UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Perintah Khusus dengan Jaminan

  

Saat melihat pengumuman penerimaan kampus STAN, penulis melihat seorang anak memeluk ayahnya sambil menangis. Tangisan bahagia karena diterima di STAN. Saat itu STAN adalah kampus yang menjadi pintu utama untuk menjadi PNS di Kementerian Keuangan.

Menjadi PNS adalah salah satu jaminan untuk urusan dunia. Adanya gaji tetap setiap bulan, bisa menjadi jaminan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bahkan jika telah berhenti bekerja, ada uang pensiun untuk bertahan hidup.

Menjadi mahasiswa STAN harus melewati persaingan yang cukup ketat. Mereka yang tidak lolos jumlahnya lebih dari seratus ribu. Artinya rangking terbawah yang diterima di STAN saja, harus berhasil mengalahkan lebih dari seratus ribu orang.

Kuliah di STAN juga tidak mudah. Seperti kampus ikatan dinas lainnya, ada standar nilai yang harus diraih agar tidak Drop Out. Setiap tahun biasanya selalu ada yang harus mundur karena dinyatakan tidak lulus untuk melanjutkan kuliah.

Kepastian menjadi PNS di Kementrian Keuangan saat itu membuat lulusan STAN menjadi incaran para ibu-ibu yang mencari calon menantu. Teman penulis bercerita, ibu kostnya mengeluh karena anak-anak STAN yang kost di tempatnya, tidak ada satu pun yang kecantol anak gadisnya.

Jika menjadi PNS atau bekerja di perusahaan besar menjadi jaminan urusan dunia, lalu apa yang bisa menjadi jaminan urusan akhirat? Tentu ada tanda atau ciri-ciri yang disampaikan oleh Rasulullah SAW tentang kelompok orang ini.

Nabi Muhammad menceritakan ciri-ciri orang yang kemungkinan besar akan sukses di akhirat. Mereka adalah orang yang setiap hari minimal lima kali menyiapkan waktu khusus untuk menghadap Allah SWT.

Mereka membasuh wajah, tangan, rambut, telinga, wajah, dan kakinya sebelum bertemu dengan Allah SWT. Mereka membersihkan pakaian, dan tempatnya secara khusus dari kotoran najis untuk menemui Tuhannya.
Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi)
Meskipun banyak mendirikan masjid, memiliki ilmu agama yang banyak, jika tidak mengerjakan sholat, maka bisa dipastikan seseorang akan menghadapi masalah besar di akhirat. Ia harus menjawab pertanyaan kenapa tidak mau menghadap Allah SWT ketika mendengar panggilan adzan.

Saat Allah SWT ingin memberi perintah kepada Nabi Muhammad SAW, Ia akan mengutus malaikat Jibril untuk memberitahu Nabi Muhammad SAW. Namun, tidak demikian dengan perintah sholat lima waktu. Allah SWT memerintahkan sholat dengan memanggil Nabi Muhammad SAW untuk bertemu langsung saat peristiwa Isra Mi'raj.

Jika ada seorang buruh karyawan dipanggil sevara khusus oleh pemimpin perusahaan untuk melaksanakan tugas, beranikah ia melalaikannya? Untuk tugas lain mungkin masih ada kata maaf. Untuk tugas yang diberikan secara khusus, kelalaian dalam melaksanakannya bisa berakibat fatal.

Begitu pentingya sholat untuk menjamin keselamatan di akhirat membuat para orang tua harus memastikan bahwa anaknya telah mendirikan sholat. Nabi Ibrahim, yang mendapat julukan "Bapak para Nabi" berdoa di dalam Al-Quran:
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (QS. Ibrahim ayat 40)
Luqmanul Hakim, ayah yang bijaksana, diceritakan di dalam Al-Quran menasihati anaknya :
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman ayat 17)
Orang tua yang peduli dengan kehidupan akhirat, tidak akan tenang sebelum anaknya rajin melaksanakan sholat lima waktu. Meskipun anaknya tidak memakai narkoba, memiliki pergaulan yang baik, serta rajin dalam kegiatan sosial. Itu belum bisa dijadikan jaminan untuk keselamatan di akhirat selagi ia jauh dari Allah SWT. Ia malas menemui Tuhannya lima kali sehari.

Jika ia lihat anaknya telah rutin menyisihkan waktunya lima kali sehari untuk menemui Allah SWT secara khusus, barulah ia akan tenang. Ia yakin Allah SWT akan membimbing anaknya dan mengampuni dosanya. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, apakah akan tersisa kotorannya walau sedikit?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa sedikit pun kotorannya.” Beliau berkata, “Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapuskan dosa.” (HR. Bukhari)
Sholat lima waktu bukan hanya seperti mandi lima kali. Oang yang sholat seperti orang yang pergi ke restoran yang penuh makanan lezat lima kali sehari. Sholat adalah makanan bagi jiwa. Bagaimana mungkin jiwanya akan mengalami kelaparan?

Sholat harus dikerjakan apapun kondisinya. Jika ibadah lain seperti zakat dan haji boleh tidak dikerjakan jika tidak mampu, maka tidak berlaku dengan sholat.
Imran bin Husain meriwayatkan: Aku menderita penyakit wasir lalu aku bertanya kepada Nabi mengenai salat. Beliau bersabda, "Salatlah kamu dengan berdiri, jika tidak bisa, maka salatlah dengan duduk, dan jika tidak mampu juga, maka salatlah dengan berbaring ke arah samping. (HR. Bukhari)
Seandainya tidak dapat bergerak sama sekali, maka sholat tetap harus dilakukan meskipun dengan isyarat mata. Jika sakit sangat parah sampai kehilangan kesadaran seperti koma, barulah kewajiban sholat menjadi gugur.

Sholat juga wajib meskipun dalam keadaan ketakutan. Al-Quran mengajarkan cara sholat jika dalam keadaan berhadapan dengan musuh yang sedang mengintai kelalaiannya. Jika saat sakit dan takut saja tetap wajib sholat, bagaimana kalau ada orang yang sehat dan aman berani tidak sholat? Duh, nekat.

Jika ada anak yang sepertinya malas melaksanakan sholat, mungkin ia gagal menikmati sholatnya karena belum dilakukan dengan benar. Orang tua perlu menyelidiki apakah sholat yang dilakukan telah benar caranya.

Jika gerakan dan bacaan sholatnya telah benar, perlu dilihat apakah cara wudhunya telah benar. Wudhu yang tidak sah akan mengakibatkan sholat tidak diterima. Wudhu secepat kilat, sehingga ada bagian-bagian yang tidak terkena air wudhu.

Jika wudhunya sudah benar, perlu diselidiki apakah mandi besarnya saat mengalami junub sudah benar. Jangan-jangan ia masih memiliki hadas besar yang membuat wudhunya menjadi sia-sia.

Pentingnya memastikan anak melaksanakan sholat lima waktu membuat para orang tua harus berhati-hati mencarikan pasangan untuk anaknya. Pertanyaan pertama yang harus dilontarkan sebelum pertanyaan "bekerja di mana adalah pertanyaan tentang sholat.

Para ustadz biasanya menyarankan untuk menyelidiki kebiasaan sholat calon menantu dengan cara sholat shubuh di dekat rumah menantu. Jika calon menantu terlihat hadir dalam sholat shubuh di masjid, bisa dipastikan ia juga hadir di waktu-waktu sholat lainnya.

Seseorang yang sanggup menemui Allah SWT lima kali sehari di masjid (rumah Allah SWT) mendapat jaminan sebagai orang beriman dari Rasulullah SAW. Beliau bersabda:
Apabila kamu melihat seseorang biasa pergi ke masjid maka saksikanlah ia benar-benar beriman, karena sesungguhnya Allah swt. berfirman; Sesungguhnya hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. (HR.Tirmidzi)
Jadi kalau ada calon menantu yang kuliah di STAN, rajin sholat subuh di masjid, tunggu apa lagi? Gass!

Wallahu a'lam bishshowab.

1 komentar

Translate