UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Merasakan Kehadiran Nabi

     

 
Saat berada di pos yandu, istri penulis melihat seorang ibu yang membawa bayinya yang berusia sekitar dua bulan. Karena baru pertama kali membawa bayinya, petugas pos yandu melakukan pendataan. "Nama anaknya siapa Bu?", tanya petugas. Sang ibu tidak bisa menjawab pertanyaan petugas. Mungkin karena anaknya baru berusia dua bulan dan selama berinteraksi dengan bayinya ia tidak biasa memanggil namanya tetapi menggunakan panggilan “sayang”, ia jadi lupa nama bayinya.

Meskipun ia tidak biasa menyebut nama bayinya, ia tetap bisa mencintai bayinya karena ia dapat melihat, mendengar, menciumnya, dan memeluknya. Ia bisa merasakan hubungan dengan bayinya dan merasakan keberadaannya.

Lalu bagaimana cara untuk mencintai Nabi Muhammad SAW? Berlawanan dengan bayi di atas, Nabi Muhammad SAW hanya dikenal namanya tetapi tidak bisa dilihat dan didengar secara langsung. Padahal mencintai Nabi Muhammad SAW adalah wajib. Belum sempurna iman seseorang sampai ia menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai manusia yang paling ia cintai.
"Demi Allah, salah seorang dari kalian tidak akan dianggap beriman hingga diriku lebih dia cintai dari pada orang tua, anaknya dan seluruh manusia. (HR. Al-Bukhari)"

Para sahabat yang bertemu langsung dengan Nabi tentu mudah untuk mencintainya. Ketika Zaid bin Datsinah akan dieksekusi mati oleh para kafir Quraisy, Abu Sofyan bertanya kepada Zaid, apakah ia mau seandainya ia dibebaskan tetapi digantikan posisinya dengan Nabi Muhammad SAW untuk dibunuh. Zaid mengatakan bahwa ia tidak akan rela jika Nabi Muhammad SAW tersakiti meskipun hanya tertusuk duri.
"Demi Allah, aku sama sekali tidak rela jika Muhammad sekarang berada di rumahnya tertusuk sebuah duri, dalam keadaan aku berada di rumahku bersama keluargaku” Maka Abu Sufyan pun berkata, “Tidak pernah aku mendapatkan seseorang mencintai orang lain seperti cintanya para sahabat Muhammad kepada Muhammad” (Kitab Al-Bidayah wa an-Nihayah)"
Para sahabat selalu ingin berada di dekat Nabi Muhammad SAW. Robi’ah bin Ka’ab Al Aslami pernah mendapat kesempatan untuk meminta sesuatu dari Nabi. Ia pun mengambil kesempatan tersebut dengan meminta agar bisa bersama Nabi di surga.
"Aku pernah bermalam bersama Rasulullah SAW. Aku mendatangi beliau dengan membawakan air wudhu dan memenuhi hajat beliau. Lantas beliau bersabda, “Mintalah.” Aku berkata, “Aku meminta padamu supaya dapat dekat denganmu di surga (kelak).” Beliau berkata, “Atau ada selain itu?” Aku menjawab, “Itu saja yang aku minta.” Beliau bersabda, “Tolonglah aku dengan engkau memperbanyak sujud.” (HR. Muslim)"
Kecintaan para sahabat kepada Nabi membuat mereka khawatir akan terpisah dengan Nabi saat di akhirat. Ketika Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa seseorang di akhirat akan berkumpul bersama-sama dengan yang ia cintai dunia, para sahabat bergembira. Mereka bahagia karena akan berkumpul kembali dengan Rasulullah SAW di surga. Ini tergambar dari ucapan Anas bin Malik :
"Anas pun berkata, “Kami tidak lebih bahagia daripada mendengarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.'” Anas kembali berkata, “Aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar dan Umar, maka aku berharap akan bisa bersama mereka (di hari kiamat), dengan cintaku ini kepada mereka, meskipun aku sendiri belum (bisa) beramal sebanyak amalan mereka.” (HR. Al-Bukhari)"
Mencintai Nabi bisa didapatkan dengan cara mempelajari riwayat hidupnya. Selain itu mencintainya dapat diperoleh dengan merasakan kehadirannya dalam kehidupan. Suasana kehadiran bisa terjadi meskipun Nabi tidak berada di tempat tersebut. Salah satunya adalah dengan mengucapkan salam kepada Nabi. Secara fisik Nabi jauh, tetapi oleh Allah SWT, Nabi dapat mendengar sholawat dan salam yang diucapkan umatnya. Merasakan sampainya sholawat dan salam kepada Nabi bisa menimbulkan perasaan dekat. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Tidak ada seorangpun yang bersholawat kepadaku melainkan Allah akan mengembalikan ruh ke dalam jasadku, supaya aku dapat membalas sholawat dan salamnya (HR. Abu Daud)

…sampaikanlah sholawat kepadaku karena sholawat kalian akan sampai padaku di mana saja kalian berada. (HR. Abu Daud)"
Banyak orang yang meneteskan air mata ketika mengucapkan sholawat, “Yaa Nabi Salam 'Alaika. Yaa Rasul Salam 'Alaika. Yaa Habib Salam ’Alaika. Sholawatullah 'Alaika.” Ini disebabkan karena ia mampu merasakan Nabi mendengar salam mereka.

Salah seorang sahabat penulis mengatakan bahwa jika tiba hari jumat, ia merasa berbahagia. Seperti kegembiraan seorang kekasih yang bertemu kekasih setiap sepekan sekali. Ia merasa gembira karena pada hari jumat ia mengkhususkan diri untuk bersholawat untuk Nabi Muhammad SAW. Bahkan kadang semalam penuh ia tidak tidur karena asyik bersholawat kepada Nabi.

Bersholawat pada hari jumat memang merupakan ajuran yang disampaikan oleh Nabi.
"Perbanyaklah sholawat kepadaku pada hari Jumat. Karena tidaklah seorang bershalawat kepadaku pada hari Jumat melainkan showalatnya diperlihatkan kepadaku. (HR al-Hakim dan al-Baihaqi)

Perbanyaklah sholawat kepadaku pada hari Jumat dan malamnya. Karena siapa bersholawat satu kali kepadaku, maka Allah bersholawat kepadanya (merahmatinya) sepuluh kali. (HR al-Baihaqi)"
Bersholawat selain menimbulkan suasana kedekatan juga akan menjadi sebab dekatnya posisi seseorang dengan Nabi di surga kelak.
"Manusia yang paling utama (dekat) denganku hari kiamat kelak adalah yang paling banyak bersholawat atasku. (HR.Tirmidzi)"
Kondisi tertentu dapat menciptakan suasana kehadiran seseorang. Misalnya adanya benda-benda yang berkaitan dengan orang tersebut. Seorang ulama selalu teringat istrinya setiap kali melihat jus mangga. Ia mengatakan bahwa setiap kali ia terlambat pulang, istrinya membuatkan jus mangga yang mereka minum berdua. Ketika istrinya telah wafat, ia tidak sanggup lagi minum jus mangga karena menimbulkan kerinduan yang sangat kuat kepada istrinya.

Benda-benda yang merupakan peninggalan Nabi Muhammad SAW bisa menimbulkan kerinduan. Benda-benda ini banyak tersimpan di musium Turki. Melihat rambut Nabi yang dicukur saat tahalul, atau benda-benda lain peninggalannya menimbulkan suasana kerinduan. Penulis pernah mengunjungi pameran replika barang-barang milik Nabi. Meskipun hanya replika dan bukan barang aslinya, itupun sudah menimbulkan keharuan yang mendalam.

Salah satu tradisi yang ada di masyarakat adalah peringatan maulid nabi. Di dalam acara tersebut ada bagian yang menimbulkan pro kontra yaitu “mahallul qiyam”. Pada bagian tersebut didendangkan ucapan salam dan selamat datang kepada Nabi. Saat itu orang-orang pun berdiri seakan-akan menyambut kedatangan Nabi. Mereka yang kontra mengatakan bahwa itu tidak ada contoh dan perintahnya dari Nabi.

Mereka yang berdiri saat ucapan-ucapan salam didendangkan mengatakan bahwa itu hanyalah tradisi untuk menciptakan suasana kehadiran Nabi. Syaikh Al-Barzanji yang merupakan penulis kitab Barzanji yang sering dibaca saat maulid pun mengakui bahwa itu bukan merupakan perintah Nabi. Ia mengatakan bahwa itu hanyalah upaya untuk menghadirkan perasaan saja.

Syaikh Al-Barzanji berkata, “Soal berdiri itu hanya untuk membayangkan pribadi Al-Mustofa (Rasul SAW). Membayangkan pribadi Rasulullah adalah suatu yang terpuji, diminta dari setiap muslim, bahkan perlu sering dilakukan oleh setiap muslim yang mukhlis. Sering membayangkan pribadi Rasulullah akan menambah kepatuhan dan kecintaan kepada Rasulullah SAW. Ini hanya sebagai upaya untuk mengingat tentang kepatuhan dan kecintaan Rasulullah kepada Allah SWT, dan kecintaan Allah SWT pada Rasulullah SAW, serta mengingat pula akhlak Rabbani yang beliau hayati sepenuhnya, maka dengan ruh beliau yang mulia dan agung itu Beliau bisa selalu menghadiri di tempat mana saja beliau disebut.”

Wallahu a’lam bisshowab

Posting Komentar

Translate