UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Bunga dalam Kehidupan

     


Suatu hari ada seseorang yang menceritakan pengalamannya saat melakukan perjalanan menggunakan bis malam. Sebelum perjalanan ia memakan mangga muda dengan sambal. Kombinasi yang biasanya membuat perutnya mules. Dengan perasaan cemas ia menaiki bis malam.

Ternyata yang ia khawatirkan terjadi. Perutnya sakit. Ia menghampiri supir dan meminta bis berhenti sejenak agar ia bisa buang air besar. Di pinggir jalan biasanya ada warung makan atau masjid untuk menumpang buang hajat.

Supir tidak ingin menghentikan kendaraannya. Supir menyuruhnya menahan sampai tujuan. Keputusan supir yang merupakan pejabat tertinggi di dalam bis tersebut tentu membuatnya panik. Ia yakin tidak akan mampu menahan isi perutnya. Tinggal menunggu waktu, aroma di dalam bis akan menjadi aroma toilet.

Beberapa saat kemudian bis berhenti karena terhalang macet. Karena posisi bis berada di tikungan, terlihat bahwa macetnya sangat panjang dan bis tidak akan dapat berjalan dalam waktu singkat.

Melihat kondisi tersebut, penumpang yang mengalami sakit perut segera turun dari bis dan menyelesaikan hajatnya di sawah yang ada di samping bis. Ia mengatakan bahwa buang air besar kali itu adalah salah satu nikmat terbesar yang pernah ia rasakan.

Buang air besar adalah kegiatan rutin yang sering dilakukan. Karena rutinnya, sering terlupakan bahwa itu adalah salah satu nikmat yang harus disyukuri. Banyak sekali hal-hal rutin yang terlupakan bahwa itu adalah kenikmatan. Seperti segelas air dan hembusan nafas yang selama ini selalu didapatkan secara gratis.

Kenikmatan baru disadari ketika dicabut. Kenikmatan tidak terasa jika berlangsung terus-menerus. Meskipun nikmat tersebut adalah nikmat yang besar, jika sudah berlangsung lama, seseorang cenderung melupakan nikmat tersebut.

Bani Israil pada zaman Nabi Musa adalah kaum yang mendapat kenikmatan berupa rezeki yang mudah didapat. di dalam Al-Quran disebutkan:
Dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. (QS. Al-A'raf ayat 160)
Manna adalah minuman sejenis madu yang manis dan menyegarkan. Salwa adalah burung sejenis burung puyuh. Dua makanan ini dengan mudah didapatkan oleh bani Israil saat itu dan menjadi makanan dan minuman setiap hari

Begitu mudahnya Bani Israil mendapatkan manna dan salwa justru membuat mereka lupa bahwa itu adalah kenikmatan yang harus disyukuri. Mereka merasa bahwa hidup mereka dalam kekurangan dan tidak sempurna. Mereka meminta kepada Nabi Musa agar berdoa kepada Allah SWT untuk memberikan makanan-makanan lain.
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas. (QS. Al-Baqarah ayat 61)
Nikmat yang tidak putus-putus bisa membuat terlena dan terlupakan. Oleh karena itu berkurangnya kenikmatan di saat-saat tertentu justru mampu menimbulkan rasa syukur. Kombinasi antara kenikmatan dan ketidaknyamanan akan menghasilkan syukur dan sabar yang memberikan pahala yang besar.

Strategi memutus kenikmatan sesaat dilakukan oleh Nabi Daud. Beliau berpuasa dan tidak berpuasa berselang-seling setiap hari. Jika kemarin tidak berpuasa, maka pada hari ini ia berpuasa. Keesokan harinya, ia kembali tidak berpuasa.

Puasa Daud akan menimbulkan kondisi sabar dan syukur secara terus menerus bagi orang yang menjalankannya. Di saat tidak berpuasa muncul rasa kenikmatan karena kemarin tidak bebas untuk makan dan minum. Di saat berpuasa ia harus bersabar karena kenikmatan yang sebelumnya ia rasakan kini tidak bisa ia nikmati.

Nikmatnya makanan baru terasa di saat kelaparan. Ada pepatah "Lauk terbaik adalah rasa lapar". Jika perut sudah sangat kenyang, sate kambing atau opor ayam tidak lagi menarik. Namun, rasa lapar yang melilit, bisa membuat tempe goreng begitu berharga. Cara terbaik untuk dapat menikmati makanan adalah dengan berpuasa. Menahan lapar agar bisa merasakan kenikmatan makanan.

Pergerakan siang dan malam adalah salah satu nikmat yang Allah SWT berikan. Keheningan malam adalah waktu yang nyaman untuk beristirahat. Betapa tidak nyamannya jika sedang asyik tidur tiba-tiba terbangun karena ada ketukan pintu atau dering telepon. Namun gangguan tersebut jarang terjadi karena di malam hari semua orang tertidur pulas.

Adanya malam membuat siang hari terasa nikmat. Sinar matahari menjadi kenikmatan karena di kegelapan malam manusia sulit beraktivitas. Bayangkan jika sinar matahari bersinar dua puluh empat jam setiap hari. Tentu sinar matahari tidak lagi menjadi berharga.

Seperti siang dan malam yang silih berganti, manusia akan selalu mengalami pergiliran nikmat dan musibah. Sehat tidak akan berlangsung selamanya. Ada masanya sakit menimpa. Waktu luang terkadang harus berganti dengan kesibukan. Tidak selamanya hidup berjalan lancar. Ada masalah yang timbul yang menguji kesabaran. Namun, setelah masalah tersebut hilang, muncullah rasa nikmat yang memicu rasa syukur.

Ada orang yang mengeluh bahwa setiap hari selalu ada masalah yang ia hadapi. Padahal masalah-masalah tersebut akan memberikan pahala sabar bagi dirinya. Ia sebenarnya sedang digiring secara paksa ke surga. Bayangkan jika tidak ada masalah, bagaimana ia akan mendapat pahala kesabaran? Bagaimana pula ia akan mendapat pahala syukur, jika ia tidak diingatkan dengan dihilangkan sementara kenikmatannya?

Kehidupan akan terasa indah ketika mengalami pasang surut. Mungkinkah rindu akan memuncak jika selalu bersama? Mungkinkah cinta akan membara ketika tidak ada rasa cemburu?

Ibarat masakan, ia akan terasa nikmat jika ada asam, garam, dan gula. Meskipun garam yang asin dan asam yang kecut terasa menyakitkan untuk lidah, tetapi kehadiran mereka akan membuat gurih makanan. Gula yang manis tidak akan sanggup membuat makanan mencapai puncak kenikmatannya. Harus ada kombinasi asin dan asam yang membuat manis mampu menyedapkan masakan.

Musibah, selain membuat seseorang bisa menghargai kenikmatan, ia juga banyak membawa hal-hal lain yang bermanfaat. Ketika orang tua sakit, anak-anak yang berada di penjuru negeri akan berkumpul. Momen mengeratkan silaturahim ini mungkin sulit untuk didapatkan jika orang tua tidak mengalami sakit.

Musibah bisa mengeratkan hubungan. Mereka yang mengalaminya akan saling memberikan bahu untuk menguatkan rekannya. Musibah membuka mata akan indahnya persaudaraan. Manisnya kasih sayang saudara akan terasa di hati saat mendapatkan pertolongan.

Musibah juga akan membuat beberapa orang kembali kepada Allah SWT. Mereka selama ini melupakan Allah SWT karena merasa tidak membutuhkanNya. Ketika tidak ada lagi tangan yang dapat diraih untuk mendapatkan pertolongan, di saat itulah Allah SWT menjadi tempat berserah diri.

Bagi ahli hikmah masalah adalah bumbu kehidupan. Masalah yang bertubi-tubi membuat mereka makin mendekat kepada Allah SWT. Masalah seperti ujian untuk naik kelas. Ibarat sebuah tanaman, masalah adalah bunga dalam kehidupan.

Wallahu a'lam bishshowab.

2 komentar

  1. Adem, MasyaAllah. Semoga lembar nasihat terus semangat memberi nasihat

    BalasHapus
  2. Kebayang situasi kondisi itu saya rasakan beberapa kali saat masih kecil terutama dan disaat dewasa. Rupanya Allah sedang mengajari kita untuk bersyukur dg hal biasa tapi saat genting bagai kiamat rasanya

    BalasHapus
Translate