UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Ketika Kita Memasuki Waktu Senja

Waktu senja


Penulis sering diundang acara aqiqah sahabat-sahabat penulis atas kelahiran anak mereka. Namun, akhir-akhir ini, beberapa kali penulis mendapat undangan aqiqah dari sahabat-sahabat atas kelahiran cucu mereka. Istri penulis berkelakar bahwa itu merupakan isyarat bahwa penulis sudah tua. Ia berkata, “Angkatan Abi sudah jadi kakek-kakek.”

Menjadi tua secara biologis adalah hal yang tidak bisa dihindarkan. Beberapa orang takut menjadi tua karena akan kehilangan kekuatan tubuhnya. Ada juga yang khawatir akan berkurangnya penampilannya. Sebagian merasa cemas jika telah beranjak tua, ia akan disisihkan dan tidak diperdulikan oleh orang lain. Benarkah menjadi tua adalah hal yang harus ditakuti?

Waktu Senja Fase Akhir Kehidupan Manusia


Bertambahnya umur akan memaksa seseorang untuk berpindah dari suatu tahap ke tahap berikutnya. Ketika sudah mendekati akhir dari fase kehidupan, biasanya seseorang semakin jauh dari hingar bingarnya dunia. Suasana gegap gempita telah usai. Yang ada adalah suasana hening dan penuh kesunyian. Apalagi jika anak-anak telah keluar dari rumah dan pasangan telah tiada.

Namun, ada beberapa keuntungan yang didapatkan oleh orang yang berhasil mencapai usia tua. Kesempatan yang tidak didapatkan oleh teman-temannya yang lebih dahulu pergi meninggalkan dunia. Meskipun ia harus lebih lama merasakan ujian dunia.

Umumnya seiring dengan semakin bertambahnya usia, semakin bertambah pula ilmu pengetahuan dan semakin luas sudut pandang seseorang. Semakin lama berada di dunia, semakin banyak peristiwa di dalam hidupnya. Orang-orang tua biasanya akan lebih bijak daripada orang-orang muda.

Orang yang hidup mencapai usia tua mendapat keuntungan berupa kesempatan yang lebih besar daripada mereka yang hidup hanya sebentar di dunia. Saat kesadarannya telah telah tiba, ia masih punya kesempatan untuk menebus kesalahannya. Seseorang yang mati muda, mungkin belum sempat mencapai pemahaman yang bisa membuatnya merubah cara hidupnya.

Orang yang mencapai usia tua memiliki kemampuan memandang masalah dengan lebih arif. Pengalaman membuatnya melihat masalah lebih jelas. Ia telah digembleng dengan ribuan masalah. Ia telah melihat kehidupan dan kematian datang silih berganti. Asam dan garam kehidupan telah menempanya sehingga tidak mudah tertipu dunia.

Kesempatan untuk melihat, mendengar, dan memikirkan kehidupan bagi orang yang mencapai usia tua tersirat di dalam Al-Quran:

"Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun (QS. Fathir ayat 37)"

Orang mencapai masa tua, tetapi tidak menjadi bijaksana, berarti telah menyia-nyiakan penglihatan, pendengaran, dan hatinya. Mereka disebutkan dalam Al-Quran dengan istilah binatang ternak.
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’raf ayat 179)"

Manusia dalam Usia 40 an


Lalu pada batas umur berapa seseorang umumnya mencapai kebijaksanaan? Di dalam Al-Quran tersirat bahwa kematangan tiba saat seseorang telah mencapai usia empat puluh tahun. Empat puluh tahun adalah waktu yang cukup untuk menjadi bijak. Allah SWT berfirman:
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS. Al-Ahqaf ayat 15)"
Usia empat puluh tahun tersebut dihitung dengan menggunakan peredaran bulan (qomariyah) sebagai patokan. Jika menggunakan perhitungan peredaran matahari (syamsiyah), tentu lebih singkat lagi yaitu sekitar tiga puluh delapan tahun sepuluh bulan. Selisih perhitungan tahun masehi dengan tahun hijrah setiap tahunnya sekitar sebelas hari.

Salah seorang yang merasakan adanya kematangan jiwa di usia empat puluh tahun adalah Al-Hajjaj ibnu Abdullah Al-Hakami. Ia mengatakan bahwa selama ini pandangannya selalu ditujukan terhadap manusia, setelah berusia empat puluh tahun, pandangannya tertuju kepada Allah SWT. Ia berkata, "Aku telah meninggalkan kemaksiatan dan dosa-dosa selama empat puluh tahun karena malu kepada manusia, kemudian aku meninggalkannya (sesudah itu) karena malu kepada Allah.”

Banyak Nabi yang mendapatkan wahyu pertama pada usia empat puluh tahun. Di antaranya adalah Nabi Musa AS dan Nabi Muhammad SAW. Usia empat puluh tahun adalah usia yang matang dalam pengetahuan. Umumnya pada usia ini seseorang telah memiliki perangai yang tetap. Ibrahim al-Nakha’i berkata :
"Mereka (para salaf) berkata, “Jika seseorang telah mencapai usia 40 tahun dan berada pada suatu perangai tertentu, maka ia tidak akan pernah berubah hingga datang kematiannya." (Kitab Ath-Thabaqat al-Kubra)"
Namun, apakah manusia yang melewati usia empat puluh tahun tanpa perubahan tidak ada kesempatan lagi? Tentu saja kesempatan itu tetap terbuka. Sebagaimana usia baligh seseorang pun bisa berbeda-beda. Banyak orang-orang yang bertobat setelah lebih dari empat puluh tahun.

Meskipun, seseorang masih bisa berubah setelah melewati usia empat puluh tahun, batas usia tersebut menjadi alarm yang kuat jika ia belum berubah. Seperti halnya wanita yang mengalami kedewasaan dengan tanda haidh. Jika ia tidak kunjung haidh, padahal teman-temannya di usia yang sama telah mengalaminya, maka itu bisa menjadi tanda kemungkinan ada penyakit dalam tubuhnya.

Fase Kehidupan Manusia

Fase kehidupan manusia dapat disamakan dengan siklus beredarnya matahari. Pagi hari merupakan perumpamaan lahirnya seseorang. Saat matahari berada di puncaknya, itu adalah permisalan manusia yang mencapai puncak kekuatannya. Saat malam tiba, saat itu seperti manusia yang menemui ajalnya. Siklus peredaran matahari yang selalu berulang memberi keyakinan bahwa jika senja tiba, maka malam akan menjelang datang. Begitu juga dengan usia tua. Ketika seseorang telah tua renta, maka ia seharusnya meyakini bahwa perjumpaan denganNya sudah semakin dekat.

Manusia yang melewati usia empat puluh tahun, bahkan sampai saat memasuki senja, tetapi tidak juga bijaksana adalah manusia yang merugi. Kesempatan umur panjang yang diberikan menjadi sia-sia. Kehidupan yang tragis sebagaimana pepatah ‘ayam mati di lumbung padi’. Ayamnya dikelilingi padi tetapi tetap juga mati kelaparan.

Saat memasuki senja, seharusnya seseorang memperbanyak memikirkan urusan akhiratnya. Mereka yang berusia senja umumnya lebih lapang waktunya. Sudah pensiun dan anak-anak pun telah mandiri. Namun, kenyataannya masih banyak juga yang tetap sibuk memikirkan dunia. Mereka terus berlari mengejar dunia.

Pada suatu perbincangan, dibahas tentang seseorang yang sudah sangat tua dan memiliki harta yang sangat banyak. Namun, ia seperti tidak lelah mengejar harta karena terus melakukan usaha menambah hartanya dengan cara yang melanggar etika. Padahal jika melihat harta yang ia miliki, rasanya ia tidak akan sanggup menghabiskan hartanya di sisa usianya.

Perilaku yang mengherankan. Lelah mengumpulkan dunia yang tidak akan ia nikmati dengan mengorbankan akhirat. Ia tidak sadar bahwa Malaikat Izrail sedang menunggu perintah untuk mencabut nyawanya. Kepergian teman-temannya seangkatan tidak juga menyadarkannya.

Wallahu a’lam bishshowab.

Posting Komentar

Translate