UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Jika Hatimu Gelisah, Pergilah ke Gua Hiramu

   

Menjelang pertandingan olah raga even nasional ataupun internasional, biasanya para atlet olah raga akan masuk training center. Mereka akan tinggal di suatu tempat untuk berlatih secara intensif. Untuk memastikan kondisi tubuh mereka fit saat bertanding, menu makan yang diberikan adalah menu dengan kualitas gizi yang tinggi. Jadwal latihan sangat ketat. Mereka diisolasi dan tidak bisa seenaknya keluar lokasi latihan dengan mudah. Hubungan dengan dunia luar pun dibatasi.

Konsep training center, hampir mirip dengan apa yang diterapkan di pesantren. Seorang santri akan diputus aksesnya dengan dunia luar sehingga tidak hilang fokusnya dalam belajar. Akses terhadap alat komunikasi terbatas hanya untuk menghubungi orang tua. Mereka tidak akan terkena virus merah jambu yang banyak menjangkiti muda-mudi yang mengalami masa puber.

Mekipun demikian, tetap saja ada satu dua yang bisa melewati barikade yang telah dibuat berlapis-lapis. Seorang ustadzah mengeluhkan santri putrinya yang berpacaran dengan santri putra. Mereka menjalin asmara di usia yang seharusnya belum saatnya. Padahal asrama mereka berjarak puluhan kilo.

Dunia yang penuh dengan warna akan sanggup memalingkan konsentrasi manusia. Bukan hanya asmara, perkelahian, persaingan, pembunuhan, dan seluruh cerita kehidupan mampu menarik perhatian manusia. Bahkan sinetron yang hanyalah cerita hayalan di atas panggung sandiwara, bisa membuat banyak orang menghabiskan waktu untuk mengikutinya. Dengan adanya media sosial, banyak manusia yang kehilangan waktu-waktu berharganya hanya karena ingin mengetahui kehidupan orang lain.

Proses menyendiri untuk menaikkan level sebagaimana konsep training center di dalam dunia sufi disebut dengan istilah khalwat. Istilah khalwat juga ada di dalam perbincangan fikih namun artinya berbeda dan memiliki konotasi negatif. Di dalam fikih, khalwat merupakan istilah dua orang yang berlainan jenis yang tidak memiliki hubungan mahram yang menyendiri dari keramaian. Nabi bersabda:
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahram wanita tersebut, karena syaitan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua. (HR. Ahmad)
Tentu saja khalwat dalam istilah fikih ini diharamkan. Berdua-duaan dengan wanita yang bukan mahram akan sangat rentan menimbulkan perzinaan. Sedangkan semua perbuatan yang mendekati zina diperintahkan untuk dijauhi.

Khalwat di dalam istilah sufi justru dianjurkan. Khalwat merupakan training center yang akan dilalui oleh para penempuh jalan rohani. Khalwat merupakan salah satu praktek para salik untuk bisa fokus menempa ruhaninya.

Khalwat dalam istilah sufi artinya adalah berduaan antara hamba dengan Allah SWT. Sangat berbeda dengan khalwat dalam istilah fikih. Jadi, kalau ada suami yang membawa tasbih, sajadah, dan kopiah mengatakan “Saya mau pergi khalwat” jangan senang dulu, tanyakan lebih detil. Jangan-jangan khalwat yang dimaksud adalah berduaan dengan perempuan lain.

Banyak penyakit yang muncul karena berinteraksi dengan manusia. Di antaranya adalah riya, sombong, iri, dengki, marah, dan lain-lain. Jika hati telah terkena penyakit perlu dilakukan terapi untuk menyembuhkannya. Penyakit hati akan menghalangi hubungan manusia dengan Allah SWT. Salah satunya adalah menyendiri dan menghentikan sejenak interaksi dengan manusia. Berusaha memperbaiki hati dengan menghadapkannya kepada Allah SWT.

Ketika seseorang menyendiri, ia akan bisa beribadah tanpa ada yang orang lain yang melihatnya. Tentu ini akan lebih mudah untuk mencegah timbulnya riya atau ingin dipuji orang lain. Ia lebih mudah untuk mengikhlaskan perbuatannya hanya semata-mata karena Allah SWT. Saat manisnya keikhlasan karena Allah SWT telah ia rasakan, ia sudah tidak tertarik lagi dengan pujian orang lain.

Pria dan wanita yang sedang berpacaran cenderung ingin berduaan tanpa ada yang mengganggu mereka. Mereka tidak ingin keintiman terganggu dengan kehadiran orang lain. Mereka ingin dengan bebas mengekspresikan cinta tanpa merasa malu karena hadirnya orang ketiga.

Demikian juga yang dirasakan oleh orang yang berkhalwat dengan Allah SWT. Saat tidak ada orang lain yang melihat, ia akan bebas menangis, memuji Allah SWT, dan bermanja-manja. Hal yang akan terasa memalukan jika dilihat oleh orang lain.

Agar dapat fokus berduaan dengan Allah SWT, seseorang harus berusaha meninggalkan hal-hal yang membuatnya teringat dunia. Sama konsepnya dengan peserta training center yang dibatasi aksesnya dengan dunia luar. Bagaimana akan fokus jika tiba-tiba HP berdering? Daripada pikiran dibayang-bayangi dengan kemungkinan adanya dering HP, mending HPnya dimatikan dan ditinggal sekalian.

Sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai Nabi, masyarakat Mekah telah mengenal Allah SWT. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang merupakan kakek moyang dari Nabi Muhammad SAW, telah mengenalkan Allah SWT ke seluruh jazirah Arab. Namun, masyarakat Mekah mulai melupakan ajaran Nabi Ibrahim dan tenggelam dalam tradisi-tradisi jahiliyah.

Nabi Muhamad SAW gelisah dengan masyarakat Mekah yang menyembah patung berhala, berjudi, meminum minuman keras, dan perbuatan jahiliyah lainnya. Beliau pergi ke gua Hira di gunung Jabal Nur yang sepi untuk berkhalwat. Beliau memilih gunung Jabal Nur karena posisinya bisa membuat Nabi Muhammad SAW dapat melihat Ka’bah dari kejauhan.

Saat berkhalwat di gua Hira, Beliau menumpahkan perasaannya kepada Allah SWT. Kehidupan masyarakat Mekah yang amburadul membuatnya gelisah. Kehidupan tanpa aturan yang membuat kondisinya terombang-ambing bagaikan layangan putus.

Nabi Muhammad berkhalwat beberapa hari di Gua Hira. Pernah juga beliau berkhalwat selama sebulan di sana. Nabi Muhammad SAW mengalami peningkatan ruhani yang membuatnya semakin dekat dengan Allah SWT. Puncak dari khalwat Nabi Muhamad SAW adalah datangnya malaikat Jibril yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan wahyuNya.

Saat sedang berkhalwat, seorang sufi akan berusaha menjaga wudhu, sedikit makan, sedikit tidur, berdzikir, dan bertafakur untuk membersihkan hati. Perut yang terlalu kenyang akan membuat badan berat untuk beribadah dan mudah mengantuk. Perut yang penuh terisi makanan juga membuat seseorang sulit menjaga wudhu karena sering buang angin.

Suasana yang sepi tanpa gangguan orang lain akan memberikan banyak waktu kepada seseorang untuk bertafakur atas kebesaran ciptaanNya. Khalwat memudahkan seseorang mengingat betapa banyak nikmatNya selama ini. Khalwat akan membuat di dalam hati seorang hamba tumbuh cinta kepada Allah SWT.

Berkhalwat tidak harus pergi ke gunung atau lembah yang jauh dari keramaian. Berkhalwat juga tidak harus meluangkan waktu berhari-hari. Dengan perkembangan zaman, tentu sulit bagi seseorang untuk mendapatkan situasi dan kondisi yang ideal. Meski tidak ideal, berkhalwat tetap dapat dilakukan.

Sepertiga malam terakhir yang sunyi merupakan waktu yang sangat mendukung untuk berkhalwat. Kamar khusus beribadah yang terkunci juga membantu untuk menyendiri. Namun, jika hal minimalis tersebut juga tidak didapatkan, apakah khalwat tidak dapat dilakukan?

Inti dari khalwat adalah mengisolasi diri untuk bersama dengan Allah SWT. Bisa saja seseorang berada di tengah keramaian namun ia sesungguhnya sedang berdua dengan Allah SWT. Di dalam hatinya ia sedang berdzikir dan tidak memperdulikan orang-orang yang berada disekitarnya. Secara lahir ia berada di tengah keramaian. Namun, secara bathin, ia sedang berdua dengan Allah SWT.

Seperti seseorang yang asyik menelpon kekasihnya di tengah keramaian. Ia dikelilingi orang banyak, tetapi sesungguhnya ia sedang terhubung dengan seseorang yang tidak berada di keramaian tersebut. Ia sedang berdua meskipun terlihat bersama banyak orang.

Khalwat akan menghilangkan kegelisahan. Allah SWT sebagai Pemilik hati akan mampu mengobati penyakit di dalam hati. Jika hatimu gelisah, pergilah ke gua Hiramu.

Wallahu a'lam bishshowab.

2 komentar

  1. Asya Allah ustadz semoga saya bisa masuk ke level ingin berkhalwat dengan Allah dg yg sebenarnya-benarnya

    BalasHapus
Translate