UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Mau, Masuk Surga Sendirian?



Di dalam kitab Fathul Bari yang menjadi syarah hadits-hadits Imam Bukhori diceritakan tentang seorang Arab Badui yang sangat terkesan dengan kebaikan Nabi Muhammad SAW. Arab Badui tersebut dengan kepolosannya berdoa sebagaimana diceritakan dalam hadits berikut:
Dari Abu Hurairah RA beliau berkata, “Rasulullah Shallallah Alaihi Wasallam berdiri untuk salat dan kami ikut berdiri dengannya, di tengah-tengah salat ada seorang Badui yang berbicara, ‘Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan janganlah Engkau merahmati seorang pun selain kami!’ Setelah salam, Rasulullah Shalallah Alaihi Wasallam bersabda kepada orang Badui tersebut, ‘Engkau telah menyempitkan sesuatu yang luas!’ Maksudnya adalah rahmat Allah.” (HR. Bukhori)
Bisa jadi Arab badui tersebut mengira bahwa rahmat Allah SWT jumlahnya terbatas. Padahal Allah SWT memiliki kekuasaan yang tidak terbatas. Allah SWT mampu memberikan semua yang diinginkan semua orang tanpa terkecuali.

Apakah ia mengira surga adalah tempat yang terbatas yang akan penuh jika diisi seluruh manusia? Di dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW menceritakan luasnya surga. Beliau bersabda yang disampaikan oleh sahabat Ibnu Mas'ud:
Sesungguhnya aku tahu siapa orang yang paling terakhir dikeluarkan dari neraka dan paling terakhir masuk ke surga. Yaitu seorang laki-laki yang keluar dari neraka dengan merangkak. Kemudian Allah berfirman kepadanya, “Pergilah engkau, masuklah engkau ke surga.”

Ia pun mendatangi surga, tetapi ia membayangkan bahwa surga itu telah penuh. Ia kembali dan berkata, “Wahai Rabbku, aku mendatangi surga tetapi sepertinya telah penuh.”

Allah berfirman kepadanya, “Pergilah engkau dan masuklah surga.” Ia pun mendatangi surga, tetapi ia masih membayangkan bahwa surga itu telah penuh. Kemudian ia kembali dan berkata, “Wahai Rabbku, aku mendatangi surga tetapi sepertinya telah penuh.”

Allah berfirman kepadanya, “Pergilah engkau dan masuklah surga, karena untukmu surga seperti dunia dan sepuluh kali lipat darinya.” Orang tersebut berkata, “Apakah Engkau memperolok-olokku atau menertawakanku, sedangkan Engkau adalah Raja Diraja?”

Ibnu Mas’ud berkata, “Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam tertawa sampai tampak gigi geraham beliau. Kemudian beliau bersabda, “Itulah penghuni surga yang paling rendah derajatnya.” (HR. Bukhari)



Penghuni surga yang paling rendah derajatnya memiliki kavling di surga seluas sepuluh kali dunia. Ia memiliki wilayah yang terdiri dari taman, kebun, danau, sungai, gunung, dan istana-istana yang sangat luas. Tujuh benua dan tujuh samudera yang ada di dunia ini hanyalah lahan sempit dibandingkan jatah satu penduduk surga yang paling bawah.

Saat berada di dunia benua Amerika terasa sangat luas. Manusia dunia tidak memiliki kemampuan berpindah tempat dengan cepat. Di negeri akhirat, penghuni surga yang derajatnya paling rendah bisa memiliki benua yang luasnya sepuluh kali luas benua Amerika. Ia juga memiliki wilayah lain yang luasnya sepuluh kali luas benua Asia, Afrika, Eropa, Australia, dan Antartika.

Kalau negeri di dunia tidak semua bagian bisa ditinggali karena berbahaya akibat binatang buas atau rawan bencana, maka di negeri akhirat, semua wilayah surga dapat ditinggali dengan aman. Tidak usah takut dengan gempa, gunung berapi atau gas beracun. Semua wilayah di surga sangat indah dan nyaman untuk ditempati.

Jadi jangankan memenuhi surga, satu kavling jatah penduduk surga yang paling rendah saja cukup untuk menampung seluruh manusia yang hidup saat ini.

Itu baru luas satu kavling jatah penghuni surga yang paling rendah. Artinya ia memiliki iman sangat tipis. amal kebaikan yang sedikit, dan memiliki dosa yang sangat banyak. Bagaimana dengan luas kavling-kavling penghuni surga yang selama hidup di dunia aktif beribadah dan memiliki keimanan yang kuat?

Gambaran luasnya wilayah penghuni surga bisa dilihat dari hadits di atas. Lalu bagaimana gambaran kenikmatan penghuni surga dibandingkan kenikmatan penghuni dunia? Nabi bersabda:
Perbandingan dunia dan akhirat seperti orang yang mencelupkan jari tangannya ke dalam laut, lalu diangkatnya dan dilihatnya apa yang di perolehnya.” (HR. Muslim)
Kenikmatan dunia hanyalah setetes air yang jatuh dari ujung jari dibandingkan lautan yang merupakan gambaran kenikmatan akhirat. Kalau ada orang yang memiliki air sebanyak lautan, tentu ia tidak akan pelit memberi air kepada orang lain. Ia akan berkata, "Ambil aja sendiri sepuasmu, saya juga nggak akan habis memakainya." Orang yang memahami rahmat Allah SWT tidak terbatas, tidak akan pelit untuk memohonkan rahmat untuk orang lain.

Nabi Muhammad SAW menyayangkan doa Arab Badui, yang disebabkan ketidakfahamannya, hanya meminta kebaikan untuk dirinya dan Nabi Muhammad SAW saja. Padahal jika ia memintakan rahmat untuk semua kaum muslimin itu lebih baik. Toh jatah ia tidak dirugikan sama sekali. Ia tidak akan merasakan kekurangan akan kenikmatan sehingga tidak akan iri kepada penghuni surga lain.

KH Muhammad Zaini Abdul Ghani atau yang lebih dikenal dengan guru sekumpul, di dalam salah satu ceramahnya menganjurkan untuk mendoakan seluruh kamu muslimin. Beliau mengatakan bahwa jika kita berdoa "astaghfirullahal adzhim lil muslimin wal muslimat (saya memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung untuk muslim laki-laki dan wanita)" maka pahalanya sangat besar. Bayangkan, kata beliau, betapa banyak jumlah kaum muslimin di dunia.

Doa tersebut tidak membatasi kepada kaum muslimin yang hidup saja. Jadi doa tersebut akan memberikan efek kepada kaum muslimin baik yang sudah meninggal maupun kelak yang akan lahir. ia akan mendapat pahala sebanyak jumlah kaum muslimin yang ada di sepanjang sejarah.

Al-Quran memberikan contoh untuk mendoakan orang-orang yang telah lebih dahulu beriman untuk membalas jasa mereka. Bagaimana pun keimanan yang dimiliki saat ini merupakan hasil dari pengajaran dan perjuangan mereka yang lebih dahulu beriman. Allah SWT berfirman di dalam surah Al- Hasyr:
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". (QS. Al-Hasyr ayat 10)
Konsep berdoa dengan ditujukan untuk banyak orang juga diajarkan di dalam surah Al-Fatihah yang dibaca tujuh belas kali dalam sehari. kalimat yang dipakai di dalam surah Al-Fatihah adalah ihdinash shirotol mustaqim yang artinya tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus. Kata yang dipakai adalah “tunjukkanlah kami” bukan “tunjukkanlah aku” yang menunjukkan permohonan untuk jamaah.

Kehidupan manusia saling berkait dan membutuhkan satu sama lain. Itu sebabnya manusia memiliki banyak sahabat di dunia. Contohnya adalah seseorang yang bekerja menjadi petani. Ia memerlukan jasa sopir untuk mengangkat hasil pertaniannya. Ia membutuhkan pedagang yang membeli hasil pertaniannya. Ia juga membutuhkan nelayan yang menjual ikan kepadanya. ia menerima jasa guru yang telah mendidik anak-anaknya.

Seandainya ia adalah orang yang pandai berterimakasih, tentu ia ingin memberikan uang tambahan sebagai tanda terimakasihnya. Namun, uangnya terbatas dan sahabat yang ia miliki terlalu banyak. Pembalasan terbaik yang bisa diberikan adalah memasukan para sahabatnya ke surga. Ia bisa berdoa untuk mereka agar mereka tetap bersahabat di akhirat.

Surga begitu luas. Keindahan surga bukan hanya karena adanya para bidadari yang menjadi pelayan surga. Keindahan surga di antaranya adalah ketika seseorang dikunjungi sahabat-sahabatnya ketika berada di dunia. Kamu mau, masuk surga sendirian?

*Wallahu a'lam bishshowab*

Posting Komentar

Translate