi. Perbuatan kebaikan yang dilakukan dengan paksaan, rentan untuk tidak bertahan lama. Posisi dipaksa menimbulkan ketidaknyamanan. Meskipun pelakunya mengetahui bahwa itu adalah kebaikan.

Salah satu metode untuk mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran adalah dengan cara menceritakan kisah-kisah. Al-Quran memuat banyak kisah-kisah yang memuat banyak pesan. Allah SWT berfirman tentang kisah-kisah yang ada di dalam Al-Quran:

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman (QS. Yusuf ayat 111)

Ibarat barang yang menarik yang ditaruh di dekat kasir, kisah-kisah bisa membuat seseorang memasang telinga untuk mengetahui akhir cerita. Rasa ingin tahu yang menjadi karakter manusia, memberikan efek penasaran yang membuatnya mau mendengarkan. Pesan-pesan yang ada dalam cerita dapat masuk ke dalam alam bawah sadar. Cerita bisa merubah sudut pandang seseorang tanpa sadar.

Ada seorang wanita penulis novel yang mengagumi Ustadz yang dianggapnya hebat. Ia menjadi penggemar dan suka mendengarkan ceramah sang ustadz. Suatu hari si penulis novel bertemu dengan ustadz yang ia kagumi. Ia memuji ustadz tersebut dan menyatakan kekagumannya.

Di luar dugaan ustadz tersebut mengatakan kepada penulis novel bahwa ia menjadi ustadz karena terinspirasi dari novel yang ditulisnya beberapa belas tahun yang lalu. Novel yang mengisahkan tentang seorang ustadz yang akhirnya meninggal karena kecelakaan saat berdakwah, membuatnya ingin menjadi ustadz.

Ceramah berupa perintah dan larangan bisa menimbulkan rasa bosan. Kebaikan dan kejahatan adalah hal yang jelas. Hampir semua orang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Mendengarkan kalimat-kalimat perintah yang sudah diketahui seperti mengulang pelajaran yang sudah pernah didapat di bangku sekolah.

Untuk menghindari timbulnya keterpaksaan, mengajak kepada kebaikan jangan sampai menimbulkan kesan menggurui. Seseorang akan merasa diremehkan jika ajakan berupa kalimat-kalimat instruksi. Kalimat yang menimbulkan kesan bahwa yang mengajak lebih hebat dan lebih pintar.

Kalimat instruksi memang lebih efektif karena cepat terlaksana. Kalimat ini bisa digunakan jika posisi pengajak lebih tinggi dan layak untuk memberikan instruksi. Ketika yang diperintah mengagumi dan menghormati orang yang memberikan perintah, ia akan rela bahkan senang mentaatinya.

Imam Syafi’i, di saat masih kecil, ikut bersama rombongan yang pergi menuntut ilmu. Rombongan tersebut dihadang segerombolan perampok. Ketika perampok bertanya dimana ia menyimpan uangnya, Imam Syafi’i dengan jujur memberitahu tempat ia menyembunyikan uangnya. Kepala perampok merasa heran dan bertanya, kenapa ia jujur. Imam Syafi’i menjawab bahwa itu adalah perintah ibunya untuk selalu berkata jujur.

Meskipun ibunya tidak berada di sampingnya, Imam Syafi’i tetap berbicara jujur. Ia menghormati dan mencintai ibunya sehingga ia tetap berbicara jujur meskipun ibunya berada jauh darinya. Meskipun ia akan mengalami kerugian yang besar, ia berusaha taat. Buah dari kejujuran Imam Syafi’i, gerombolan perampok bertaubat dan berhenti merampok.

Ibu Imam Syafi’i berpesan dengan tegas dan lugas karena ia tahu Imam Syafi’i sangat mencintainya. Pesan yang tegas akan lebih kuat dan terhindar dari kesalahan penafsiran. Berbeda jika yang diberi pesan posisinya lebih tinggi. Seseorang harus lebih hati-hati dalam menyampaikan pesan kepada orang yang lebih tinggi kedudukannya.

Dalam suatu kisah diceritakan cucu Nabi Muhammad SAW, Hasan dan Husein melihat seorang kakek yang salah dalam berwudhu. Mereka ingin memberitahu cara wudhu yang benar, tetapi posisi mereka yang masih anak-anak tentu bisa membuat tersinggung sang kakek.

Hasan dan Husein kemudian mengatakan kepada kakek bahwa mereka ingin melakukan lomba wudhu. Mereka meminta kakek menjadi juri, siapa di antara mereka berdua yang wudhunya lebih baik.

Hasan dan Husein pun berwudhu dengan sebaik-baiknya. Kakek yang melihat mereka berwudhu dengan cara yang sama jadi mengetahui kesalahannya dalam berwudhu selama ini. Dengan taktik mengajak tanpa kesan menggurui, Hasan dan Husein bisa membuat kakek tua untuk berwudhu dengan lebih baik.

Lain lagi dengan posisi Gus Baha. Sebagai seorang ulama yang menjadi rujukan para ulama lainnya, ia justru menurunkan posisi agar dapat berdakwah kepada orang-orang awam. Ia selalu berpakaian sederhana. Dengan kemeja putih dan kopiah yang biasa dipakai masyarakat.

Ketika ditanya kenapa ia tidak memakai surban dan jubah layaknya sebagai seorang ulama, ia menjawab agar masyarakat lebih nyaman bertanya kepada dirinya. Jika ia menggunakan pakaian yang bagus dan mahal, bisa jadi ada masyarakat yang sungkan untuk mendekat dan bertanya. Dengan gaya low profilnya, banyak ibu-ibu di pasar yang berani mencegatnya untuk bertanya terkait masalah agama.

Gus Baha juga terbiasa berceramah dengan bahasa jawa level rendah yang dipakai masyarakat awam. Dengan gaya bercandanya yang khas, banyak yang lupa beliau adalah salah satu pakar tafsir Al-Quran yang langka yang ada di Indonesia. Ia menyebut gaya bicaranya dengan istilah “cangkem elek”.

Fenomena gaya dakwah Gus Baha yang berbaur dengan masyarakat bawah menunjukkan bahwa mengajak kebaikan memiliki banyak taktik. Dakwah adalah seni yang bisa dikembangkan sesuai situasi dan kondisi. Jika ajakan Anda belum juga laku-laku, rubah taktik Anda.

Wallahu a'lam bishshowab

1 komentar

Translate