UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Kepo Boleh Saja, Asal Ada Gunanya


   

Adek ipar penulis menceritakan tentang kakaknya yang saat itu berulang tahun. Karena ingin membahagiakan kakaknya, bibinya membuatkan kue tart yang dihias dengan rapi kemudian dimasukkan ke dalam kotak. Agar kue tersebut tetap rapi, paman mereka membawanya dengan hati-hati dengan menggunakan kereta api. Pilihan kendaraan yang tepat karena bergeraknya kereta api relatif stabil. Kereta Api memiliki jalur khusus tidak seperti bis di jalan raya yang sering menginjak rem mendadak.

Sesampainya di rumah mereka, paman mereka menyerahkan kue ulang tahun yang masih di dalam kotak tersebut kepada kakaknya. Kakaknya menerima kotak tersebut dengan perasaan senang sekaligus rasa penasaran tentang hadiah yang didapatnya. Apa isi kotak tersebut? Buku, baju, makanan, atau mainan?

Dengan perasaan penuh ingin tahu, kakaknya lalu mengguncang-guncang kotak tersebut. Ia ingin mendengar suaranya karena ingin menebak isinya. Tentu saja kue ulang tahun yang sudah dihias rapi tersebut hancur berantakan. Rasa ingin tahunya telah merusak rencana paman dan bibinya.

Rasa ingin tahu merupakan salah satu keunggulan manusia. Dengan kekuatan rasa ingin tahu, manusia tidak lelah belajar dan menjadi cerdas. Ketika manusia merasa cerdas, dan tidak lagi merasa membutuhkan ilmu, manusia akan berhenti belajar. Usianya bertambah tetapi ilmunya tidak bertambah.

Usia belia adalah usia yang penuh rasa ingin tahu. Itu sebabnya anak di masa 0-5 tahun sangat cepat belajar. Masa yang disebut golden age (usia emas). Dalam waktu singkat para balita mempelajari bahasa, belajar bergerak, mengenali manusia, memahami perasaan, mengetahui rasa makanan, dan lain-lain.

Anak-anak di usia emas mudah menghafal karena mereka sangat fokus. Mereka fokus karena bagi mereka segala sesuatu terlihat menarik. Mereka bahkan tertarik terhadap hal yang bagi orang dewasa adalah hal yang biasa. Ketika mata mereka mulai terbuka saat memasuki alam dunia, perasaan mereka dipenuhi dengan tanda tanya. Itu adalah saat pertama kali mereka melihatnya dalam hidupnya.

Penulis pernah dibangunkan oleh anak penulis hanya gara-gara ia melihat kupu-kupu. Duh, sudah ribuan kali penulis melihat kupu-kupu. Lagi asyik tidur jadi terganggu. Tapi bagi anak yang baru pertama kali melihatnya, kupu-kupu adalah makhluk yang luar biasa.

Pepatah berkata, "Belajar saat kecil bagaikan menulis di atas batu, Belajar di saat dewasa bagaikan menulis di atas air." Pepatah ini menjelaskan bahwa daya ingat anak biasanya lebih kuat daripada daya ingat orang dewasa. Mereka lebih mudah untuk menghafal meskipun logika mereka belum terlalu kuat. Itu sebabnya di masa belia mereka diminta menghafal Al-Quran dan hadits walaupun belum memahami artinya. Kelak saat logika mereka sudah kuat dan memahami artinya, mereka akan memiliki wawasan yang luas.

Kecepatan menghafal ditentukan oleh kekuatan fokus. Namun kecepatan menghafal saja tidak akan ada gunanya jika hafalan tersebut cepat juga hilangnya. Panjang pendeknya daya ingat dipengaruhi banyak hal. Antara lain adalah keterlibatan perasaan, pengulangan peristiwa atau ketertarikan terhadap hal tersebut. Jika seseorang tidak tertarik dengan tema pembicaraan, ia gampang melupakan pembicaraan. Namun, jika ia tertarik dan merasa ingin tahu, biasanya daya ingatnya lebih panjang.

Anak-anak selain memiliki kecepatan dalam menghafal, mereka juga memiliki potensi menyimpan hafalan tersebut dalam jangka waktu yang panjang. Rasa tertarik mereka lebih mudah diarahkan karena tidak terganggu dengan hal-hal yang lebih menarik yang belum mereka ketahui. Semakin dewasa mereka, maka semakin banyak yang ia lihat dan mereka mulai tidak tertarik dengan hal-hal yang kecil. Fokus mereka terganggu dengan banyak hal.

Rasa ingin tahu, selain merupakan kekuatan manusia, ia juga bisa menjadi kelemahan. Ini disebabkan ada orang yang memiliki keingintahuan terhadap hal-hal yang seharusnya tidak perlu ia ketahui. Di antaranya adalah ingin tahu aib orang lain tanpa ada kepentingan untuk memperbaikinya.

Rasa ingin tahu yang berlebihan sampai dengan detilnya diistilahkan dengan kepo. Kepo merupakan singkatan dari Knowing Every Particular Object. Ingin mengetahui sesuatu sampai dengan setiap detilnya. Ingin mengetahui seseorang sampai tempat tinggalnya, kesukaannya, hobinya, dan lain-lain.

Istilah kepo yang telah menjadi bahasa gaul ini semakin meningkat karena adanya media sosial. Hal-hal yang seharusnya merupakan info pribadi menjadi konsumsi publik disebabkan banyak orang yang kepo. Jika yang ingin dietahui adalah hal-hal yang positif tentu tidak masalah. Namun, jika yang ingin diketahui adalah aib-aib yang membuat malu tentu itu adalah hal yang tidak etis.

Membicarakan aib  orang lain (ghibah) adalah perbuatan dosa. Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka buruk (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka buruk itu dosa. Dan janganlah sebagian kalian mencari-cari keburukan orang dan menggunjing satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat ayat 12)"
Ulama mengatakan bahwa mendengarkan ghibah juga merupakan dosa. Islam selalu berusaha menutup pintu peluang dosa. Seseorang yang membuka aib, apabila didengarkan atau diperhatikan, ia akan semakin bersemangat bercerita. Namun, jika ia ditegur atau ditinggalkan, ia akan berhenti bercerita. Allah SWT berfirman tentang sifat-sifat orang yang mulia:
"Dan apabila mereka mendengar lagwu (kata-kata yang tidak bermanfaat) mereka berpaling darinya (QS.Al Qashash ayat 55)"
Kepo terhadap tulisan atau video di media sosial yang membongkar aib juga dapat disamakan dengan mendengarkan ghibah. Meskipun ia hanya membaca atau menonton dan tidak turut menyebarkan. Namun, meng-klik link yang membongkar aib seseorang akan membuat link tersebut naik ratingnya.

Link yang secara algoritma dianggap banyak digemari akan direkomendasikan oleh search engine. Ia menjadi viral sehingga menjadi berita yang teratas. Otomatis meskipun hanya meng-klik sekedar membaca secara tidak sadar, seseorang telah turut menyebarkannya. Meng-klik berarti ikut serta mempromosikannya.

Banyak yang dipenuhi rasa ingin tahu tentang kehidupan orang lain yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kehidupannya. Mereka antusias mengikuti sidang pengadilan tentang seseorang yang melakukan tindak kejahatan. Mereka juga tekun mengikuti kisah artis yang mengaku mengalami kekerasan dalam rumah tangga oleh suaminya. Perhatian mereka terlihat dari banyaknya komentar-komentar yang muncul dari media sosial sang artis.

Ironisnya ada orang-orang Islam yang kehilangan rasa ingin tahu dengan detil kehidupan Nabi Muhammad SAW yang justru diturunkan untuk menjadi teladan kehidupan. Mereka tidak peduli dan tidak ingin mengetahui bagaimana kehidupan Beliau yang mulia. Kehidupan yang penuh perjuangan sekaligus nilai-nilai kepahlawanan. Kehidupan yang sangat romantis bersama keluarga dan para shahabat-sahabatnya. Wajar banyak yang gagal mencintai Nabi Muhammad SAW. Padahal mencintainya adalah hal yang wajib.

Ada juga yang tidak merasa kepo sama sekali dengan ilmu-ilmu yang seharusnya wajib diketahui. Ilmu yang menjadi dasar terlaksananya ibadah yang bersifat fardhu ain. Ibadah fardhu ain adalah ibadah yang tidak bisa digantikan. Ia wajib dilakukan secara mandiri oleh setiap orang seperti sholat lima waktu, berpuasa, beriman, dan lain-lain. Jika ia tidak ingin tahu cara beribadah dengan baik, bagaimana bisa terlaksana? Bagaimana akan sah sholatnya jika ternyata wudhu saja tidak tahu?

Seharusnya dengan bertambah usia, seseorang bisa mengetahui apa-apa yang harus ia perdulikan dan hal-hal yang seharusnya tidak perlu ia hiraukan. Untuk apa usia dihabiskan untuk mengetahui sesuatu yang tidak berguna buat kehidupan dunia dan akhiratnya tetapi justru merugikan dirinya. Mengutip lirik lagu Rhoma Irama “ Begadang boleh saja, asal ada artinya”, maka perlu juga digaungkan “kepo boleh saja, asal ada gunanya”.

Wallahu a’lam bishshowab.

Posting Komentar

Translate