UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Perbaikan Keturunan



Suatu hari teman penulis yang pulang dari umroh bercerita bahwa ia melihat orang Arab yang sangat besar badannya. “Pahanya saja seperti batang pohon kelapa.” ujarnya. Ia mengatakan bahwa saat melihat orang tersebut ia terpikir mungkin sebesar inilah Umar bin Khattab.

Umar bin Khatab adalah sahabat Nabi yang memiliki postur tubuh yang gagah. Jika Umar bin Khatab naik ke atas kuda, kakinya hampir menyentuh tanah karena tubuhnya yang tinggi besar. Dengan modal tubuh yang besar dan kuat, Umar bin Khatab menjadi juara dalam pertandingan gulat di kota Mekah.

Nabi Muhammad berdoa secara khusus kepada Allah SWT agar Umar bin Khatab masuk Islam. Dengan kekuatan dan keperkasaan Umar bin Khatab, Nabi Muhammad SAW yakin bahwa umat Islam akan lebih aman dari gangguan para penyembah berhala.

Setelah Umar bin Khattab masuk Islam, kaum Muslimin mulai berani sholat secara terang-terangan di depan Ka'bah. Umar bin Khatab, juara gulat pasar Ukaz yang dulu mengganggu kaum muslimin, kini menjadi pelindung kaum muslimin di Mekkah.

Saat Nabi Muhamad diutus sebagai Rasulullah, ada beberapa klan yang berpengaruh di kota Mekah. Mereka memiliki pengaruh yang kuat karena tubuh mereka gagah dan memiliki wajah yang rupawan. Di antaranya adalah bani Hasyim dan bani Makhzum. Nabi Muhammad SAW berasal dari bani Hasyim. Tokoh bani Makhzum yang terkenal adalah Khalid bin Walid yang setelah masuk Islam memiliki julukan “Saifullah (pedang Allah)” karena keperkasaannya di medan perang.

Sejarah menunjukan bahwa memiliki bentuk fisik yang gagah dan rupawan yang dikombinasikan dengan kecerdasan menjadi salah satu faktor yang kuat untuk menjadi pemimpin. Ketampanan dan kecerdasan bani Hasyim dan bani Makhzum membuat mereka menjadi tokoh-tokoh penting di Mekah saat itu.

Salah satu faktor mendapatkan tubuh yang besar dan kuat bisa dengan berlatih keras dan memakan makanan yang bergizi. Namun, faktor yang paling menentukan dari ukuran tubuh adalah gen yang didapat dari orang tua. Demikian juga dengan bentuk wajah, mata, hidung, alis, bibir, warna kulit, sangat ditentukan oleh gen orang tua.

Saat penulis masih sekolah, siswa yang tampan atau siswi yang cantik selalu jadi pembicaraan dan incaran. Alasan klasik yang dipakai teman-teman penulis adalah, “program perbaikan keturunan”. Untuk mendapatkan keturunan yang berhidung mancung dan berkulit putih, salah satu strateginya tentu mencari pasangan hidup yang memiliki hidung yang mancung dan kulit yang putih.

Bentuk fisik seseorang sangat ditentukan oleh genetika yang didapat. Oleh karena pemilihan gen yang didapat dari orang tua tidak dapat dipilih dan direkayasa, orang tua tidak dapat menentukan bentuk fisik anaknya. Meskipun memiliki pasangan yang berkulit putih, bisa saja anak yang lahir berkulit hitam. Banyak kasus anak berbeda dengan orang tuanya seperti kasus yang terjadi di zaman Nabi Muhammad SAW.

Ada sahabat Nabi yang menyampaikan kegalauannya karena anak yang lahir berkulit hitam. Padahal ia dan istrinya berkulit putih. Di dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim diceritakan:
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW didatangi orang Arab baduwi, lalu orang itu berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya istriku telah melahirkan seorang anak (berkulit) hitam." Nabi Muhammad SAW bersabda, "Apakah kamu mempunyai unta?" Orang itu menjawab, "Ya." Beliau bertanya, "Apa warnanya?" Orang itu menjawab, "Kemerah-merahan." Beliau bertanya, "Apakah di kulitnya ada warna abu-abu?" Orang itu menjawab, "Di unta itu ada warna abu-abu." Beliau bertanya, "Dari mana warna itu?" Orang itu menjawab, "Mungkin saja dari faktor keturunan." Beliau bersabda, "Anakmu juga mungkin ditarik faktor keturunan. (HR. Bukhari Muslim)
Jawaban Nabi Muhammad di atas menjelaskan bahwa gen yang muncul pada anak bisa datang dari nenek moyangnya. Bisa saja seorang anak berbeda bentuknya dengan ayah dan ibunya. Bisa saja genetika yang berasal dari kakek atau neneknya yang dulu tidak aktif pada ayah ibunya justru aktif pada dirinya.

Memperbaiki keturunan bukan hanya dilakukan dari sisi fisik. Perbaikan keturunan juga harus dilakukan dalam segala bidang. Idealnya anak harus lebih hebat dari pada orang tuanya. Perbaikan yang paling utama terhadap keturunan yang harus dilakukan adalah dari sisi agama. Ini tergambar dari hadits Nabi Muhammad SAW berikut:
Wanita itu dinikahi karena empat hal. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Namun dari empat itu paling utama yang harus jadi perhatian adalah masalah agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat. (HR. Bukhari Muslim)
Nabi Muhammad SAW menganjurkan dalam mencari istri, mengutamakan agamanya terlebih dahulu. Di dalam hadits yang lain, Nabi juga berpesan untuk mencari menantu laki-laki yang memiliki agama yang baik. Beliau bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah:
Dari Abu Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda “Apabila datang kepadamu seseorang yang kamu senangi agama dan akhlaknya, maka kawinkanlah dia dengan anak perempuanmu, jika tidak, niscaya akan mendatangkan fitnah di bumi ini dan akan menimbulkan kerusakan yang mengerikan.” (HR. Ibnu Majah)
Program perbaikan keturunan berupa perbaikan agama tentu lebih mudah direkayasa daripada perbaikan dari sisi jasmani. Faktor genetik nenek moyang yang sangat berpengaruh terhadap jasmani anak tidak berlaku dalam agama. Anak tidak bertemu dengan nenek moyangnya sehingga pengaruh agama yang kuat datang dari ayah dan ibunya.

Agama seseorang sangat ditentukan oleh lingkungan keluarga dan kawan akrab. Meskipun memiliki gen yang berbeda, agama seseorang bisa mirip dengan agama sahabatnya. Nabi Bersabda:
Agama seseorang tergantung agama teman dekatnya, maka hendaknya kalian memerhatikan siapakah teman dekatnya. (HR. Ahmad)
Kuatnya pengaruh lingkungan keluarga, membuat Umu Sulaim yang ingin memperbaiki agama anaknya, menitipkan Anas bin Malik di rumah Rasulullah SAW. Ia mengatakan bahwa Anas bin Malik ia minta tinggal di rumah Nabi untuk menjadi pembantu rumah tangga dengan sukarela.

Program perbaikan keturunan yang dilakukan Umu Sulaim berhasil. Anas Bin Malik menjadi seorang ulama yang berilmu tinggi. Ia menjadi periwayat hadits terbanyak ketiga setelah Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar.

Perbaikan keturunan, di samping dalam bentuk program pendidikan dan pembinaan, juga harus diperkuat dengan doa. Al-Quran mengajarkan doa:
Dan, orang-orang yang berkata, “Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Furqan ayat 74)
Keturunan yang menyejukkan mata adalah keturunan yang memiliki akhlak mulia. Tidak ada pemandangan yang lebih indah bagi orang tua dari melihat anaknya berusaha berbakti kepada dirinya. Pemandangan yang bisa mengeluarkan bulir air mata.

Suara terindah yang didengar orang tua adalah suara anaknya yang berdoa, “Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil.”

Wallahu a'lam bishshowab

1 komentar

  1. Barakallahu fikk Ustadz
    Alhamdulillah keluarga kami sdh dilaksanakan program perbaikan keturunan lewt pondok pesantren

    BalasHapus
Translate