UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Allah Maha Pengampun (Bagian ke-1)

    



Anto dan Aryo asyik bermain bola. Prang, tiba-tiba bola mengenai lampu di pagar sebuah rumah. Anto langsung mengambil bolanya dan kemudian kabur meninggalkan Aryo yang terdiam. Aryo bimbang apakah memilih kabur mengikuti jejak Anto ataukah menemui pemilik rumah dan meminta maaf dengan risiko ia harus mengganti lampu tersebut.

Aryo memutuskan untuk meminta maaf. Setelah mengetuk pintu, seseorang berwajah ramah membuka pintu. Sambil tersenyum dia bertanya, “Ada apa Nak?” Aryo menjelaskan situasinya. Pemilik rumah berkata, ”Lampu itu sudah mati dan memang harus diganti.” Pemilik rumah senang dengan kejujuran Aryo. Dia mengajak Aryo masuk ke dalam rumah dan menghidangkan minuman dan makanan.

Cerita fiksi di atas adalah gambaran pilihan manusia ketika berbuat dosa. Sebagian manusia tidak mau memohon ampun karena dihantui rasa bersalah dan menyangka tidak akan mungkin mendapatkan ampunan. Sebagaimana Anto yang berburuk sangka dengan pemilik rumah, mereka menduga bahwa Allah SWT tidak akan menerima mereka kembali.

Berputus asa terhadap rahmat Allah SWT adalah perbuatan tercela. Di dalam Al-Quran manusia dilarang berputus asa.
"Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepadaNya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar ayat 53-54)"

Allah SWT memiliki nama Al Ghofur (Maha Pengampun). Allah SWT akan mengampuni semua dosa selama dosa tersebut bukanlah syirik (mengakui adanya tuhan lain selain Allah SWT). Nabi Muhammad SAW menyampaikan di dalam hadits:
"Wahai anak Adam selama engkau masih berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, Aku ampuni engkau apa pun yang datang darimu dan aku tidak peduli. Wahai anak Adam walaupun dosa-dosamu mencapai batas langit kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, Aku akan ampuni engkau dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika engkau mendatangi-Ku dengan sepenuh bumi dosa dan engkau tidak menyekutukan-Ku, maka Aku akan menemuimu dengan sepenuh itu pula ampunan.” (HR. At-Tirmidzi)"
Suatu kerugian besar jika manusia berbuat dosa berlari dan tidak memohon ampun. Padahal sudah pasti jika dia memohon ampunan dia akan menemukan bahwa Allah SWT Maha pengampun dan Maha Penyayang sebagaimana ayat Al Quran:
"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An Nisa ayat 110)"
Langkah yang dipilih Aryo, yaitu meminta maaf kepada pemilik rumah adalah gambaran orang-orang yang berdosa yang memilih untuk bertaubat kepada Allah SWT. Sikap pemilik rumah yang ramah dan senang, sesungguhnya merupakan gambaran sikap Allah SWT kepada hamba-hambaNya yang kembali. Orang-orang yang bertaubat bukan hanya diampuni, tetapi akan mendapat hadiah-hadiah yang menyenangkan. Nabi Muhammad SAW menyampaikan bahwa Allah SWT sangat bahagia ketika hambaNya bertaubat. Di dalam sebuah hadits disebutkan:
"Sesungguhnya Allah sangat gembira dengan taubat hambaNya ketika ia bertaubat pada-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang berada di atas kendaraannya dan berada di suatu tanah yang luas (padang pasir), kemudian hewan yang ditungganginya lari meninggalkannya. Padahal di hewan tunggangannya itu ada perbekalan makan dan minumnya. Sehingga ia pun menjadi putus asa. Kemudian ia mendatangi sebuah pohon dan tidur berbaring di bawah naungannya dalam keadaan hati yang telah berputus asa. Tiba-tiba ketika ia dalam keadaan seperti itu, kendaraannya tampak berdiri di sisinya, lalu ia mengambil ikatnya. Karena sangat gembiranya, maka ia berkata, “Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabb-Mu.” Ia telah salah mengucapkan karena sangat gembiranya.” (HR. Muslim)"
Adakah yang lebih membahagiakan daripada seseorang yang nyawanya terancam dan kehilangan harta, kemudian tiba-tiba terselamatkan dan harta yang hilang kembali padanya?

Dosa yang dilakukan walaupun sangat besar, tetap diampuni jika bertaubat. Bertaubat adalah menyesali perbuatan tersebut dan berusaha untuk tidak melakukannya lagi. Allah SWT berfirman di dalam Al Quran:
"Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali ‘Imran ayat 135)"

Bagaimana jika sudah berusaha ingin meninggalkan perbuatan tersebut namun ternyata terjatuh kembali dan mengulanginya? Islam mengajarkan agar terus berusaha memperbaharui niat untuk meninggalkannya sambil terus berdoa.

Setan berusaha menghalangi manusia untuk kembali kepada Allah SWT. Salah satu bisikan setan adalah,”Dosamu besar sekali. Sulit untuk mendapatkan ampunan. Seandainya mendapat ampunan kamu juga tidak akan bisa lagi menjadi orang yang dikasihi Allah.” Bisikan ini membuat para pendosa setengah hati dalam bertaubat. Mereka bertaubat namun tidak lagi merasakan kasih sayang Allah SWT. Padahal betapa banyak para pendosa yang bertaubat dan kemudian menjadi kekasih-kekasih Allah SWT.

Sebutlah dosa-dosa besar yang dilakukan. Mencuri, berzina, korupsi, menerima suap, membunuh, membicarakan keburukan orang lain, berdusta, memfitnah, memakan riba, meminum khamr, atau durhaka kepada orang tua, semua akan diampuni oleh Allah SWT jika bertaubat.

Seorang penjahat bernama Atabatul Ghulam terkenal akan kebengisan dan kekejamannya. Suatu ketika Atabatul Ghulam duduk di majelis ilmu Hasan Al Basri. Hasan Al Basri dan para peserta majelis tidak mengenali Atabatul Ghulam. Di dalam majelis salah seorang bertanya tentang bagaimana jika ada orang yang melakukan dosa-dosa besar lalu bertaubat. Apakah bisa mendapatkan ampunan? Hasan Al Basri menjawab, ”Ya, jika ia bersungguh-sungguh bertaubat dengan sebenarnya, maka Allah akan mengampuninya, walaupun seperti Atabatul Ghulam.”

Tentu saja Atabatul Ghulam terkejut mendengar namanya disebut-sebut. Ini menunjukkan bahwa dia sangat terkenal akan kejahatannya. Atabatul Ghulam kemudian bertaubat dan memperbaiki dirinya sehingga akhirnya menjadi terkenal keshalihannya. Dari penjahat besar menjadi wali (kekasih) Allah.

Bahkan ada contoh manusia yang diangkat menjadi nabi setelah bertaubat dari dosa membunuh. Di dalam Al Quran diceritakan:
"Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya). (QS. Al-Qashash ayat 15)"
Walaupun kematian orang tersebut tidak disengaja, namun nabi Musa menyesali perbuatannya karena telah memukulnya. Perbuatan ini terjadi sebelum nabi Musa menjadi nabi. Setelah nabi Musa bertaubat dan memperbaiki dirinya, Allah SWT mengangkatnya menjadi nabi. Ini adalah contoh nyata bahwa perbuatan dosa tidak menutup pintu kesempatan untuk bisa menjadi kekasih Allah SWT.

Jika memang Allah SWT menerima semua taubat, kalau begitu tidak mengapa manusia berbuat dosa dan hidup seenaknya? Toh nanti bisa mohon ampun kembali. Pernyataan ini adalah pernyataan yang salah dan berbahaya. Karena berniat melakukan perbuatan dosa kembali bukanlah merupakan taubat nasuha. Selain itu manusia tidak mengetahui kapan dia menemui ajalnya. Saat seseorang berbuat dosa kemudian diambil nyawanya ketika melakukan dosa maka dia tidak akan sempat lagi bertaubat. Inilah yang disebut dengan mati dalam keadaan su’ul khotimah. Nabi Muhammad SAW bersabda di dalam hadits:
"Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba, selama (ruh) belum sampai di tenggorokan". (HR. At-Tirmidzi)"



Posting Komentar

Translate